RSS
Container Icon

MENGORBANKAN VS MENJADI KORBAN

Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya, anakku." Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" Sahut Abraham: "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Kejadian 22:7-10

Jika anda ditanya, anda memilih untuk mengorbankan atau yang menjadi korban? Kelihatan ini pertanyaan yang cukup susah untuk dijawab bukan? Jikalau mengorbankan apa yang kurang kita sayangi, pastilah mudah untuk mengatakan bahwa kita ingin menjadi pihak yang mengorbankan. Dalam sebuah kisah tentang korban yang sangat terkenal, yaitu kisah Abraham mengorbankan Ishak, putra perjanjian-Nya dengan Allah YHWH, kita akan melihat sisi yang berbeda setelah melihat Abraham. Abraham telah dengan penuh iman dan percaya menyerahkan putra kesayangannya untuk disembelih bagi Tuhan, jikalau itu kehendak-Nya, maka Abrahampun akan mentaatinya. Bukannya sama sekali tanpa perlawanan, saya percaya sang ayah yang sudah sangat tua itu bergumam dan bergumul dalam batinnya yang terdalam sepanjang malam ketika dia mendengar suara Tuhan di tengah padang yang kering. Mungkin kita bisa berpikir apakah dia salah dengar, apakah ini suara iblis? Yang bertentangan dengan Firman-Nya. Tetapi Abraham memang patut disebut sebagai sahabat Allah, sebab dia tahu persis bagaimana membedakan suara Sahabat-Nya atau suara yang lainnya. Kita tidak bisa membantah bagaimana keberanian Abraham untuk percaya. Sungguh, dia telah mengorbankan apa yang paling disayanginya.


Suatu saat, setelah saya melihat Film mengenai Abraham, saya lebih memahami bagaimana perasaan Abraham waktu itu. Sebagai orang yang sudah sangat tua, yang juga menyayangi Ismail, tetapi Tuhan berkehendak lain. Dengan hadirnya Ishak, anak mujizat yang berati “tertawa” sungguh mendatangkan sukacita dan kebanggan bagi Abraham. Dia melatih putranya sejak kecil dengan penuh harapan agar anak satu-satunya yang dijanjikan ini akan menjadi penerusnya yang kuat, besar, bijaksana dan ternama. Mungkin siang dan malam dia terus memikirkan Ishak, bagaimana melatih dan membekalinya semasa dia masih hidup, mengingat bahwa dia sudah sangat tua dan waktu untuk anaknya tidak akan lama lagi. Suatu saat dalam Film itu, ketika Ismael, kakak tiri Ishak yang disayanginya sedang diusir pergi ke padang gurun oleh Abraham dan Sara, Abraham menghampiri Ishak kecil yang senantiasa menggendong anak domba yang lucu. Putra kecilnya Nampak lesu dan sedih. Abraham menghampiri putra kesayangannya itu dan bertanya apakah dia sedang mengkuatirkan dan merindukan kakaknya, dan Ishak kecilpun mengangguk dan menangis. Abraham berkata “kalau begitu mari kita berdoa dan menyiapkan altar untuk Tuhan..”, Ishak mengangguk. Abraham berkata lagi “Kau pilihlah anak dombanya..”. Ishak melihat anak-anak domba disekitarnya dan memandang ayahnya “..Ayah, apakah aku harus mengorbankan domba yang paling kusayangi..?”. Abraham mengangguk pelan dan melihat kepada anak domba kesayangan Ishak kecil yang sedang digendongnya. Ishak kecilpun mengerti hal itu dan memandang domba di pelukannya itu. Abraham berkata lagi “Engkau belum siap, anakku..biarkanlah itu dahulu..”

Bertahun-tahun setelah itu, Ishak kecil telah bertumbuh lebih dewasa. Dengan segala yang telah diajarkan ayahnya maupun cara untuk mempersiapkan korban di mesbah Tuhan, sudahlah sangat dia hafal. Suatu hari, dia dibawa ayahnya seperti biasanya untuk mempersiapkan korban bagi Tuhan di sebuah Gunung dekat kemahnya. Tanpa curiga dia mengikuti ayahnya. Dia bertanya”ayah, dimanakah dombanya?” Abraham hanya menjawab “Tuhan..yang akan menyediakan dombanya, nak”. Tidak lama kemudian, sampailah mereka pada mesbah di atas bukit. Ishak semakin bingung karena masih tidak ada domba yang akan dipersembahkan, sedang Abraham terus menata kayu-kayu dan mempersiapkan semuanya. Akhirnya sang ayah menatap anaknya dalam-dalam, tanpa banyak bicara dia mengeluarkan tali dan mulai mengikat kedua tangan anaknya. Bisa bayangkan reaksi Ishak? Walau tanpa kata, dia tahu bahwa Ayahnya yang sangat dia kasihi akan segera menyembelih dia! Ishak sudah hafal semua persiapan ini. Setelah itu, ayahnya mengikat kedua kakinya, dan air mata Ishakpun mengalir dan mengalir, tanpa kata-kata…Setelah itu Abraham menggendong Ishak yang sudah terikat seperti domba, dan menaruhnya di atas tumpukan kayu.
Ishak telah menjadi KORBAN. Ishak kecil telah belajar pula untuk taat, bahkan jikalau dia benar-benar mati di tangan ayahnya. Ishak memang memiliki hati seorang pilihan Allah, dia anak pilihan Allah untuk menurunkan bangsa-bangsa pilihan Tuhan. Ishak rela menjadi korban.

Saudaraku, kita harus meneladani ketaatan dan iman Abraham, namun kita juga harus belajar menjadi KORBAN juga. Seringkali kita menolak untuk member korban maupun yang menjadi korban itu sendiri. Korban adalah pengorbanan yang menyakitkan dari diri kita sendiri untuk kepentingan yang lebih besar. Tuhan mau kita menjadi “korban” untuk Kebangunan Rohani, yang dikhususkan, Dia mau kita menjadi “Korban” untuk pemulihan keluarga, kota, dan bangsa kita. Semua orang harus menjadi korban. Tampaknya mengerikan? ya..mungkin menjadi korban akan tampak lebih mengerikan dari yang mengorbankan. Tetapi Abraham dan Ishak sama-sama memiliki iman “Allahlah yang akan menyediakan..” Dialah Jehova Jireh dan benar, saat Iman Abraham dan Ishak menyatu dalam air mata penyerahan, Tuhan menyediakan seekor anak Domba untuk menjadi korban hari itu! Kadang memang sudah mengerti jalan pikiran Tuhan kita, tetapi yang pasti Tuhan merindukan iman dan kerelaan yang besar dari kita untuk hidup seperti yang dikehendaki-Nya. Bersediakah anda menjadi korban? Jangan takut, sebab Dialah Allah yang menyediakan..tepat pada waktunya. Amin.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar