RSS
Container Icon

FROM MENTORING TO FATHERING (2)

HUBUNGAN BAPA-ANAK

Seorang mentor bukanlah bapa. Banyak orang percaya yang berjalan seperti anak yatim piatu, mereka mempunyai gereja sebagai rumah, tetapi tidak mempunyai bapa dalam rumah itu.
Banyak orang memiliki pemimpin seperti pendeta, guru, penilik, mentor, namun bukan sebagai bapa.

Kemana Saja Perginya Para Bapa?
Gereja telah turun-temurun berjalan tanpa kehadiran bapa, sehingga menyebabkan gereja tidak dalam kondisi yang baik. Hal ini tidak terjadi pada gereja mula-mula, mereka menyebut pemimpin rohani mereka dengan sebutan bapa.
Dengan adanya seorang bapa dalam gereja, maka suasana gereja tersebut akan berbeda, ada disiplin, tujuan dan pengarahan dalam gereja pun ada.
Jika tidak ada bapa, maka akan terjadi perselisihan, perpecahan karena mereka berjalan dengan keinginan mereka sendiri. Mereka tidak pernah belajar penundukan diri, sehingga tidak bias tunduk satu sama lain.
Untuk menjadi seorang bapa mungkin mudah, tetapi diperlukan banyak hal untuk membapai seseorang. Seperti dalam keluarga, ada bapa tetapi kadang ia tidak tahu bagaimana cara membapai, sehingga sama saja seperti tanpa bapa.
Pembapaan membutuhkan kasih karunia pembapaan.

Seorang mentor bukanlah bapa rohani, tetapi bisa bertumbuh menjadi hubungan bapa-anak.
Contoh: Hubungan Yesus dan murid-murid-Nya pada mulanya adalah hubungan mentor-murid, sampai suatu saat ketika Yesus muncul di depan mereka setelah kebangkitan, mereka menerima impartasi Roh Kudus dan diangkat sebagai anak (Ef.1:13, Rm.8:14-17), dan Ia memberikan warisan-Nya kepada murid-murid-Nya, yaitu segala otoritas di bumi dan di sorga (Mat.28:18-20).

Tuntutan Akan Adanya Seorang Bapa
Hubungan mentor-murid menuntut suatu tingkat pengertian, penerimaan dan komitmen yang baik yang saling menguntungkan. Dalam hubungan bapa-anak, komitmen jauh lebih diperlukan, bahkan perlu adanya suatu kesepakatan ikat janji. Dalam hubungan pembapaan, hari sang bapa dan hati sang anak terikat dalam sebuah janji yang mereka buat bersama. Ada ikatan dari hati ke hati dan dari roh ke roh. Untuk menjadi bapa jasmani diperlukan seorang pria dewasa, untuk menjadi seorang bapa rohani diperlukan seorang yang posisi rohaninya dewasa.

10 FAKTA TENTANG PEMBAPAAN

1.    Hati Bapa Yang Berbalik Kepada Anak Maleakhi 4:6.
Kuasa hubungan bapa-anak terdapat di dalam hati.
Bapalah yang harus terlebih dahulu membalikkan hatinya kepada anak, bahkan sebelum anak tahu bagaimana membalikkan hati kepada bapa.
Jika dalam pembapaan tidak ada hati yang berbalik, Tuhan akan memukul bumi dengan kutukan, Tuhan tidak memandang ringan gagalnya sebuah pembapaan.
Di alam natural, hati bapa tercurah kepada anaknya bahkan sebelum ia dilahirkan. Bapa tidak mengharapkan apapun sebagai imbalan, tidak punya motif apa-apa, hanya hati yang menjangkau hati anak. Tidak ada apapun yang akan mengubah hati bapa, walaupun anak berkelakuan tidak baik sekalipun. (Lukas 15)

Lebih Dari Seorang Penyedia
Seorang ayah akan melakukan kesalahan terbesar jika ia membesarkan akan dengan keinginan agar si anak akan menyediakan kebutuhan sehari-harinya kelak. Banyak bapa mengira ia cukup membesarkan anak, setelah selesai kuliah, sudah bukan tanggung jawabnya lagi.
Pembapaan lebih dari sekadar menyediakan kebutuhan sehari-hari. Bila karena alasan tertentu bapa tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya secara memadai, hal itu tidak akan mengurangi statusnya sebagai bapa. Ia masih menjadi seorang ayah yang baik bagi anaknya karena pembapaan itu berasal dari dalam hati.

Dari Hati Ke Hati
Dengan membalikkan hati kepada anak, bapa mendapatkan hak untuk mengolah hati anaknya, melatihnya di jalan yang harus dilaluinya, sehingga anak tidak ingin berpisah darinya. (Amsal 22:6).
Warisan apapun yang ditaruh bapa ke dalam tangan anaknya selalu dapat diambil kembali, tapi tak seorangpun dapat mengambil warisan yang ditaruh seorang bapa ke dalam hati anaknya.

Hati Menajamkan Hati
Pembapaan adalah proses membentuk dan menajamkan hati anak.
Diperlukan hati untuk menajamkan sebuah hati, yaitu dengan hati yang berbalik kepada anaknya.
Contoh: Paulus dan Timotius.
Banyak anak kecewa karena tidak dapat merasakan hati dari bapanya.

Hati Bapa Surgawi Kita
Hati Bapa di Surga adalah contoh terbesar. Hati-Nya senantiasa mencari kita, walaupun ketika hati kita tidak siap dan telah berbuat banyak kesalahan.
Yoh.3:16, Rm 5:6, 8, 10.

2.    Hati Anak Berbalik Kepada Bapa
Maleakhi 4:6.
Hubungan Dimeteraikan
Seperti anak yang baru lahir, ia mulai memperhatikan suara-suara yang dikenalnya, dan terjadi sesuatu dalam hatinya. Hatinya terpaut kepada orang yang memanggil-manggilnya, dan ia memanggil ia bapanya. Hubungan ini dimeteraikan dan ia tidak ingin memilih bapa yang lain. Ia makin bertumbuh dan tidak akan mau menggantikan bapanya. Inilah hati anak yang berbalik kepada bapa, tidak ada lagi jalan berputar, yang ada adalah melangkah bersama-sama.

Ikat Janji Hati
Seorang anak yang tidak berbalik kapada bapanya akan sangat mengecewakan bapanya. Sebuah hubungan ikat janji menuntut komitmen hati sepenuhnya.
Contoh: Musa tidak berbalik kepada Firaun, walaupun diangkat sebagai anak, tetapi kepada ibu kandungnya, Yokebet.

Tahu Bagaimana Menjadi Anak
Seorang anak harus belajar bagaimana menjadi anak sebelum ia siap menerima warisan dari bapanya.
Seorang anak bisa saja berada di rumah warisan, tetapi tidak mendapatkan warisan itu, seperti anak yang sulung.

Ada beberapa alasan mengapa seorang anak tidak tahu bagaimana menjadi seorang anak sejati:
a.    Kurangnya contoh peran anak yang sejati.
Ia tidak pernah melihat atau mendengar bagaimana seorang anak yang sejati dapat menerima berkat dua kali lipat
b.    Kurangnya pemahaman tentang tanggung jawab seorang anak.
Belum pernah muncul dala pikirannya bahwa seorang anak memikul tanggung jawab juga
c.    Pemikiran bahwa seorang anak mempunyai hak untuk meminta dan menerima dari bapanya.
Seorang anak tidak mempunyai hak untuk meminta. Hak dan kehormatan itu hanya bisa diterima
d.    Kurangnya pengertian tentang perannya bapa.
Seorang bapa bukan hanya orang yang menyediakan kebutuhan bagi anak, ia juga bertanggung jawab untuk membesarkan anaknya itu demi suatu destiny (tujuan keberadaan0
Orang harus tahu bagaimana menjadi seorang anak yang sejati sebelum ia tahu bagaimana menjadi seorang bapa yang baik (Amsal 4:3-9)

Menjaga Hati Kita
Amsal 4:23, Amsal 22:15a
Seorang anak dapat memiliki kepercayaan kepada bapa rohaninya dam mempersiapkan destiny nya, tapi ia tetap harus menjaga hatinya terhadap segala sumber asing yang dapat mencemarinya.
Jaga hati dari pikiran jahat. Mat.15:18-19,
Jaga hati dari kata-kata yang tidak membangun dari mulutmu. Luk.6:45,
Jaga hati dari sikap keras kepala. Pkh.8:11,
Jaga hati dari kebebalan. Pkh.9:3,
Jaga hati dari kemunafikan. Mat.23:25,
Jaga hati dari sikap tidak percaya dan kemurtadan. Ibr.3:12,
Jaga hati dari dosa. Mzm.66:18,
Jaga hati dari tipu muslihat. Amsal 6:14,
Jaga hati dari sikap arogan. Amsal 5:12, 11:20,
Jaga hati dari kejahatan. Amsal 6:18,
Jaga hati dari hawa nafsu. Amsal 6:25,
Jaga hati dari tipu daya. Amsal 12:20,
Jaga hati dari kepahitan. Amsal 14:10,
Jaga hati dari sikap tinggi hati. Amsal 16:5, 28:25,
Jaga hati dari kekerasan. Amsal 24:2,
Jaga hati dari kemunafikan. Mat.6:5,
Jaga hati dari menjah dari Tuhan. Mrk.7:6, Ibr.3:10,
Jaga hati dari sikap bimbang terhadap Tuhan. Mrk.11:23,
Jaga hati dari mendustai Roh Kudus. Kis.5:3,
Jaga hati dari menipu diri sendiri. Yak.1:26
Rusaknya suatu hubungan sering kali diawali dari tercemarnya hati.
Elisa Dan Anak-Anak Nabi
Perbedaan Elisa dengan anak-anak nabi yang lain adalah Elisa tahu bagaimana membuat hati Elia berbalik kepadanya. Anak-anak nabi memang bisa menjadi anak-anak, tetapi mereka tidak tahu bagaimana seharusnya menjadi anak-anak. Mereka tidak mengarahkan hatinya kepada bapa seperti yang dilakukan Elisa.

3.    Ini Adalah Hubungan Ikat Janji
Ikat janji (Covenant) berasal dari bahasa Ibrani, artinya memotong ke dalam. Pembapaan berbeda dengan mentoring. Sekali hubungan ikat janji dimeteraikan, tidak ada lagi hubungan lain yang dapat menggantikannya.

Allah Bapa Mengadakan Ikat Janji Dengan Manusia
Ia adalah Allah ikat janji, dan Ia mengharapkan kesetiaan yang sama pula dari kita di dalam semua ikat janji yang kebetulan kita buat dengan siapapun yang kita telah bawa di hadapan Tuhan.
Para pelanggar ikat janji akan mendapat hukuman berat dari Tuhan. Ketika sebuah ikat janji dilanggar, segala sesuatu yang berhubungan dengan ikat janji itu akan sepenuhnya menjadi sia-sia dan tidak ada gunanya sama sekali (Yes.24:34)

Pembapaan Adalah Sebuah Hubungan Ikat Janji
Sebuah ikat janji adalah kesepakatan yang saling menguntungkan yang diukir ke dalam roh kedua pihak yang terkait demi tujuan memenuhi kewajiban tertentu demi mendapatkan keuntungan bersama. Bapa membutuhkan anak sama besarnya dengan anak membutuhkan bapa, tidak seperti dalam hubungan mentor-murid.

Menghormati Hubungan Ikat Janji

Menghormati suatu hubungan ikat janji akan membuat terpenuhinya tujuan dan mengikat berkat-berkat yang menyertainya. Contoh: Daud dan Yonathan. Laban dan Yakub.

4.    Dinamika Batin
Di dalam pementoran, mentor mengatakan kepada muridnya apa yang harus dilakukan. Tetapi di dalam pembapaan, bapa mengatakan kepada anaknya harus menjadi apa anaknya.

Dinamika Interaksi Batin
Tanpa interaksi aktif dengan bapa, anak tidak akan diberkati. Kakak dari anak yang hilang tidak membangun hubungan yang sehat dengan bapanya. Lukas 15:25-32.
Anak-anak rohani harus terus-menerus berbicara, berbagi dan berinteraksi dengan bapa rohani mereka. Melalui interaksi ini mereka mulai mengambil roh satu sama lain. Kita belajar pengetahuan dan pengertian dari instruksi mentor kita, tetapi kita memperoleh hikmat hidup dari interaksi dengan bapa rohani kita.

Dinamika Batin Dari Mencontoh (Imitating)
1 Kor.4:15-16, 1 Kor.11:1, Ibr 6:12.
Ibr.6:12 mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya bersikap bijaksana di dalam memutuskan siapa yang harus kita ikuti. Kita tidak mengikuti siapa saja yang muncul dengan begitu saja di jalan kita. Bapa rohani haruslah orang “yang karena iman dan kesabaran mewarisi janji-janji Tuhan”. Ia haruslah orang yang membawa warisan rohani yang bias kita dapatkan. Ia bukan sekadar siapa saja di luar sana.

“Sebagai bapa rohani, saya berharap anak-anak rohani saya menjadi pengikut (imitator) saya. Saya berharap mereka hidup dan berperilaku seperti anak rohani saya sendiri. Sistem nilai mereka harus merupakan proyeksi sistem nilai saya. Jalan pikiran mereka harus merupakan refleksi dari jalan pikiran saya. Hati mereka harus memiliki hasrat seperti hati saya. Mereka harus membawa gambar diri saya di dalam mereka. Inilah yang disebut dinamika batin dari imitation. Ketika orang lain melihat mereka, orang-orang harus bisa melihat trademark saya di dalam diri mereka karena trademark saya berasal dari Kristus.

Dinamika Batin Roh Yang Sama
Hubungan bapa-anak merupakan hubungan ikat janji dan mempunyai sifat spiritual, sehingga seseorang tidak dapat menjadi bapa sebelum rohnya cukup matang untuk bertanggung jawab membesarkan anak-anak.
Seorang bapa mungkin mampu mengangkat anak, tetapi bisa saja ia tidak siap untuk membesarkan anak itu.
Melalui pembapaan, roh bapa dilipatgandakan di dalam diri anak persis seperti roh Elia dilipatgandakan di dalam Elisa. Bapa dan anak dipanggil untuk menjadi sebuah tim dalam roh sehingga hati mereka saling terpaut.

Contoh: Itai dan Daud (2 Sam 15:21). Pada awal pelayanan Musa,. Supaya anak dapat merasakan sama seperti bapa merasakannya, melihat dengan cara bapa melihat dan berpikir dengan cara bapa berpikir, roh bapa harus dilipatgandakan di dalam anak. Karakter anak harus mulai terbentuk dan rohnya harus mulai dibentuk sebelum ia siap menjalani tujuan keberadaan atau destiny yang telah dipersiapkan baginya sebelum dasar bumi diletakkan.

5.    Disiplin Anak
Mungkin mudah bagi kita untuk mengatakan seseorang adalah bapa rohani kita, tetapi itu tidak ada artinya bagi kita jika kita tidak mengizinkannya mendisiplin kita dengan cara seorang ayah seharusnya mendisiplin anaknya.
Proses pembapaan rohani bukan untuk orang yang lemah hatinya. Proses ini sifatnya menuntut dan memerlukan kerja keras. Kebenarannya adalah tak seorangpun akan menjadi seorang bapa yang baik jika ia tidak menekankan disiplin kepada anaknya. Jika seorang bapa rohani tidak menyampaikan kedisiplinan kepada anaknya sendiri, orang lain yang akan melakukannya. Ibr.12:8 – anak gampang, bukan anak yang sah, tidak memiliki disiplin.



Perlunya Displin
Tindakan mendisiplin itu sulit dan menyakitkan baik bagi bapa maupun anak. Bapa tidak mau memberikan pendisiplinan, sedangkan anak tidak mau berada pada posisi menerima tindakan pendisiplinan itu. Tetapi pendisiplinan tidak boleh tidak ada di dalam sebuah hubungan pembapaan..
Amsal 13:24, Mzm.119:71. Dalam pendisiplinan, kasih dan disiplin tidak dapat dipisahkan. Gagal mendisiplin anak, berarti gagal mengasihi anak.
Amsal 22:15. Kita pernah menjadi anak-anak dan kita tahu betapa bodohnya kita. Diperlukan seorang bapa untuk menjangkau ke dalam hati anaknya dengan pendisiplinan untuk menyingkirkan kebodohan dari diri anak.
Amsal 23:13-14. Ada roh Lot dalam diri setiap anak, yang apabila dibiarkan akan membawa mereka ke dalam pengaruh-pengaruh yang keliru. Kedisiplinan akan menyelamatkan anak dari dunia orang mati.
Amsal 29:15. Seorang anak bias sangat pintar dan cerdik tetapi kurang bijaksana dan berhikmat. Pendisiplinan dari seorang bapa memungkinkan anak menangkap hikmat dari ayahnya.

Penundukan Diri Seorang Anak
Ada satu bidang yang sulit dilakukan oleh anak-anak, yaitu penundukan diri. Seorang anak yang tidak mau menundukkan dirinya sendiri kepada pendisiplinan tidak akan menjadi seorang anak yang baik.
Selalu ada harga yang harus dibayar untuk menjadi anak dari bapa rohani kita. Yesus membayar harganya untuk menjadi Putra Bapa Surgawi (Ibr.1:5). Dan hanya kepada orang-orang seperti inilah bangsa-bangsa akan diberikan sebagai warisan harta milik. (Mzm.2:7-9)
Mzm 127:4-5. Anak-anak adalah seperti anak panah di tangan bapanya. Akurasi anak panah bergantung pada ketrampilan pembuatnya. Anak panah yang baik tak ternilai harganya dan begitu pula dengan anak-anak yang baik.

Empat Faktor Yang Mempengaruhi Akurasi Anak:
A.    Anak-anak Harus Membawa Materi Yang Tepat Untuk Dijadikan “Anak”
        Seperti anak panah, anak-anak harus dibentuk dengan materi pilihan. Banyak orang ingin menjadia
        anak rohani, tetapi tidak banyak yang bersedia mempunyai materi yang tepat untuk menjadi anak.
        Tanpa kesediaan untuk didisiplin, anak-anak tidak akan memenuhi syarat untuk menjadi anak panah
        yang berkualitas
B.    Anak-anak Harus Mempunyai Bapa Yang Akurat Untuk Membapai Mereka Sebelum Mereka
        Sendiri Bisa Akurat.
        Seorang anak mungkin berkualitas untuk dijadikan batang panah yang terbaik sekaligus kepala anak
        panah yang terbaik, tetapi jika ia tidak mendapatkan seseorang yang tahu cara membuat dan
        memasang bagian-bagian anak panah dengan benar, ia tidak akan menjadi anak panah yang akurat.
       Seorang anak harus tahu siapa bapanya. Tidak ada pilihan bagi kita untuk memilih bapa alami, tetapi
        kita bisa memilih bapa rohani kita. Pilihlah dengan bijaksana dan dengan doa.
C.    Anak Harus Mau Menundukkan Diri Kepada Disiplin Menyeluruh Bapa Mereka
       Sang pembuat anak panah tahu dengan detail tiap komponen dan materi yang digunakan. Selama
       proses pembuatan, anak panah tidak memberontak, mereka tunduk secara total kepada pembuatnya.
       Disiplin seorang bapa mungkin keras, tetapi bapa tahu apa yang dikerjakannya.
D.    Anak Harus Menunggu Saat Yang Tepat Untuk Dilepaskan
        Anak panah tidak dilepaskan pada waktu anak panah itu masih sedang dibuat. Anak panah disimpan
       di dalam tabung anak panah tuannya sampai si tuan memutuskan untuk melepaskannya.

6.    Pola Seorang Bapa

Secara alami, anak membawa DNA dari bapanya. Itu adalah sesuatu yang tertanam di dalam setiap sel anak.
Pola Yang Ditemukan Di Dalam Hati. Kis.13:22.
Allah mencari hati yang bisa menjadi tempat untuk menanamkan kehendak dan jalan-jalan-Nya. Ketika ia tidak menemukannya dalam diri Raja Saul, Ia menemukannya pada diri Daud. Daud mau membentuk pola hatinya dengan mengikuti pola hati Allah.

Kenali Hati Bapa Anda
Seorang anak rohani tahu apa yang ada di hati yang terdalam bapanya. Ada jauh lebih banyak hal di dalam hati seorang bapa daripada apa yang bisa dilihat di luar dengan mata.
Harta sejati dari seorang bapa rohani tersembunyi di dalam hatinya. Itulah DNA-nya.
Contoh: Salomo mengenal hati Daud untuk membangun Bait Suci. 2 Taw.28:12, 19.


Pola Yang Mengikuti Hati Bapa
Jika seorang anak tidak mengenal hati bapa rohaninya, ia tidak akan mampu membuat hatinya terpola sesuai dengan hati bapanya. Seorang mentor akan berkata kepada muridnya, “Lakukan apa yang saya lakukan”. Tetapi seorang bapa akan berkata kepada anaknya, “Jadilah seperti aku”.
Contoh: Salomo dan Daud memiliki pola hati dan keinginan yang sama untuk membangun Bait Suci.
Beda dengan Saul dan Daud, Daud tidak menjadikan Saul bapa rohaninya karena Saul memiliki indikasi ingin menyenangkan orang lain, bukan menyenangkan Tuhan.
Seorang anak yang sejati tidak memerlukan apa pun untuk membuktikan dirinya kepada bapanya. Ia juga tidak perlu menjadi orang yang suka menyenangkan orang lain agar bisa diterima.

Detak Jantung Bapa Menjadi Detak Jantung Anak
Pada waktu pola bapa masuk ke dalam hati anak, detak jantung bapa menjadi detak jantung anak.
Contoh: Yesus dan Bapa – Yesus marah ketika Rumah Bapa-Nya dijadikan bisnis dan dagang (Yoh.2:16)
Pada waktu seorang anak rohani mengambil pola bapanya, ia juga mengambil semangatnya, antuasiasmenya, kobaran apinya, imannya, keberaniannya, rohnya dan destiny-nya. Seorang mentor memberikan kepada muridnya sebuah head start dengan men-transfer ketrampilan, tetapi seorang bapa rohani memberikan sebuah head start dengan mentransfer sebuah pola hati.

7.    Ketaatan Anak
Amsal 1:8-9, Amsal 3:12, Amsal 4:1, Efesus 6:1-3.
Pembapaan rohani akan menempatkan anak di bawah otoritas dan perlindungan bapa. Bapa menjadikan dirinya ada untuk memberikan instruksi, mengajar dan melatih anaknya supaya ia siap diluncurkan kepada destiny-nya. Jika tidak ada penundukan diri dan ketaatan di dalam diri anak, anak itu tidak akan siap untuk dilepaskan.

Seorang Anak Dan Ketaatannya
Seseorang tidak dapat menjadi seorang anak tanpa ketaatan kepada bapa rohaninya.
Kita harus menghormati dan taat kepada orang tua kita supaya memiliki masa depan dan sebuah destiny.
Contoh: Abraham memiliki banyak anak selain Ishak dan Ismail, tetapi hanya Ishak yang mewarisi janji-janji Allah untuk Abraham karena ia membayar harga ketaatan untuk menjadi anak Abraham. Allah Abraham tidak akan menjadi Allah Ishak sampai Ishak menjadi anak yang taat kepada bapa Abraham. Demikian juga dengan Yakub

Ketaatan Atau Mempersembahkan Korban
1 Samuel 15:22.
Pada waktu Saul tidak taat kepada Allah, Samuel menyatakan kepadanya prinsip-prinsip ketaatan. Saul memberikan banyak alasan yang bisa dipikirkannya dan bahkan memberikan korban atas ketidaktaatannya. Tetapi tidak ada alasan atau korban seberapa pun juga untuk menggantikan apa yang telah hilang karena ketidaktaatannya.
Setiap anak memiliki kecenderungan seperti Saul yang ingin melakukan sesuai keinginannya sendiri. Jika anak tidak mau menundukkan dirinya dalam ketaatan kepada pendisiplinan dan instruksi bapa rohaninya, ia tidak akan mewarisi apa pun darinya.
Ketaatan Itu Dipelajari. Ibrani 5:8.
Ketaatan tidak datang secara alami dalam diri anak. Ketaatan itu dilatih dan dipelajari, seperti Yesus. Ia harus bertempur melawan kedagingan-Nya sendiri dan belajar taat akan kehendak Bapa.
Bapa rohani kita perlu mengetahui tingkat ketaatan kita. Ia akan menguji, mendisiplin kita, bahkan membiarkan kita melakukan kesalahan-kesalahan konyol, supaya kita belajar mengenai ketaatan.

Melepaskan Dan Mengambil Yang Lain . Markus 8:34.
Ketaatan adalah proses melepaskan diri dan membiarkan orang lain mengambil prioritas di dalam hidup kita.
-    Melepaskan
Seorang anak tidak akan mampu belajar taat bila ia tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkan dirinya sendiri di hadapan bapanya.
Contoh: Yesus. Filipi 2:6. Bukan kehendak-Nya yang jadi, tetapi kehenak Bapa.
Mengosongkan diri artinya ia berkata bahwa ia melepaskan kehendaknya, egonya, harga diri, bahkan rencana-rencana masa depannya.
Mengosongkan diri adalah suatu sikap hati, dan hal ini dating dari roh kerendahan hati.

-    Mengambil Yang Lain
Kerendahan hati bukanlah penghinaan, bahkan Bapa meninggikan Yesus (Filipi 2:9-11).
Setiap bapa rohani tahu bagaimana membapai anak rohaninya. Bapa yang berbeda akan melakukannya dengan cara yang berbeda pula, tapi di dalam hati setiap bapalah setiap anak akan dibiarkan untuk mengambil ukuran sesuai dengan ukuran kesediaannya untuk melepaskan demi hubungan.
Contoh: Bapa dan anak yang hilang (Lukas 15:11-24)

Bapa sangat mengenal hati anaknya. Ia membiarkan anaknya meminta warisan dan pergi. Tapi ia tathu bahwa anaknya akan pulang kembali, oleh sebab itu ia selalu menanti-nantikan anaknya setiap hari. Ketika anak kembali, ia telah mati, dan hidup yang baru.

8.    Pemelihara Satu Sama Lain
Suatu hubungan mentor-murid adalah hubungan antara dua orang dan tidak mempengaruhi orang lain secara langsung maupun tidak langsung.
Namun, dalam pembapaan, hubungan ikat janji ini akan mempengaruhi anggota-anggota keluarga bahkan keturunan-keturunan setelah mereka.
Ketika Allah mengadakan perjanjian dengan Abraham, seluruh anggota keluarga ikut terlibat, demikian juga dengan Nuh.

Kesiapan Bapa Untuk Memelihara
Kesiapan adalah kunci kepada pembapaan yang berhasil. “Jangan terlibat dengan siapapun jika Anda tidak siap”. Jangan menikah jika belum siap, kemampuan untuk jatuh cinta tidak boleh digunakan untuk mengukur kesiapan, demikian juga dengan kemampuan untuk mempunyai anak.
Banyak bapa rohani gagal karena mereka tidak pernah siap ketika mereka mengambil anak. Ada yang salah menafsirkan bahwa kesuksesan pelayanan diukur dengan banyaknya anak rohani yang mereka punyai.
Kesiapan seorang bapa diukur dari tingkat kedewasaan rohani, bukan statusnya. Status adalah sesuatu yang diberikan manusia dan bisa datang dan pergi. Tapi tingkat kedewasaan rohani kita peroleh dan tetap ada di dalam diri kita.

Posisi rohani berasal dari kedewasaan manusia roh kita. Hal ini tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Tanpa posisi rohani di dalam diri bapa, ia tidak akan mampu memberikan pemeliharaan kepada anak-anaknya.

Bapa Memelihara Hikmat Ilahi. Amsal 5:1, Amsal 4:20-22, Amsal 22:15.
Seseorang tidak membutuhkan bapa rohani untuk mencari pengetahuan dan pengertian, karena hal ini dapat didapat melalui guru, mentor datau dari buku-buku dan sumber informasi lainnya.
Tetapi anak membutuhkan seorang bapa dalam hal pengalaman, hikmat dan posisi (kedewasaan rohani).
Hikmat adalah pengetahuan dan pengertian yang diterapkan. Banyak anak yang jatuh karena mereka tidak menangkap hikmat dari bapa rohani mereka. Amsal 1:2-5.

Bapa Memberikan Prinsip-Prinsip Rohani
Pada umumnya anak-anak mengambil bapa rohani karena mereka ingin menangkap roh bapa dan kemudian bergerak dengan materi kerajaan dan berjalan dalam pengurapan yang lebih besar.
Contoh: Paulus dan Timotius (2 Tim.1:3-7) Paulus mendoakan Timotius siang dan malam, ia tahu kesulitan dan latar belakang anaknya dengan baik. Ia melatihnya cara memperhatikan dan menaati perintah dari bapa rohaninya (1 Tim.1). ia mengimpartasikan sejumlah prinsip-prinsip rohani untuk pelayanan (1 Tim.2-4). Ia memperingatkan adanya jebakan-jebakan dan bahaya dalam pelayanan (1 Tim 5, 2 Tim 3).
Contoh Anak-Anak Yang Tidak Menghormati Bapa
Amsal 19:26, Amsal 23:22, Amsal 30:11, Amsal 28:24, Amsal 20:20, Markus 7:10-13, 1 Tim 5:8.
Anak-anak yang tidak menghormati bapa mereka tidak akan ditepatkan oleh Tuhan pada posisi untuk menerima berkat.

Tidak Lupa Kepada Tangan Yang Memberi Anda Makan. Markus 7:11.
Alkitab mengajarkan bahwa salah satu untuk menghormati bapa kita adalah dengan memelihara mereka. Galatia 6:6. Ada waktunya anak untuk menerima ketika ia masih muda dalam roh dan ada waktunya bagi anak untuk memberi setelah ia dewasa. Bapa rohani kita telah berkorban bagi kita. Mereka melakukan yang terbaik untuk memelihara kita. Mereka mengajarkan yang baik dan memberikan warisan yang telah ditaruh Allah di dalam hati mereka. Hal yang paling benar yang dapat kita lakukan adalah jika kita tidak menolak segala hal yang baik dari mereka.
Kita tidak boleh lupa tangan-tangan yang telah memberi kita makan. Jika kita melakukannya, kita menarik penghakiman kepada diri kita sendiri, yang berasal dari roh kesombongan, arogansi dan pemberontakan.

Memelihara Bapa Rohani Kita. 1 Kor 9:11-12, 14.
Paulus menginginkan anak-anaknya mempunyai suatu roh yang benar dalam memelihara bapa-bapa rohani mereka. Memelihara bapa rohani kita tidak seharusnya dilakukan tanpa niat atau diluar kewajiban, tetapi dengan bebas dan sukacita.

9.    Bapa Melepaskan Kata-Kata Destiny
Bapa rohani ingin mendengar Tuhan bagi kita sama seperti kita ingin mendengar Tuhan bagi diri kita sendiri. Ia berbicara ke dalam hidup kita tentang apa yang ia dengar dari Tuhan dan bertanggung jawab untuk membentuk kita supaya sesuai dengan destiny kita. Ia tahu rencana dan tujuan kekal yang ada pada Tuhan untuk kita. Oleh karena itu, sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai bapa rohani kita untuk menyampaikan firman destiny Allah bagi kita. (1 Tim 1:18-19, 1 Tim 4:14-16)

Mendengar dan Melepaskan Dengan Akurat
Sebelum bapa rohani mengucapkan kata-kata destiny kepada anaknya, ia harus mampu mendengarnya dari Tuhan dengan akurat. Itu bukan kata-kata dari dagingnya sendiri. Ia tidak mengambil mimpi pribadinya untuk anak rohaninya dan mengatakan bahwa itulah kata-kata destiny dari Tuhan. Dengan kata-kata destiny, bapa melepaskan anaknya masuk ke dalam destiny yang telah dipersiapkan Tuhan baginya sebelum dasar-dasar bumi diletakkan.
Ishak Melepaskan Yakub. Kejadian 27:27-29, Kejadian 28:3-4.
Yakub Melepaskan Anak-Anaknya. Kejadian 48:14.
Daud Melepaskan Salomo. 1 Taw 28:9-19, 1 Taw 28:4-7.

Melepaskan Kata-Kata Destiny. Bilangan 27:18-23, Ulangan 34:9.
·    Kata-Kata Destiny Yang Dilepaskan Oleh Bapa Rohani Haruslah Dari Tuhan
·    Kata-Kata Destiny Yang Dilepaskan Oleh Bapa Rohani Adalah Sesuai Dengan Ukuran Roh Yang
     Dibawa Oleh Bapa
     Seseorang tidak dapat memberikan apa yang tidak ia punyai. Musa adalah seseorang yang memiliki
     otoritas, ketika Musa berbicara kepada Yosua, ia mengimpartasikan otoritasnya ke dalam diri Yosua
     (Bilangan 27:20)
·    Kata-Kata Destiny Yang Dilepaskan Oleh Bapa Rohani Hanya Dapat Diterima Oleh Anak Yang
     Berbagi Roh Yang Sama Dengan Bapa (Yos.27:18)
     Yosua selalu bersama-sama dengan Musa, ia tetap setia kepada Allah dan Musa, ia tahu membedakan
      laporan yang bagus atau tidak (12 pengintai).
·    Kata-Kata Destiny Yang Dilepaskan Oleh Bapa Rohani Membawa Takaran Posisi Rohani Dan Otoritas
     Setelah Musa meletakkan tangannya atas Yosua, bangsa Israel melihat perbedaan dalam diri Yosua, 
     mereka menerimanya dengan sukacita sebagai pemimpin baru dan mengucapkan janji setia kepadanya
     (Yosua 1:16-18)
·    Kata-Kata Destiny Yang Dilepaskan Oleh Bapa Rohani Kepada Anak Merupakan Sebuah Amanat   
     Musa menumpangkan tangannya atas Yosua dan memberinya amanat sesuai dengan Firman Tuhan
     (Bilangan 27:23)
·    Kata-Kata Destiny Yang Dilepaskan Oleh Bapa Rohani Mengimpartasikan Roh Hikmat
     Sebagian dari roh hikmat Musa diimpartasikan ke dalam diri Yosua.

10.    Anak-Anak Menerima Warisan Bapa
Bapa rohani tidak memberikan karunia kepada anak-anaknya, tetapi warisan.
Warisan adalah suatu hal yang sangat pribadi dan selalu dijaga di kalangan anggota keluarga.
Bapa selalu mempersiapkan anaknya untuk menerima warisan keluarga, tetapi ia akan memastikan bahwa anaknya telah cukup dewasa baik dalam usia maupun posisi rohani untuk menerima warisan itu. Terlalu banyak bapa rohani tidak menyiapkan anaknya dengan baik, dan terlalu banyak anak tidak tahu bagaimana harus menerima apa yang diberikan oleh bapa rohani mereka kepada mereka.

Pembagian Warisan
Jika bapa jasmani dapat membagikan warisannya secara sama rata kepada anak-anaknya, tidak demikian halnya dengan pembapaan rohani.
Contoh: Berkat  Ishak untuk Esau dan Yakub. Berkat Yakub untuk Efraim dan Manasye.
Pembagian warisan rohani bapa adalah keputusan dari bapa sendiri menurut pengertiannya dan berdasarkan apa yang ia dengar dari Tuhan.

Pengambil Bagian Destiny Bapa Anda
Warisan bapa kita dalah warisan kita. Destiny bapa adalah destiny kita.
Contoh: Abraham dipanggil oleh Allah untuk pergi ke suatu tempat sebagai suatu warisan. Ishak melanjutkan visi dan destiny yang sama sambil berharap bahwa warisan yang dijanjikan kepada bapanya dapat terpenuhi dalam hidupnya.

Anak Melanjutkan Dari Tempat Di mana Bapa Meninggalkan
Impartasi warisan bapa rohani kepada anaknya membawa kasih karunia dan pengurapan yang diperlukan bagi kelanjutannya. Pada waktu seorang anak rohani melanjutkan dari tempat dimana bapanya meninggalkannya, maka apa yang dahulu dibawa bapanya di dalam rohnya menjadi dasar dan landasan untuk meluncur bagi pelayanannya. Anak tahu dan merasakannya di dalam rohnya.
Contoh: Musa dan Yosua. Elia dan Elisa. Daud dan Salomo.

Terhubung Dari Hati Anda
Seorang anak rohani menerima warisan bapa dari hatinya. Persiapan hati jauh lebih menuntut daripada persiapan pikiran. Contoh: Anak yang hilang.
Warisan yang sejati dari bapa terletak di dalam hatinya. Diperlukan konektivitas atau hubungan dari hati ke hati demi terjadinya impartasi warisan bapa.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Anonim mengatakan...

halo evi...ak baca blog mu
d_van_h: FROM MENTORING TO FATHERING (2) di rahasia hati
d_van_h: mau tanya nih..
d_van_h: evi mensarikan dari buku apa?
d_van_h: km menterjemahkan? atau hanya poin2nya saja? saya jg lagi belajar tentang fathering, ikat janji dll.. sampai dimana kebernarannya.

Posting Komentar