RSS
Container Icon

Hati Yang Keras

Di tahun yang baru ini marilah kita memulainya dengan sesuatu yang benar dihadapan Allah. Tuhan merindukan supaya jemaatNya ditahun ini memiliki karakter yang diubahkan menjadi serupa dengan karakter Allah. Pada kesempatan kali ini kita akan berbicara tentang HATI YANG KERAS. Untuk bisa menyelaraskan pola pikir kita dengan pola pikir Tuhan, kita harus belajar untuk tidak memiliki hati yang keras atau memberontak Pemberontakan bisa berarti tidak menempatkan Tuhan sebagai Tuhan, bisa juga berarti kita tidak sedang memahami kasih dan kedaulatan Tuhan. Contohnya kita sudah tau, kita dipanggil untuk menjadi penari, tetapi kita berusaha untuk menjadi pengkhotbah. Ini berarti kita sedang memberontak terhadap kedaulatan Tuhan. Saul merupakan salah satu contoh orang yang memiliki hati yang keras.

Mari kita buka 1 Samuel 23:1-7.
“Kepada Saul diberitahukan, bahwa Daud telah masuk Kehila. Lalu berkatalah Saul :”Allah telah menyerahkan dia ke dalam tanganku, sebab dengan masuk ke dalam kota yang berpintu dan berpalang ia telah mengurung dirinya” (1 Sam 23:7)

Saul sudah kehilangan akal sehatnya, ia sudah tidak bisa membedakan kehendak Tuhan atau bukan kehendak Tuhan. Saul berkata Allah telah menyerahkan Daud ke dalam tangannya. Bahkan dia  mengatakan hal tersebut kepada semua orang. Orang yang memberontak dan hatinya sudah keras, akan sering memakai nama Tuhan untuk membenarkan diri sendiri dan merasa Tuhan sedang membela kita. Misalnya ada seseorang yang sudah melukai kita, saat seseorang itu mengalami bencana atau kejatuhan, maka kita akan berkata bahwa dia memang salah makanya terjadi hal itu, sedangkan kita yang benar, ini adalah ciri-ciri orang yang hatinya keras. Racun ini tidak boleh ada dalam hati setiap anak Tuhan, kita tidak boleh kaku, dan memiliki sikap hati yang negatif, saat kita melihat seseorang sedang dalam keadaan terjepit, bagaimana dengan sikap hati kita? Untuk menyesuaikan kehendak kita dengan kehendak Tuhan itu tidak mudah.


Ada suatu kisah nyata, seorang yang atheis, yang selalu berkata aku ini Tuhan atas hidupku, dia mendidik anak-anaknya dengan memberi kebebasan untuk memilih, semuanya boleh dan diberikan kehendak bebas. Kemudian anaknya menjadi pecandu alkohol. Beberapa tahun kemudian ada seorang Hamba Tuhan datang pada pemakaman anak Seorang Atheis tersebut, anaknya tersebut meninggal karena over dosis. Dengan sedihnya seorang atheis ini berkata “Mengapa ya anak saya tidak mengerti bahwa obat-obatan itu tidak baik buat dia”. Semua ini akibat Bapaknya (Seorang atheis tersebut) memberikan kebebasan kepada anaknya, oleh karna itu kita perlu diberikan hukum (aturan), dan untuk menyesuaikan pola pikir kita dengan pola pikir Tuhan. Ada 3 hal yang harus kita lakukan :

1.Memiliki kehidupan Doa, seperti Daud selalu memiliki sikap hati yang selalu bertanya sama Tuhan. Kita harus belajar untuk selalu berdoa sebelum pelayanan, mengambil keputusan, mau bertindak, atau mau melakukan apa pun. Belajarlah untuk berdoa dulu. Bahkan saat mau buat dosa. Jangan sampai kita melakukan kesalahan seperti yang dilakukan Saul. Kesalahan pertama Saul, yaitu saat ia mulai cemburu dan tidak membereskannya dihadapan Tuhan. Kita manusia yang bisa sakit hati, marah, cemburu, bahkan apabila ada orang yang memfitnah kita, kita harus segera dan tidak berlama-lama untuk membawa dan membereskannya dihadapan Tuhan. Kita harus belajar untuk menyerahkan emosi kita kepada Tuhan, marah boleh tapi jangan berbuat dosa. Marah yang berbuat dosa, apabila kita sedang marah dan kita berkata-kata yang menyakiti hati orang lain. Apalagi menyebarkan kepahitan ke orang lain, bahkan ke kelompok sel. Karena hal ini racun bagi gereja. Ada seorang hamba Tuhan yang berkata : “hal yang paling menyedot kekuatan rohani didalam jemaat adalah mendukakan dan memadamkan Kuasa Roh Kudus lewat fitnah dan gosip.” Gosip dan fitnah itu jahat!

2. Memiliki teman-teman rohani,  yaitu seorang sahabat yang bisa saling melengkapi. Belajar untuk punya teman yang benar dan bukan punya teman yang tidak benar. Contohnya sahabat yang tidak benar yaitu yang mengajari kita 'nyontek', mengajari lihat video porno, mengajari tentang bergaya hidup mewah. Sahabat yang salah akan memberikan input yang salah, nasihat yang salah. Daud memiliki teman Yonatan, yang mendukung dia dalam Tuhan. Daud dan Yonatan memiliki ikatan jiwa yang baik, bukan ikatan jiwa yang salah. Hubungan mereka adalah hubungan yang ajaib, yang dikarunia Tuhan. Bahkan Daud berkata mengenai Yonatan bahwa bagiku cintamu lebih ajaib dari pada cinta perempuan. Dalam 1 Samuel 23: 16-17 “maka bersiaplah Yonatan, anak Saul, lalu pergi kepada Daud di Koresa. Ia menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah dan berkata kepadanya : Janganlah takut, sebab tangan ayahku Saul tidak akan menangkap engkau; engkau akan menjadi raja atas Israel, dan aku akan menjadi orang kedua dibawahmu. Juga ayahku Saul telah mengetahui yang demikian itu.” Sahabat yang benar yaitu sahabat yang bisa menguatkan kepercayaan kita kepada Tuhan saat kita sedang mengalami masa-masa yang sulit, seperti yang dilakukan Yonatan.

3. Menantikan Tuhan,  yaitu menantikan pembelaan, pertolongan maupun kehendak yang dari Tuhan. Dalam Roma 12:2 “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Pola pikir harus diubah dulu, supaya bisa berubah. Misal pola pikir bahwa kebahagiaan itu apabila aku menikah. Akhirnya ia akan menjadi orang yang selalu mencari pasangan. Pola pikir yang berubah bahwa kebahagiaan itu tidak didapat saat menikah, sex, atau mendapat sesuatu yang diinginkan. Sehingga saat pola pikir berubah, maka hati kita akan siap menerima kebenaran. Berdoalah dan mintalah pada Tuhan untuk kita dilahirkan kembali seperti bayi, yang selalu haus akan Tuhan, dan ini harus diusahakan oleh kita. Ada seorang hamba Tuhan yang berkata : “bahwa jangan menganggap apa yang anda inginkan sama sekali berbeda dengan apa yang Allah inginkan, Ia mungkin akan memberikan apa yang anda inginkan, namun ia tidak akan memberikan kepada anda sebelum anda belajar melepaskannya”. Berkatalah tidak untuk apa yang kita inginkan, belajar mendisplinkan diri untuk melepaskan apa yang kita inginkan, hal ini memang sakit, tapi kita belajar untuk taat. Belajarlah untuk tidak menganggap remeh kebaikan Tuhan dalam hidup kita.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS