RSS
Container Icon

Membangun Kembali Tembok Yang Runtuh

Saat kita datang beribadah kita pasti ingin menikmati persekutuan dalam hadirat Tuhan, kita pasti menginginkan tempat ini menjadi rumah kesukaan Tuhan. Saudaraku, kalau kita mau Tuhan datang dan bertahta atas tempat ini, maka kita harus mempersiapkan diri kita. Untuk kedatangan tamu kehormatan kita pasti akan mempersiapkan segala sesuatunya memberikan yang terbaik apalagi Tuhan kita, Raja atas segala raja. Dalam bahasa Ibrani yang diterjemahkan sebagai “kemuliaan” adalah kata “Kabod” yang berarti berat atau kemegahan yang berat. Untuk sesuatu yang berat kita harus mempersiapkan, membangun tempat yang tepat saudara. Saya percaya, Allah tidak hanya menginginkan kunjungan-kunjungan sementara atau lawatan spektakuler semetara seperti yang biasanya dicari umat Tuhan, tetapi sebenarnya Ia ingin bertahta, tinggal tinggal dalam persekutuan dengan umatNya. Ketika Ia datang di tempat ini Tuhan selalu mencari apakah umatNya mempersiapkan/membangun kursi pujian-penyembahan yang cukup kuat untuk kemuliaanNya yang berat, “kursi” tempat Ia duduk bertahta dalam kemuliaanNya. Sayangnya, dalam banyak sekali kunjungan, Tuhan kita hanya sampai berdiri di depan pintu mencari di seluruh ruangan namun tidak dapat tinggal bertahta di tempat itu karena tak ada “kursi” yang dipersiapkan untukNya. Ini teguran kasih bagi kita saudara, kalau mungkin selama ini kita, jangankan mempersiapkan “kursi” dimana Tuhan dapat duduk bertahta mungkin saja untuk suatu lawatan pun kita belum siap.

Saudaraku, kalau fondasi tempat ini, hati kita semua umatNya tidak cukup kuat (ini bukan hanya berbicara untuk suatu lawatan saja) untuk sesuatu yang dari Tuhan, maka kita tidak akan bisa bertahan/ mempertahankan itu. Kita harus benar-benar memperhatikan fondasi hati kita begitupun fondasi persekutuan kita saudara. Kadang kita perlu membiarkan dan bersama Tuhan membongkar fondasi lama kita yang rapuh dan kemudian membangun fondasi yang kuat dan teguh. Berbicara tentang membangun fondasi, membangun tembok-tembok kehidupan kita yang hancur kita bisa belajar dari Nehemiah. Ketika tembok Yerusalem dibongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar, Nehemiah berkabung dan berjuang untuk membangunnya kembali dalam pimpinan Tuhan. Saudara saat hidup atau harapan kita mungkin hancur apa yang akan kita lakukan? Ketika seolah-olah fondasi tembok harapan kita hancur, maka kita harus dan dapat membangunnya kembali bersama Tuhan.

“Riwayat Nehemia bin Hakhalya. Pada bulan Kislew tahun kedua puluh, ketika aku ada di puri Susan,datanglah Hanani, salah seorang dari saudara-saudaraku dengan beberapa orang dari Yehuda. Aku menanyakan mereka tentang orang-orang Yahudi yang terluput, yang terhindar dari penawanan dan tentang Yerusalem.Kata mereka kepadaku: "Orang-orang yang masih tinggal di daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar." (Neh 1:1-3)

Saat itu, Nehemiah berada pada posisi yang sangat terjamin, ia bekerja di istana raja sebagai juru minum raja. Pada jaman itu pekerjaan sebagai juru minum raja bukanlah pekerjaan sembarangan, orang yang menyiapkan minuman raja adalah orang yang dekat dan dipercayai raja, dia dibayar begitu mahal. Tetapi apa yang terjadi ketika pertama kali dia mendengar bahwa bangsanya sedang ditindas dan tertawan, tembok Yerusalem terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya terbakar? Apa yang dia lakukan? Ini yang harus kita pelajari; yang pertama adalah kepeduliannya yang sangat dalam akan bangsanya (Neh 1:4-11), kita bisa baca doa Nehemiah untuk bangsanya di ayat-ayat selanjutnya. Saudaraku, seharusnya bisa saja Nehemiah tidak mempedulikan bangsanya, apalagi sampai meninggalkan jabatannya, kenyamanan dan hidupnya yang sudah terjamin hanya untuk menyusahkan diri dengan bangsanya yang tidak taat dan tertawan. Namun, dia memilih apa yang tidak banyak dipilih oleh orang lain. Nehemiah memilih sesuatu yang oleh sebagian besar orang dianggap sebagai kebodohan. Dalam kepuduliannya yang besar dia melakukan tindakan yang mendatangkan sesuatu yang luar biasa, sampai tercatatlah kitab Nehemeiah di antara kitab-kitab besar yang sampai saat ini menjadi panduan, teladan bagi kita. Dia tidak hanya menyatakan simpati, belas kasihan dari mulutnya saja. Tetapi dia berdoa, berkabung bagi bangsanya bahkan dia meninggalkan kenyamanannya untuk turun dan membangun kembali kotanya, bangsanya yang hancur. Berapa banyak dari kita yang sampai saat ini hanya sampai pada kata-kata kepedulian tanpa tindakan untuk membangun bangsa kita, membangun fondasi gereja atau benteng pertahanan untuk keluarga kita? Apakah kita sudah benar-benar mendoakan, berpuasa, berjaga-jaga dan turut serta membangun ataukah bahkan untuk sebuah kepedulian pun kita tidak punya?

 
Yang kedua, Nehemiah memiliki tekad (Neh 2:1-5, 11-13). Ini berbicara juga tentang visi, dalam buku Nehemiah yang pernah saya baca ini juga berbicara tentang “menjangkau sesuatu yang tidak mungkin”. Ada banyak janji-janji Tuhan dalam hidup kita, pemulihan keluarga, usaha dan visi-misi dari Tuhan atau nubuatan pribadi yang mungkin kita lihat sebagai suatu kemustahilan, sesuatu yang tidak mungkin. Tetapi saudaraku, Tuhan kita tidak pernah main-main saat Ia menjanjikan sesuatu kepada anakNya, Dia Allah yang berkuasa untuk menggenapi janji-janjiNya selama kita mau bekerjasama dengan melakukan apa yang menjadi bagian kita dalam rencana Tuhan. Jika kita tidak bersikap seperti Nehemiah dalam tekadnya untuk menggenapi rencana Tuhan, maka kita tidak akan mungkin dapat menggenapi, menyelesaikan visi dan janji Tuhan dalam hidup kita. Kemudian apa yang dilakukan Nehemiah?
1. Menyelidiki dengan seksama (Neh 2:13-15).
Saudara, kita perlu menyelidiki apa  yang menjadi dasar hidup kita, kita perlu menyeliki apakah kita masih memiliki dasar/fondasi yang benar dan teguh atau tidak. Jika fondasi hidup kita tidak benar, maka kita harus meminta Tuhan merobohkannya. Dalam perumpamaan, Yesus menggambarkan dasar-dasar yang umumnya dipakai umat Tuhan untuk membangun hidupnya, ada yang di atas bukit batu, ada yang dalam pasir dan pada akhirnya semua itu akan diuji. Atau mungkin ada diantara kita yang memiliki visi, impian dan kita membangunnya di atas dasar yang salah, maka saat ini kita harus menyelidikinya. Kalau dulu kita pernah terpanggil untuk pelayanan belas kasihan, atau mungkin pendidikan, bisnis atau penginjilan dan kemudian sekarang kita mendapati diri kita tidak lagi ada pada jalur yang benar sesuai panggilan Tuhan, maka kita perlu menyelidiki mungkin ada yang salah dengan fondasi kita. Mungkin dulu kita berkobar-kobar untuk Tuhan, mengasihi dan mau taat kepada Tuhan dan saat ini tidak lagi, ada yang salah dengan fondasi kita. Kita harus menyelidikinya dengan seksama.
2. Berinisiatif, bangkit sebagai pemimpin dan membangkitkan iman bangsanya (Neh 2:17-18)
Saudara, dalam membangun kita butuh yang namanya pemimpin. Ini bukan hanya berbicara tentang seseorang yang tampil di garis depan yang mendominasi tetapi juga berbicara tentang kita secara personal sebagai pemimpin bagi diri kita sendiri. Pada saat itu, Nehemiah membangkitkan/menguatkan imannya sebagai pemimpin untuk membangun kembali bangsa. Kita harus bisa memimpin/mendisiplin diri kita sendiri jika kita mau efektif dalam memimpin orang lain. Saudara, jadilah pemimpin yang baik untuk diri kita sendiri. Mengevaluasi diri, apakah kita sudah maksimal, efektif dalam bagian kita? Apakah benar mengasihi Tuhan dan melakukan yang terbaik? Setelah itu, kita berdampak dan memimpin orang lain. Dikatakan; setelah mereka (bangsa Israel yang tersisa) melihat kesaksian Nehemiah, betapa Tuhan menyertai Nehemiah, iman mereka dibangkitkan kembali mereka pun turut ambil bagian dalam membangun bangsa mereka. Tanpa moment kebangkitan iman kita tidak akan mungkin dapat membangun kembali dengan baik apa yang telah runtuh. Kita butuh iman untuk melangkah lebih dari yang sebelumnya.
3. Kesatuan hati (Neh 3)
Ini merupakan hal penting yang tidak dapat ditiadakan dalam membangun kembali dasar/fondasi kita dalam mengerjakan visi-misi Tuhan. Dalam membangun, ada banyak yang punya kerinduan dan keteguhan hati untuk membangun bersama namun tidak sedikit pula yang lemah imannya, yang menuntut hasil, yang bersungut-sungut dan mungkin justru melemahkan saudara-saudaranya bahkan mengacaukan pembangunan kita.
Saudara supaya kesatuan itu dapat terwujud maka apa yang perlu kita lakukan? Kita baca dalam Efs 4:1-7, dalam ayat yang ke-3 dikatakan, yang pertama yang kita perlukan agar kita memiliki kesatuan roh yaitu hidup berpadanan dengan panggilan kita. Kalau kita tidak berjalan sesuai dengan panggilan/bagian kita, saya percaya akan banyak kekacauan yang terjadi, kita akan cenderung menyalahkan, iri hati dan membandingkan diri kita dengan orang lain, saudara sepelayanan kita. Sehingga kita tidak lagi memiliki kesatuan, tidak memiliki ikatan roh yang saling membangun dan melengkapi, yang ada mungkin ikatan jiwa yang saling menyakiti. Ini sangat berbahaya saudara, dalam pelayanan, dalam kerjasama tim kita harus memiliki kesatuan hati, tanpa kesatuan hati tujuan kita dan hasil-hasil yang kita capai tidak akan bisa maksimal.
4. Berjuang untuk tetap membangun dan menghadapi tantangan (Neh 4:2-3,6)
Dalam ayat-ayat ini dikatakan, ketika mereka mulai membangun mulai bermunculan tantangan. Saudara, dalam mengerjakan rencana Tuhan dan berjalan dalam kehendakNya pasti akan ada tantangan, entah itu dari luar/musuh kita (iblis) maupun dari dalam kelompok/diri kita. Iblis selalu menginginkan kejatuhan dan kehancuran kita, pasti ada peperangan rohani tetapi dalam banyak hal juga disebabkan oleh kelalaian kita. Saudaraku, adalah sangat penting bagi kita untuk berhati-hati apalagi mereka yang sudah berlabel pelayan Tuhan, pemimpin atau orang-orang yang memiliki pengaruh dalam pelayanan dan rencana Tuhan. Karena setiap orang yang diangkat/dibawa Tuhan pada tingkatan tertentu kalau tidak berhati-hati dan sepenuhnya melekat kepada Tuhan maka iblis akan berusaha sedemikian rupa untuk menjatuhkan dan menghancurkannya. Kalau kita mengaku mengikut Tuhan dengan segenap hati dan tergabung dalam misi Tuhan tetapi kita tidak pernah mengalami peperangan, maka keanggotaan kita perlu diragukan saudara. Peperangan itu benar ada saudara, ada banyak sekali peperangan yang akan kita lewati dalam mengiring Tuhan dan mengerjakan panggilanNya. Peperangan dalam hati, pikiran, peperangan melawan daging kita, itu pasti akan ada. Saya mengalaminya saudara, tetapi perjuangan melawan dan memenangkan semua itu justru membuat saya semakin kuat.
Dalam ayat 6 dikatakan; “Tetapi kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati.” Nehemiah dan bangsa Israel saat itu tetap membangun meskipun ada banyak tantangan, dan mereka membangun dengan segenap hati. Tanpa kesungguhan hati (segenap hati) kita akan mudah dikalahkan iblis. Kalau kita memiliki panggilan dalam rencana Tuhan dan kita tidak memegang itu dengan segenap hati, maka itu akan dengan mudah diambil dari kita. Milikilah hati yang memegang teguh dan memperjuangkan apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita. Saat kita melihat mulai banyak tantangan, janji Tuhan belu terlihat penggenapannya, orang-orang terdekat dan keadaan di sekitar kita seolah-olah tidak mendukung, tetap berjuang saudara, jangan menyerah!! Jangan tertipu dengan tuduhan dan intimidasi iblis lewat keadaan-keadaan yang membuat kia ragu dengan Tuhan.
5. Berjaga-jaga (Neh 4:15-18)
Saudara, kita harus terus berjaga-jaga untuk apa yang Tuhan percayakan dalam hidup kita, atas kemurnian dan sikap hati kita, berjaga-jaga atas keluarga dan sesama saudara seiman. Berdoa, berjaga untuk saudara atau anggota keluarga kita yang belum diselamatkan, untuk tempat dimana kita sekolah/kuliah, berdoa bagi tepat kerja kita, bagi kota dan bangsa. Kita butuh dan harus menjadi bagian dari orang-orang yang berjaga-jaga. Dalam ayat-ayat tadi dikatakan mereka bekerja, berjaga-jaga sambil membawa pedang. Kita tidak bisa berjaga-jaga kalau kita sendiri tidak bisa membawa pedang, tidak bisa berperang. Kita tidak bisa terus bergantung pada orang lain, sudah waktunya kita berjaga-jaga atas diri kita sendiri, atas keluarga kita, atas visi dan panggilan Tuhan dalam hidup kita.
6. Tidak mencari keuntungan pribadi (Neh 5:14-16)
Saat Tuhan memanggil Nehemiah, ia rela meninggalkan semua kenyamanan dan total dalam membangun kembali bangsanya yang hancur. Orang yang diangkat dan dipakai Tuhan adalah orang-orang yang mau total untuk mengerjakan kehendak Tuhan. Saudara, dalam mengikut Tuhan kita harus punya kualitas hati dan komitmen total dalam Tuhan. Bahkan dalam ayat selanjutnya dikatakan dia tidak mengambil apa yang menjadi haknya, Nehemiah tidak mencari keuntungan pribadi. Camkan ini baik-baik, kalau kita mau mengerjakan visi Tuhan, menegakkan kerajaan Tuhan jangan mencari keuntungan pribadi. Dalam palayanan, apakah selama ini kita melayani Tuhan agar bisa dikenal orang dan dicap baik oleh banyak orang? Apakah selama ini kita mengikut Tuhan hanya agar mendapat akses untuk semua berkat, jaminan dan pemeliharaan dari Tuhan?
7. Waspada dengan tipu muslihat (jebakan) musuh dan tidak buka celah (Neh 6:1-19)
Sebelum tembok Yerusalem selesai dibangun ada lagi yang dihadapi oleh Nehemiah dan bangsa Israel pada saat itu, yaitu tipu daya dari musuh. Mereka difitnah sebagai pemberontak dan sebagainya. Nehemiah dia ditipu dengan hal-hal yang rohani, dia disuruh datang ke bait Allah dan berhadapan dengan orang-orang yang telah disuap dan diberi nubuatan palsu. Saudara dalam perjalanan panggilan kita pasti ada yang namanya tipu muslihat, jebakan-jebakan iblis. Biasanya orang yang sudah rohani dan bertumbuh dalam Tuhan, tipu dayanya bukan lagi hal-hal kedagingan dan duniawi, melainkan sesuatu yang rohani juga. Bisa berupa pasangan hidup yang kelihatannya mengasihi Tuhan, kesibukan pelayanan yang menggeser waktu-waktu pribadi untuk bersekutu dengan Tuhan dan banyaka hal rohani lain yang bisa mengubah arah fokus dan hubungan kita dengan Tuhan. Yesus pun cobai oleh iblis dengan hal-hal yang rohani dan mengutip firman Tuhan. Sebaliknya kalau kita biasa-biasa saja dalam Tuhan, hidup dalam keinginan daging kita tidak mungkin ditipu dengan hal-hal rohani, tetapi kita akan sangat mudah dijebak iblis dengan tawaran-tawaran dunia yang menggiurkan. Jadi berhati-hati saudara, selalu ada banyak tawaran dan jebakan dari iblis yang akan membuat fokus kita menyimpang jika kita tidak jelih dan cukup kuat melekat kepada Tuhan dan panggilanNya.
Kemudian kita lihat dalam ayat 13 dikatakan; “Untuk ini ia disuap, supaya aku menjadi takut lalu berbuat demikian, sehingga aku berdosa. Dengan demikian mereka mempunyai kesempatan untuk membusukkan namaku, sehingga dapat mencela aku.” Yang selanjutnya yang sangat penting, saudara jangan buka celah! Kalau kita buka celah, membiarkan tembok rohani kita berlubang (celah) maka iblis akan dengan mudah memasukan racun, menembakkan anak-anak panah dan dari lubang/celah kecil yang tidak dibereskan, iblis akan mulai menggerogoti kehidupan kerohanian kita. Lantas bagaimana jika kita sudah terlanjur membuka celah? Cepat ditutup kembali! Bereskan dihadapan Tuhan dan segera ambil tindakan untuk menutup kembali semua celah-celah yang terbuka.
8. Penjagaan gerbang (Neh 7:1-2)
Setelah semuanya selesai dibangun maka Nehemiah mengadakan penjagaan gerbang. Dia menempatkan orang-orang yang dipilihnya untuk menjaga apa yang sudah mereka bangun dan usahakan selama ini. Saudara, setelah fondasi/dasar pelayanan, visi-misi kita diperbaharui dan dibangun dengan apa yang benar yang dari Tuhan maka perlu ada penjagaan atasnya. Saudara, berdoalah karena hari-hari ini adalah waktu-waktu dimana Tuhan akan memilih orang-orang yang siap, yang dipercaya untuk mengadakan penjagaan. Dalam ayat ini dikatakan Tuhan mencari orang yang dapat dipercaya, orang yang takut akan Tuhan lebih dari orang lain. Ada pujian penyembahan yang berkenan di hadapan Tuhan.

Ringkasan Kotbah

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS