RSS
Container Icon

FROM MENTORING TO FATHERING (1)

Pementoran dan pembapaan merupakan kebutuhan bagi gereja masa kini, untuk mempersiapkan suatu bangsa yang membawa unsur-unsur yang tepat untuk merebut bangsa-bangsa di akhir zaman.
Di bawah mentor-mentor dan bapa-bapa mereka, mereka menjadi turunan (benih) baru yang mengenali mandat Yosua, yang detak jantungnya mengikuti detak jantung Daud, yang mengikuti keberanian Elia, yang mempunyai keuletan Nehemia, yang memiliki keagresifan Paulus, dan yang sekaligus menundukkan diri di hadapan ketuhanan Tuhan Yesus Kristus.

Namun, karena kurangnya pemahaman, banyak orang yang telah masuk dalam hubungan mentor-murid atau bapa-anak tidak menemukan apa yang mereka cari, tetapi berakhir dengan patah semangat, kebingungan, kondisi tidak produktif, kesalahahaman dan sakit hati.

BEDA!!
Antara orang yang mengawasi pelayanan kita dengan orang yang menjadi bapa atas hidup kita. Seorang kepala atau pemimpin organisasi atau pengawas tidak secara otomatis menjadi mentor atau bapa rohani bagi semua orang yang melayani di bawahnya.
Mentor/Bapa dimulai dari suatu komitmen membangun hubungan secara terus-menerus. Melakukan pendekatan yang tepat dan membayar harga demi komitmen yang dituntutnya. (Hosea 4:6)

Mentor/Bapa
BUKAN karena seseorang yang membawa kita kepada Tuhan misalnya penginjil. Kalau penginjil adalah mentor atau bapa rohani kita maka setiap penginjil akan punya banyak ribuan anak rohani? Penginjil seperti bidan bagi kita.
BUKAN juga pendeta kita, jika kita tidak mau tunduk kepadanya, maka ia akan menjadi pemelihara kita. Jika kita menjadi anggota jemaat, maka ia hanya akan menjadi pendeta kita.
BUKAN karena seseorang yang mengesankan pelayanannya dan dekat dengan kita, ia adalah pahlawan rohani
BUKAN karena seseorang mempunyai keuangan yang baik, ia adalah donator
BUKAN karena seseorang dapat membuka pintu pelayanan bagi kita (Pemimpin/koordinator pelayanan), ia adalah pembuka pintu pelayanan kita.
BUKAN karena seseorang mempromosikan dan mengatakan hal-hal yang baik tentang kita, ia adalah promotor kita.
BUKAN karena seseorang telah berbicara kepada kita seperti seorang ayah, ia adalah figur ayah bagi kita.



Kenali baik-baik siapa mentor dan bapa rohani kita sebelum kita membangun kehidupan di seputar mereka. Kita tidak akan pernah sampai ke tempat yang kita inginkan kecuali kita tahu bagaimana cara membangun dengan akurat.

HUBUNGAN MENTOR-MURID


Seorang mentor bukanlah seorang guru. Mentor lebih daripada guru. Ia adalah pencetak murid.
Peranan guru: Mengajar dan mengimpartasikan pengetahuan dan pemahaman. Bisa saja dia kurang akurat dalam apa yang diajarkan, namun ia masih dapat mengajar dengan penuh percaya diri.
Jika siswa diajar oleh guru, maka murid dijadikan dan dibentuk oleh mentor. Yakub diciptakan, tetapi Israel dibentuk (Yes 43:1).
Mentor: Mempunyai rencana, tujuan, arahan dan bahkan strategi bagi muridnya. Seorang mentor menjadikan muridnya menjadi sesuatu. Tujuannya adalah untuk melihat bahwa di akhir hari, muridnya mampu melakukan apa yang ia lakukan, dan bahkan dengan cara yang lebih baik.

Yesus memanggil murid-murid-Nya, Ia akan “menjadikan” mereka penjala manusia, melalui proses “dijadikan oleh Yesus, dilatih dan dikondisikan supaya bisa “dibentuk” menjadi apa yang dikehendaki Yesus atas mereka.
Mereka mengamati apa yang Yesus lakukan. Yesus tidak sekadar mengajar Firman tetapi membiarkan mereka merasakan pengalaman secara langsung (Mat 10, Luk 10).
Murid belajar dari mentornya, mengamati mentornya dari dekat dan berusaha mengikuti gayanya. Seorang murid akan membawa mentornya sebagai teladan di dalam hidup dan pelayanannya. Bahkan ada yang berbicara seperti mentor





10 FAKTA TENTANG PEMENTORAN

1.    Mentor adalah Seorang Teladan

Teladan merupakan sesuatu hal yang dicari dalam masyarakat. Jika ada seseorang yang didapati bisa menjadi teladan, akan ada banyak orang yang datang kepadanya dan meminta dimentori olehnya.
Ketika Yohanes pembaptis berkhotbah dengan penuh kharisma, “Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan” (Matius 3:4). Dan banyak di antara mereka yang akhirnya menjadi murid-murid Yohanes dan mengikutinya.

Anda dapat mengganti Teladan Anda
Ketika Yesus muncul mengkhotbahkan tentang pesan Kerajaan, pendengarnya tidak terlalu terkejut, karena telah pernah mendengarnya dari Yohanes. Tetapi ketika Yohanes memberitakan bahwa Yesus lebih mulia, lebih tinggi daripada dirinya, murid-murid Yohanes banyak yang segera meninggalkan Yohanes dan mengikuti Yesus.

Ketersediaan Mentor
Murid mempunyai hak untuk memilih mentornya, tetapi pilihan juga ada di tangan mentor.
Kis 8:4-25. Simon, tukang sihir terkesima dengan pelayanan Petrus dan Yohanes, tetapi mereka menolaknya. Butuh ketersediaan antara dua belah pihak.

2.    Mengawali Hubungan Pementoran

Diawali oleh Murid
Seringkali, sebuah hubungan mentor-murid diawali oleh murid dan bukan mentor.
Murid yang sejati adalah seorang pembelajar sepenuh hati.
Terus-menerus ia mencari kesempatan untuk meningkatkan pelayanannya.
Murid Yohanes Pembaptis memulai dahulu dan mendekati Yesus setelah Yohanes memperkenalkan kepada mereka (Yoh 1:37).
Supaya hubungan mentor dan murid efektif, penting sekali bahwa murid yang mengawali tindakannya, punya kerinduan untuk belajar dan pembelajar yang baik. (Mat 8:19)

Mentor Melakukan Pendekatan Kepada Muridnya
1 Samuel 16:7.
Pada saat seorang mentor memulai hubungan mentor-murid, itu terjadi karena ia bisa melihat potensi yang ada di dalam diri murid tersebut.
Seorang murid tidak melihat apa yang dilihat seorang mentor. Murid melihat dari buah, dampak dan hasil pelayanan dari mentornya, sedangkan mentor melihat lebih dalam pada kemampuan muridnya, potensi, dan seberapa jauh muridnya akan berkembang dalam suatu kerangka waktu.
Contoh: Samuel melihat Daud, Yesus melihat para nelayan yang menjadi murid-Nya.
Yesus melihat hati mereka, komitmen untuk membangkitkan generasi selanjutnya, menjadikan mereka penjala manusia, dan pada 3 tahun mereka menjadi apa yang seharusnya.
Murid Melakukan Pendekatan Kepada Mentornya
Tidak salah seorang murid mencari mentor untuk dirinya, tetapi harus ada hubungan timbal balik.

3.    Penerima Hubungan
Dalam hubungan mentor-murid, murid cenderung akan menerima lebih banyak keuntungan atau manfaat dari mentornya. Ia datang untuk menerima, belajar dan dilatih.

Mentor Adalah Seorang Pemberi
Mentor tidak berharap apa-apa dari muridnya. Ia memberikan keahlian, pengalaman dan kepemimpinannya, waktu, kesabaran dan pengetahuannya.
Murid yang baik akan belajar dengan cepat dari kekuatan dan kelemahan mentornya.

Murid Diberi Start Yang Menguntungkan
Mentor adalah bejana yang telah terbukti dari Tuhan. Ia telah melewati tahun-tahun percobaan dan ujian, berhasil dan gagal, tetap utuh dan kuat.
Dalam pementoran, murid akan belajar untuk tidak melakukan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan oleh mentornya. Apa yang seharusnya dilakukan murid adalah membangun berdasarkan pengalaman dan pengetahuan mentornya.
Contoh: Musa dan Yosua.

Dari Start Yang Menguntungkan ke Mendahului
Dengan start yang menguntungkan ini, tidak heran jika ada murid yang mendahului mentornya di usia yang jauh lebih muda. Contoh: Itai masuk dalam barisan perwira komandan dalam waktu yang singkat melebihi pasukan lainnya karena komitmen.

Bukan Superioritas
Ketika seorang murid mendahului mentornya, bukan berarti bahwa ia lebih unggul (superior) daripada mentornya. Baik murid maupun mentor akan bertumbuh hingga ke tingkat kasih karunia dan kedewasaan mereka di dalam pelayanan. Seorang murid akan naik sesuai dengan tingkat panggilan dan kasih karunianya, bukan menurut pelatihan dan pementoran yang diterimanya.

Impartasi Mentor
Posisi mentor membawa kasih karunia impartasi. Ia mengimpartasikan karunia spiritual, kasih karunia dan roh ke dalam pelayanan dan pekerjaan muridnya. Roh yang dibangun di dalam diri mentor mempunyai sifat yang dapat ditransfer, kadang-kadang dengan menumpangkan tangan atau mengurapi dengan minyak.
Contoh: Samuel kepada Saul, setelah diurapi Saul bernubuat dan menerima roh impartasi dari Samuel    (1 Sam 10:1, 6)

4.    Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan

Tiga Faktor Penunjang Pementoran Yang Efektif:
a.    Mempelajari Kemampuan Murid
Mat. 13:15. Setiap murid belajar dari mentornya, tetapi mereka yang memiliki kemampuan untuk belajarlah yang akan membuat perbedaan dalam pementoran yang efektif.
Semakin murid memiliki kemauan untuk belajar, semakin besar manfaat yang akan diterimanya. Kemampuan untuk belajar tidak dinilai dari kecerdasan atau IQ yang tinggi, tapi kemampuan untuk mengambil suatu pengetahuan dan ketrampilan.
Contoh: 1 Tim. 4:14-16.
Mentor akan memantau muridnya dari dekat. Ia akan memastikan bahwa murid akan bekerja sesuai dengan kekuatan dan kelemahannya sendiri.
Kemampuan pelayanan adalah kasih karunia, besar atau hasil pelayanan kita mungkin akan berbeda dengan hasil pelayanan mentor kita.

b.    Kapasitas Hati Murid
1 Sam.16:7, 2 Taw. 16:9.
Allah selalu mencari hati yang memiliki kapasitas untuk mengakomodasi tujuan-nya dan untuk mencapai kehendak-Nya.
Kapasitas hati bukanlah kemampuan untuk bertindak, tetapi kemampuan untuk merangkul dalam pelayanan seperti yang dimiliki oleh mentornya. Dan hal pertama yang diperlukan untuk merangkul adalah mengosongkan diri.

Contoh: Murid-murid Yohanes (Mat. 3:6-8), murid-murid Yesus, meninggalkan semuanya dan ikut Yesus (Mat.4:20, Mrk 10:28-30, Mat 9:9)
Kebalikannya, orang muda yang kaya (Mrk 10:17-22), Gehazi, hamba Elisa (2 Raja 5:20-27).

c.    Kesediaan Menjadi Murid
Murid harus selalu berada dekat dengan mentornya, setiap waktu bisa merupakan sebuah kesempatan belajar baginya.
Luk. 9:57-62. Tak seorangpun dapat menjadi murid jika ia tidak siap sedia.

5.    Keterbatasan dan Ketidakpastian
Keterbatasan hubungan mentor –murid adalah hubungan ini tidak dapat diprediksi, di kemudian hari bisa terputus, karena terbentuk di atas pengertian dan sikap menerima yang bersifat timbal balik atau saling menguntungkan.

Ikatan Jiwa, Bukan Ikatan Roh
Hubungan mentor-murid lebih merupakan suatu hubungan yang professional. Mentor tidak masuk dalam hubungan ikat janji dengan muridnya seperti seorang ayah dengan anaknya, sehingga tidak terikat oleh tanggung jawab dan kewajiban seperti hubungan ayah-anak, oleh karena itu, hubungan mentor-murid dapat dengan mudah digantikan atau diambil alih oleh komitmen hubungan lainnya.

Hubungan Tidak Dapat Berlangsung Lama
Komitmen murid-murid Yohanes tidak tahan lama. Ketika Yesus, seorang pengkhotbah yang lebih baik muncul, mereka meninggalkan Yohanes (Yoh.1:37-40). Yohanes tidak masalah dan mengerti arti pementoran (Yoh.6:66)
Demikian juga dengan Yesus, banyak murid yang meninggalkan Dia karena pengajaran-Nya dianggap terlalu radikal (Yoh.6:65-68).

Orang Terdekat Anda Bisa Menjadi Yang Paling Mematikan
Ketika seorang mentor menawarkan dirinya kepada muridnya, hatinya diberikan bagi muridnya dengan harapan muridnya akan belajar darinya, sehingga ia membiarkan mereka datang sedekat mungkin. Tetapi selalu ada kemungkinan, murid yang paling dekat bisa menjadi musuh yang paling mematikan
Contoh: Petrus – Yoh.6:68, Mat.16:17-19, Luk.22:33.
Paulus dan Barnabas di Listra (Kis.14:8-19

Berganti Mentor

Hubungan mentor-murid dibangun atas kebutuhan dan keinginan murid. Kadangkala ketika murid sudah merasa bahwa ia telah belajar apa yang dibutuhkan dari mentornya, ia memutuskan untuk mencari mentor lain. Itulah realitas hubungan mentor-murid, kecuali mereka sudah bergeser dari pementoran ke hubungan bapa-anak.   

6.    Sifat Fleksibel
Mengambil Atau Tidak

Dalam pementoran, murid memutuskan apa yang ia inginkan untuk ia pelajari dari mentornya, ia tidak diwajibkan untuk mengambil semuanya dari mentor.
Seorang mentor harus mengerti bahwa muridnya selalu mempunyai pilihan.

Mengikuti Atau Tidak
Seorang murid tidak perlu pergi ke tempat-tempat yang dituju oleh mentornya.
Ada masanya murid merasa perlu meluangkan waktu lebih lama bersama dengan mentornya, tetapi juga saat ketika murid meluangkan lebih banyak waktu untuk dirinya sendiri.
Contoh: Yesus dan murid-murid-Nya (Mat. 14:22-23, Mat.10:5, Luk 10:1)

Ikut Campur Atau Tidak
Ketika terjadi suatu konflik atau pergumulan, mentor tidak terlibat secara pribadi di dalam konflik tersebut. Ia bisa memberikan nasehat dan dorongan, tetapi tidak ikut campur. Murid akan belajar bagaimana menyelesaikan konflik dari mentornya.
Contoh: Paulus dan Gamaliel (Kis.22:3)

Tumbuh Ke dalam Atau Tidak
Hubungan mentor-murid kurang mendalam sehingga tidak sulit bagi murid untuk meninggalkan mentornya.
Contoh: Murid Yohanes, murid Yesus (Yoh.1:37, Yoh.5:66)
Tetapi hubungan ini dapat berkembang dan bertumbuh menjadi hubungan bapa-anak.

7.    Struktur Organisasi
Di banyak denominasi gereja, senioritas seseorang secara otomatis menempatkannya menjadi “mentor” bagi yang lain. Tetapi ini bukanlah pementoran.

Sindrom Majikan-Karyawan
Orang yang berada dalam kepemimpinan belum tentu mentor bagi kita.

Sindrom Jaringan Gereja
Orang yang mengepalai jaringan gereja belum tentu mentor bagi kita.

Efek Yang Merusak
Jabatan atau posisi tidak menjadikan seseorang mentor kita. Yang terpenting adalah posisi rohani seseorang. Mentor harus dapat mengimpartasikan ketrampilan dan prinsip-prinsip pelayanan kepada muridnya agar dapat memainkan peran yang efektif dalam pelayanan.
Contoh: Ahli Taurat – bukan mentor, malah menyesatkan

Keseragaman Denominasi
Tujuan pementoran bukanlah keseragaman, bahwa semua jemaat memiliki karunia dan panggilan yang sama.
Murid tidak diproduksi secara masal.
Tujuan pementoran bukanlah keseragaman dalam pelayanan, tetapi kesatuan dari berbagai karunia, pelayanan dan pengaruh di dalam Tubuh Kristus. (1 Kor 12:4-6)

8.    Tanggung Jawab Ada Pada Mentor

Dalam hubungan pementoran, mentor adalah satu-satunya orang yang sering mengambil tanggung jawab dalam hubungan untuk melatih dan mengajar murid sehingga mencapai kemampuan terbaik. Sehingga hal ini sering disalah mengertikan secara kasar bahwa murid membutuhkan mentornya, tetapi mentor tidak membutuhkan muridnya.

Elia Dan Elisa
1 Raja 19:20. Elia mengambil jubahnya dan melemparkannya kepada Elisa. Elia bertanggung jawab atas dirinya sendiri untuk mengambil Elisa sebagai muridnya. Di kemudian hari, hubungan ini bertumbuh menjadi hubungan bapa-anak (2 Raja 2:12)
Paulus Dan Yohanes Markus
Paulus mengambil tanggung jawab atas dirinya sendiri untuk mengambil Markus sebagai muridnya untuk mengimpartasikan prinsip-prinsip dan ketrampilan pelayanan. Tapi Markus tidak lulus ujian, dan Paulus menolak mengambil tanggung jawab apapun terhadap Markus (Kis.15:36-41)
Paulus Dan Orang-Orang Efesus
Setelah mengambil tanggung jawab setelah 3 tahun, Paulus tahu bahwa saatnya telah tiba ia untuk pindah. Kis.20:17-38. Orang-orang Efesus merasa sangat kehilangan dan harus mencari mentor yang lain.
Mentor berfungsi sebagai pengayom atau covering atas kita. Kita sungguh diberkati bila ada orang yang mau mengambil tanggung jawab atas kita. Kita lebih membutuhkan mentor, daripada mentor membutuhkan kita.

9.    Mentalitas “Mengambil” di Dalam Diri Murid
Galatia 6:6. 1 Tim.5:17.
Ada satu sikap yang harus dihindari dalam hubungan pementoran, yaitu sikap “mengambil” di dalam diri murid.
Para “pengambil” adalah murid yang egois, dan menyimpan segala sesuatu untuk kepentingan diri mereka sendiri.
Murid yang baik adalah mempunyai sikap penuh perhatian dan tahu bagaimana membalas pengorbanan mentornya, memelihara hubungan dengan kasih, penuh perhatian dan berkat.

Tiga Perangkap Yang Harus Dihindari:
a.    Mementingkan Diri Sendiri
Yesus menjelaskan “diri sendiri” harus mati jika ingin mengikut Dia (Mrk.8:34-35)
b.    Keserakahan
Dosa Akhan. Roh yang mengingini kepunyaan orang lain akan menghancurkan semua “pengambil”
c.    Mengabaikan
Seperti kisah anak yang hilang. Murid hanya ingin keuntungan apa yang dapat diambilnya. Kebendaan dianggap lebih penting daripada hubungan.
Contoh: Gehazi (2 Raja 5:20-24)

Apabila mentalitas “pengambil” ini tidak ditangani sejak awal, maka ia tidak akan lepas dari bahaya.
Yesus Mengajar Murid-Murid-Nya Dengan Baik
Yoh.6:26, Mat.6:33, Mat.6:19-21
Banyak di antara murid Yesus yang hanya mencari keuntungan saja, karena itu telah diperingatkan dari awal.

Menerima Dari Dalam Hati
Ketika seorang mentor memberi, ia memberi dengan hatinya. Supaya seorang murid dapat menerima, ia harus menerima dengan hatinya.
Contoh: Paulus dan jemaat Filipi (Filipi.1:7, 4:14-16)
Mimpi setiap mentor adalah bahwa pada akhirnya muridnya akan mengambil kasih karunia yang sama dengannya.

10.    Murid Tidak Menerima Warisan
Seorang murid tidak menerima warisan dari mentornya, kecuali ia menjadi anak.
Pementoran adalah mengangkat seorang murid untuk melakukan apa yang dilakukan mentor, meliputi penyampaian ketrampilan, gaya, metode dan gagasan supaya murid mencapai keefektifan yang optimum.
Keefektifan hubungan ini bergantung dari seberapa besar murid mampu dan belajar dari mentornya, tetapi ia tidak bisa menerima warisan pelayanan dari mentornya. Contoh: Elia dan Elisa.

Pada mulanya hubungan mereka adalah mentor-murid, tetapi Elisa menginginkan sesuatu yang lebih, ia mau menerima warisan dua bagian roh dari Elia. Elia berkata bahwa hal itu sukar.. (2 Raja 2:10), Hati Elisa selalu terbuka untuk Elia, tetapi bukan Elia terhadap Elisa. Elisa harus membuktikan dirinya sendiri berharga sebagai seorang anak, yang akan tinggal sampai akhir dengan ayahnya.
Pada waktu Elisa melihat kereta berapi dan kuda, ia berteriak, “Bapaku, bapaku!” Elia memandang ke bawah dari kereta berapinya, ia tidak lagi melihat muridnya, tetapi anaknya, dan melemparkan jubahnya kepada Elisa.

(Bersambung..)


Penulis: Dr. William Vun

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

3 komentar:

istana sente mengatakan...

Good
Excellent

Unknown mengatakan...

TYM

Riri Dinar mengatakan...

Trm kasih. Sangat memberkati. GBU

Posting Komentar