RSS
Container Icon

GEREJA YANG SALING MENCIDERAI

1 Kor 1:10-13. Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir. Sebab, saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan oleh orang-orang dari keluarga Kloe tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu.
Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus. Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?



Paulus dengan tegas dan jelas menegur Jemaat Korintus. Jemaat di Korintus mengalami sebuah masalah dalam jemaat, dimana ada perpecahan didalamnya. Zaman dahulupun sudah ada Kultus Individu. “Kalau kamu bergabung dengan golongan Paulus maka akan lebih hebat!” Ini spirit yang saling menyakiti.

Perpecahan dimulai dari roh yang saling menyakiti. Terpecah belah oleh keinginan kelompok masing-masing.

Anak-anak Tuhan mengumpulkan Figur Hamba Tuhan dan menjadikannya tuhan kecil seperti halnya bangsa Israel menjadikan lembu emas untuk disembah. “Oh, Hamba Tuhan ini pasti tidak bisa salah!” Ini paling diurapi! Ini adalah nabi di akhir zaman!”

Ini menyebabkan percideraan dan kesakitan yang hebat dalam tubuh Kristus, dan iblislah yang diuntungkan.
Saat roh perpecahan masuk dalam sebuah gereja, maka akan berakhir dengan kepahitan.

Penyebaran berita bohong, fitnah, dll, membuat sebuah kelompok lain seolah tidak disertai Tuhan, tidak memiliki Tuhan. Hai Gereja Tuhan, jangan sampai masuk dalam tipu daya iblis dan saling menciderai.

Dalam persahabatan juga ada bahaya dari roh percideraan ini. Firman Tuhan sudah berkata hati-hati dalam berbicara, banyak bicara banyak juga pelanggaran. Kadang kita tidak menutupi kesalahan saudara kita, tapi memblowup kesalahan orang tersebut seakan orang tersebut akan selalu buruk dan tidak layak mendapat pengampunan dari Tuhan Yesus…wow..ini sangat bahaya!

Hati-hati dengan bahaya menjelek-jelekkan orang lain. Hendaklah kita saling membangun dalam Kasih Kristus, kitapun tidak lebih baik dari orang yang kita jelekkan, bukan?

Salah satu ciri ROH PERCIDERAAN ini adalah keinginginan untuk tampil sebagai pihak yang paling diurapi Tuhan dan paling disayang Tuhan. Saya percaya Tuhan menghargai dan mengasihi semua gereja-Nya. Keragaman yang diijinkan-Nya bukan menjadi alasan untuk kita merasa sebagai gereja yang paling disayang atau diurapi oleh Tuhan.

Saya mempercayai babtis selam juga babtis percik, yang saya tidak setuju dibabtis ulang apalagi dengan paksa. Saya percaya aneka doktrin yang diciptakan bapak-bapak gereja pendahulu kita sebagai pilar-pilar gereja yang saling melengkapi, dan bukan saling menghancurkan. Saya juga percaya ada manisfestasi dan juga bahasa roh. Saya percaya semua orang yang sudah percaya kepada Kristus telah menerima juga Roh Kudus masuk dalam hidupnya, dan orang itu sudah bisa berbahasa roh. Bahasa roh tidak harus selalu berbunyi “Syala lalalala..dsd” tapi doa yang tersembunyi, erangan, tangisan kita, roh kita berdoa kepada Tuhan, ini juga adalah bahasa roh.
Bahasa roh sebagai karunia memang ada, tapi Firman Tuhan bilang ini bukan karunia terutama sehingga kita begitu mengejarnya dan merasa tidak selamat jika tidak berbahasa roh yang demikian.

Saya terus menekankan pengajaran bahasa roh ini agar anda tidak terjebak dalam pengajaran-pengajaran keselamatan yang ditambahi dengan syarat-syarat lain, misal harus bisa berbahasa roh (yang berlafal demikian) karena jika tidak, maka kita di surga tidak punya sayap?! Jika tidak melakukan perpuluhan, tidak tidak masuk dalam kelompok gereja tertentu, maka keselamatanmu tidak lengkap. Ini pengajaran sesat yang mengerikan! Namun tetap saja begitu banyak beredar dan anak-anak Tuhan mengikutinya!

Sayapun berbahasa lidah sebagai karunia dan sebagai tanda orang percaya, tapi saya menghargai sahabat-sahabat gereja dari manapun yang berdoa dan berbahasa roh dalam hatinya dalam tangisan kerinduan dan erangan kepada Tuhan. Coba anda bayangkan, jika bahasa roh yang harus berlafal itu adalah tanda keselamatan, lalu bagaimana dengan orang yang bisu tidak bisa bicara?
Ayolah gereja Tuhan yang dikasihi Bapa, kita hentikan roh percideraan yang melanda gereja Tuhan..



Saya terheran melihat bahkan di sosial media, hamba-hamba Tuhan yang memamerkan cincinnya, pesawatnya, rumahnya.. Kita bermegah karena apa? Rasul Paulus tidak pernah mendemonstrasikan rumahnya, perhiasannya, cincinnya..tapi dia menunjukkan betapa banyak harga yang harus dia bayar untuk mengikut Yesus.

Mimbar suci Tuhan tidak boleh digunakan untuk mempertontonkan kedagingan dan hedonisme yang kita bungkus atas nama berkat Tuhan.

Saudara, kasih menutupi segala sesuatu. Jika kita suka menceritakan kekurangan saudara kita, maka kita sedang membunuh karakter orang tersebut. Jika misal anda memiliki anak bimbing rohani yang sedang mengalami masalah dengan orang lain, doakan supaya anak kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, jangan malah kita menjadi “pengompor” dan “pembela” buta untuk anak kita.

Waktu doa malam lalu, saya berkata " Jangan mencampuri peperangan orang lain", jangan malah kita menyalurkan ide-ide jasmani kedagingan kita kepada dia dan seolah yang berperang itu kita dan bukan dia.

Hendaklah kita sehati sepikir setujuan dalam gereja Tuhan. Perbuatan daging sudah jelas.. pencidera.. perpecahan.. pefitnah.. percabulan.. dan lain sebagainya..

Orang yang bergaul dengan Kristus, akan memiliki pikiran Kristus.

Roh percideraan ini juga bisa muncul dari turunan. Dalam dosa kita diperanakkan. Ini dari genetik kita, jiwa dari ibu ayah kita menurun ke kita. Orang yang tidak percaya diri juga bisa menyebabkan percideraan. Mencari teman dengan cara yang tidak baik.

Manusia itu mudah sekali dikuasai emosinya. Iblis tahu kelemahan manusia adalah emosi. Hati-hati juga bagi kaum Hawa. Adam dibujuk oleh Hawa. Yang harusnya Adam menjadi imam yang teguh tapi entah bagaimana akhirnya terbujuk oleh Hawa.

Ujilah segala sesuatu. Kita tidak bisa menceritakan Yesus dengan cara yang tidak benar. Banyak kesaksian-kesaksian surga dan neraka dan lainnya yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Di angkat sedemikian rupa dalam buku, kaset, diundang kesaksian kemana-mana, tapi kesaksiannya itu tidak benar.

Manusia suka dengan kesaksian-kesaksian yang spektakuler, seolah semakin heboh kesaksiannya, maka semakin lar biasa orang itu, sedang kesaksian orang pada umumnya tidak ada yang memperhatikan.

Amsal 11: 11 Belajar berdiam diri itu penting. Jangan memulai pertengkaran, jangan mencari-cari kesalahan. Jika saudara kita buat dosa, tegur 4 mata.  Sabar satu sama lain, saling percaya, saling mengasihi, angkat yang berdosa, doakan dan tangisi mereka.. Saya sangat merindukan kehidupan rohani demikian. Kata-kata yang penuh kasih bukan sekedar ada di Mimbar hari Minggu, namun dalam kehidupan sehari-hari kita.

Kasih memang tidak pura-pura tapi terlalu terbuka to the point juga kurang bijak dan menyakiti. Perhatikan bahasa kita, cara bicara kita agar tidak menyakiti orang lain. Kalau kita masih saling menyakiti berarti kita belum bertobat. Murid-murid Yesus tidak seperti itu walaupun mereka berbeda sifat dan karakter, latar belakang.

Kasih itu luar biasa.
Berapa banyak gambar diri kita buruk?  Kita selalu bertanya "Apa Kau sungguh mengasihiku?". 
Dengan orang yang kita kasihi "Beneran kamu sayang, cinta padaku?"
Rasa tidak aman yang selalu mempertanyakan kasih terus menerus.
Jangan sampai kita tidak menghargai kasih yang diberikan Tuhan lewat sahabat, pasangan, pembimbing kita.
Kasih itu tidak memperdaya. Kasih itu tidak memperalat untuk kepentingan diri sendiri.
Kasih itu melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Tuhan.

Dulu saya sangat egois, tapi setelah berjumpa Yesus. Saya melihat semua dengan perspektif yang berbeda.
Jika kita tidak memiliki Yesus, kasih kita adalah kasih yang tidak mudah percaya.

Salam Kebangunan!
Ps.Daniel Hadi Shane

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar