RSS
Container Icon

TUDUNG DI HARI PERTEMPURAN

Ya ALLAH, Tuhanku, kekuatan keselamatanku,
Engkau menudungi kepalaku pada hari pertarungan senjata.
Mazmur 140:8

Timotius adalah seorang contoh anak muda yang dipakai Tuhan dalam gerakan Rasuli yang dipimpin oleh Paulus pada zaman iu. Paulus memuji iman yang tulus dari neneknya Lois, juga dalam ibunya Eunike. Mengapa tidak disebutkan tentang ayah Timotius? Timotius adalah contoh sebuah generasi tanpa bapa, anak-anak rohani maupun jasmani yang hidup tanpa tudung dan berkat seorang bapa.

YATIM PIATU ROHANI

Mereka tidak mengerti tentang keuntungannya…mereka mau tinggal untuk mengambil bagian. Mereka tidak bersedia menjadi putra, sehingga mereka tidak ingin adanya kebapaan. Bukannya mereka membuka hati untuk mengasihi dan menghormati bapa mereka.. tetapi mereka menutup hati mereka dan menghakimi ketika mereka menemukan ketidaksempurnaan para bapa mereka, dan menolak mereka. Mereka menginginkan warisan bapa mereka tanpa membayar harga sebagai putra. Mereka mau memelihara kehidupan mereka sebagai pemberontak yang bebas, sehingga mereka mengabdi kepada roh ketidak-bapaan.

Banyak orang senang pergi ke gereja, menghadiri pertemuan-pertemuan, seminar, KKR yang luar biasa tetapi tidak pernah membuat mereka menjadi seorang Putra atau Putri. Mereka hanya pengunjung yang senang mendengar khotbah yang menarik, pertunjukan yang seru dan menghibur, mereka suka berpindah-pindah gereja dan tidak pernah mau ditundukkan dalam sebuah tudung bapa rohani. Merekalah yatim piatu rohani masa kini. Apakah anda salah satunya? Ciri dari yatim piatu rohani adalah suka memberontak kepada pemimpin yang menudunginya, tidak peduli seperti apa pemimpin kita dan tidak sempurna, namun jika kita mau mendapatkan berkat bapa, maka kita harus mau menjadi seorang putra/putrid. Hanya anak yang akan mendapat warisan rohani, bukan pengunjung atau jemaat biasa. Yatim piatu memiliki roh kemandirian yang salah, dimana mereka ingin mendapatkan berkat dalam rumah, ingin mendapat keuntungan dari ikatan hubungan dalam rumah itu, tetapi tidak mau diatur, tidak mau ditunjukkan kesalahannya, aunya hidup sesuka hatinya dan kapanpun dia dapat minggat dari rumah itu jika dia merasa tidak nyaman lagi. Bukankah anda memiliki keluarga? Ayah, ibu, saudara, dimana saat masa buruk, keluarga bertengkar, atau jatah makanan untuk anda sangat sedikit karena pertengkaran dengan saudara, tetapi seorang anak tetap akan menjalaninya bukan? Dan pada akhirnya dia akan mendapatkan berkat bapa yang sudah disiapkan baginya.
BAPA ROHANI YANG BAIK DIMULAI 
DARI PUTRA/PUTRI YANG BAIK

Semua dimulai dari pembelajaran untuk menjadi putra/putri yang perkasa di dalam naungan bapa rohani. Seorang putra dapat melakukan lebih dari bapanya. Mereka akan menyerupai kualitas sifat terbaik dari bapanya, membawa api yang sama, hasil yang sama dalam kemampuan menjangkau jiwa-jiwa. Tetapi kita harus mengetahui apa saja yang harus kita miliki untuk menjadi seorang putra/putri dari bapa rohani kita?
1.    Kehambaan
Elisa mendengar panggilan dari nabi besar Elia, dia segera melempar jubahnya yang lama dan mengikut Elia, untuk menjadi hambanya (1 Raja2 19:19-21). Elisa tidak keberatan melakukan pekerjaan-pekerjaan kotor dan kasar dalam naungan nabi Elia. Banyak putra berpikir saat mereka datang dalam sebuah keluarga dan akan segera menjadi nabi seperti pemimpin gereja itu, tanpa mau melakukan pekerjaan-pekerjaan sederhana.

2.    Kepekaan seorang putra
Elisa menginginkan impartasi dari bapanya, dan bukan hanya informasi. Elisa melihat dirinya sebagai seorang putra yang ada di kaki bapanya, terlindung dalam jubah bapanya. Para murid di zaman Elia hanya menunggu khotbah dari pengkhotbah kesukaannya, tetapi mereka tidak akan datang jika pengkhotbah itu tidak ada. mereka tidak peka dengan roh bapanya. Mereka mengabaikan kesenangan bapa untuk datang ke gereja, saat dia tidak ada di gereja, seperti para bapa yang baik, ia telah menyediakan makanan yang enak untuk mereka meskipun dia tidak dapat hadir disana. Seorang putra menghargai impartasi bapanya karena dia melihat hamba Tuhan itu sebagai bapa, dan bukan hanya sebagai pengajar, dia menganggap hubungannya dengan bapanya adalah seperti halnya hubungan putra-Bapa duniawi, bagi hidupnya.

3.    Ketaatan seorang putra
Elisa taat ketika pertama kali Elia memberikan perintah kepada Elisa. Yesus adalah contoh terbaik dari ketaatan seorang putra. Hanya mengikuti bapa, dan bukan mencurigainya, tapi membedakan roh, tertuju kepada tujuan Allah dalam hidup kita dan bukannya mengira-ngira jalan pikiran bapa rohani kita.

4.    Terbebas dari orang yang tidak peka
Disekeliling kita mungkin ada banyak orang yang tidak peka, “Elia akan pergi!” Elisa berkata”aku tahu itu, diamlah!” Sementara orang lain mempercakapkan akan kepergian Elia ke Sorga, Elisa tertuju kepada hal yang lebih penting, dia menginginkan jubah bapanya, warisan bapanya.

5.    Kedekatan
Para anak nabi ingin berada dekat Elia, tetapi mereka tidak pernah menuangkan air ketangan Elia. Elisa member nabi minuman dan dia mendapat upah nabi. Kita tidak bisa menuangkan air dari jarak jauh, anda harus cukup dekat dengan bapa rohani. Saat kita dekat, mungkin semua kelemahan kita akan tersingkap dan kita harus berani untuk menerima koreksi dan teguran dari bapa kita. Kita tidak bisa hanya menginginkan urapan, karunia dan warisan rohani dengan menjaga jarak, dan bahkan jubah itu diberikan, banyak orang tidak dapat menangkapnya karena mereka berada sangat jauh dari bapa mereka. Kedekatan ini bukan mengarah hanya kedekatan fisik, tetapi hati dan roh antara bapa-putra.

6.    Pengamatan

Seorang putra rohani memperhatikan tanda-tanda dari bapanya dan menjadi peka. Elisa tidak dapat meninggalkan Elia sekalipun Elia menyuruhnya pergi berkali-kali. Disaat  bapanya tidak dapat bertanggung jawab padanya, putra akan brtanggung jawab kepada bapanya. Ini mungkin bisa disebut sebagai ketidaktaatan yang benar. Kita harus memahami dan mengamati bahwa buah yang Nampak, urapan dan karunia yang bekerja dalam diri bapa kita terlahir dari kehidupan yang tersembunyi bersama Allah Bapa, dalam doa, saat teduhnya, amati bagaimana dia hidup dalam pengorbanan kepada Allah, membayar harga dan penderitaannya. Kita tidak hanya dapat mempelajari dari khotbahnya, tetapi dari cara hidup dan hubungannya dengan Tuhan.

(Tudungi Aku Di Hari Pertempuran)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar