Ketika saya merenung kembali perjalanan saya dengan Bapa, saya semakin menyadari keberadaan saya. Seringkali kita tanpa sadar, begitu mudahnya menjauh dari kasih karunia-Nya, begitu mudahnya kita melupakan perjanjian dengan-Nya bahwa kita mau menjadi milik-Nya dan mau mengikuti-Nya.
Ketika masalah datang, dan kesesakan, kepahitan, luka dan keletihan datang, kita seringkali menyalahkan Tuhan, berdebat dengan-Nya atas semua keputusan-Nya yang kita kira itu tidak tepat. Kita menjauh dari-Nya dan kesombongan, kebenaran diri telah menguasai kita.
Semakin saya berjalan dengan-Nya, ada kalanya saya semakin tidak memahami semua tentang Dia. Apa itu pertobatan? Apa itu penyerahan? Apa itu perjumpaan? Apa itu cinta? Semua tampak seperti bayangan.
MENJADI BUTA
Ya, kita telah menjadi buta. Dan Hal ini membuat kita terkejut karena kita tidak pernah menyadarinya. Saat kita mulai ijinkan sesuatu yang lain memasuki dan menguasai hati kita, semua yang bertentangan dengan kebenaran; iri hati, kecemburuan, keegoan, kesombongan, kepahitan, kebencian, mengasihani diri, kekotoran, dan lain sebagainya, semua itu telah menggerogoti jati diri kita yang sebenarnya didalam Tuhan. Dan setelah kita menyadarinya, keadaan kita sudah sangat terluka, terpuruk, dan tertawan...berada sangat jauh dari hadirat-Nya. Kadang kita berpikir bahwa ”saya baik-baik saja..saya bisa mengatasinya..saya akan berjuang kembali..” Kita berpikir bahwa kita sedang berada dalam hadirat Tuhan, tetapi sekali lagi, kita tertipu oleh perasaan dan pikiran kita sendiri.
Saya merenungkan, apa arti hidup dalam hadirat Tuhan? Di hadirat-Nya kita akan diubahkan, lalu mengapa kita belum juga berubah? Dihadirat-Nya akan ada kesembuhan?tetapi mengapa kita belum juga sembuh? Siapakah yang salah?
Saya, anda, atau Tuhan? Tentu saja Tuhan tidak pernah salah, walaupun kita selalu ingin menyalahkan Tuhan atas semua kelemahan kita dan ketidakpercayaan kita. Seharusnya kita malu...ya saya sangat merasa malu....ternyata kitalah yang menjadi buta dan menuduhkan semua kepada Bapa kita. Kita menjadi buta karena semua yang dari dunia mengalihkan pandangan kita tentang kesejatian Tuhan. Tiba-tiba kita menjadi pribadi yang berbeda dan kehilangan jati diri kita didalam Tuhan. Apakah Allah menciptakan kita sebagai orang yang kalah dan terpuruk? Saya percaya...saya percaya Dia menciptakan kita walau dalam kelemahan untuk membuktikan kekuatan-Nya. Tetapi kekuatan-Nya tak akan pernah dinyatakan selama kita masih menjadi buta dan sombong dengan kekuatan sendiri.
Kita tidak menyadari kebutaan dan ketelanjangan kita sendiri. Seperti anak yang terhilang dalam Lukas 15, dia menjauh dan semakin menjauh dari kasih karunia, semuanya diawali dengan kesombongan kita.
MELAYANI SIAPA?
Seteah kita menyadari kejatuhan demi kejatuhan kita..bertahun-tahun yang diliputi dukacita dan kekalahan demi kekalahan. Kita beralasan bahwa kita sudah berusaha dan berjuangan lebih keras. Tetapi sekali lagi, manusia sering bersandar kepada kekuatannya sendiri dan mengingkari Tuhan. Akhirnya terpaksa Bapa memukul dan meremukkan kita kembali, sekali...dua kali..tiga kali..sampai berulang kali..sampai kita mengakui kebesaran dan kedaulatan-Nya dalam hidup kita. Siapa manusia yang bisa menantang Allah? Kalahkah Dia dari manusia lemah seperti kita? Itu tidak mungkin! Saat kita menyimpan amarah kepada Tuhan dan menyalahkan Dia dalam hati kita karena merasa Dia tidak adil, merasa Dia terlalu kejam dan suka menyiksa..,apakah Allah akan kalah kepada kita? Tidak, Dia adalah Bapa yang sedang mendidik kita. Mendidik dan menghajar kita sampai kita mendapat kebenaran yang memurnikan hidup kita. Di awal perjalanan kita mengakui Dia sebagai Tuhan kita, sebagai satu-satunya Penguasa Tunggal dalam hidup kita. Tetapi seiring perjalanan, sadarkah kita siapa tuan yang sedang kita layani sekarang? Apakah diri kita sendiri? Kita melayani pikiran dan dosa kita, tiap-tiap hari waktu kita dihabiskan untuk menangisi diri sendiri, untuk berdebat dan tidak berdamai dengan jalan-jalan Tuhan dan panggilan-Nya. Tiap hari kita sibuk memperbaiki hubungan yang kita hancurkan sendiri karena kebodohan kita dan kita berkata Dia adalah Tuhan kita? Siapakah yang menjadi Tuhan? Aku? Atau Tuhan?
Jika Dia adalah Tuhan kita, kita akan memandang-Nya dan tetap mengikuti-Nya. Ada banyak masa dalam perjalanan kita bersama Dia, dimana dunia menarik kita begitu rupa, orang-orang yang kita kasihi meninggalkan kita, dan semua harapan dan cinta kita kepada-Nya mulai layu, kering dan dingin. Tetapi janganlah mengambil keputusan untuk berhenti! Karena kita tidak akan mampu tanpa Dia. Kita tidak akan menemukan tempat dimanapun selain didalam hadirat-Nya, pelukan-Nya. Mari jadikah Dia Tuhan, layani Dia, untuk kesenangan-Nya, bukan melayani kesenangan kita sendiri, kedagingan, dan pikiran kita sendiri.
TIDAK AKAN PERNAH BISA
Pada suatu titik Allah akan menghancurkan semua kebanggaan kita, mengambil semua yang kita andalkan, dan meremukkan setiap yang muncul dari kita, yang bukan dari Pribadi-Nya sendiri. Disaat itu, kita menyadari bahwa semua kegagalan dan kelemahan kita ditujukan untuk Allah dapat membuktikan diri-Nya bahwa Dia adalah Bapa yang berkuasa, yang memukul, tetapi memeluk, yang melukai, tetapi membebat. Oh, sangat susah memahami semua perlakukan Bapa kepada kita. Tetapi kita akan tetap memiliki tekad yang kuat untuk mengikut Tuhan. Komitmen kita yang mula-mula untuk menjadi murid-Nya. Bapa mau kita tetap memiliki penyerahan dan cinta walau cinta itu diterpa badai yang sangat besar. Bapa akan mengajarkan kepada bejana-bejana yang sedang dibentuk-Nya, tentang ”Tinggal di dalam Dia dan Dia didalam aku” itu suatu ungkapan yang tidak mudah dilakukan begitu saja. Diam didalam Dia berarti diam dan hidup didalam Roh-Nya. Kita akan berhenti berbuat kedagingan dan dapat mengerti pertobatan sejati apabila kita telah berlatih dan memohonkan Roh-Nya hidup dan menguasai kita (Roma 8). Kita akan lepas dari belenggu dan hukum dosa bila kita telah memahami apa itu kasih karunia. Bicara tentang kasih karunia, saya seringkali telah berusaha dengan kekuatan saya sendiri, saya berkata bahwa saya berjalan dengan Dia, tetapi lagi dan lagi Dia meremukkan saya sampai saya tidak dapat berkutik dihadapan tahta kasih karunia. Dosa bekerja didalam alam maut, tetapi kasih karunia bekerja didalam hukum Kerajaan yang kekal, didalam Yesus Kristus (Roma 5:21). Hukum dosa memilik lawan hukum kasih karunia. Seumpama iblis yang selalu berusaha menebarkan benih dosa didalam dunia ini dan dosa membuahkan maut, Bapa yang penuh kasih juga selalu menebarkan kasih karunia yang berlimpah kepada dunia dan orang-orang yang mau terus belajar mengenal dan mengasihi-Nya. Kasih karunia bekerja dengan sendirinya melalui Kristus yang telah mati buat kita. Kita berdosa, kita diampuni. Kita berbuat dosa lagi, kita diampuni lagi. Seolah seseorang mengotori dan seseorang selalu membersihkannya lagi. Betapa ajaib kasih karunia itu! Tetapi Paulus menegaskan bukan berarti kita sembarangan hidup berbuat dosa, supaya kita menerima kasih karunia itu.
Kasih Bapa tidak terselami. Ketika kita merasa tidak layak lagi dihadapan-Nya. Sudah hancur dan tak berani lagi menatap tahta-Nya. Dia selalu ada buat kita. Bahkan disaat semua orang telah pergi karena mereka tidak tahan menghadapi kita. Pertobatan selalu disertai kasih karunia, dan kasih karunia mengerjakan pertobatan didalam diri kita. Kita tidak akan pernah bisa bertobat dan hidup didalam Dia, mengikut Dia dengan sempurna, tanpa kasih karunia-Nya. Jika kita menjauh dari tahta kasih karunia itu, yang muncul adalah keletihan, kekuatan sendiri, kecemburuan, kesombongan dan keakuan.
METERAIKAN AKU
”Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu,...” .(Kidung Agung 8:6)
Apa maksud ayat ini? Mari kita merenungkan bersama. Setelah kita tahu bahwa manusia ini sangat lemah. Apalagi tubuh fana kita yang sudah terjual didalam hukum dosa dan akan binasa. Kita sedang dalam perjuangan dari ke hari untuk melawan semua nafsu kedagingan kita. Ya, benar. Tetapi Bapa tidak mau kita terus menerus berjuang melawannya dengan kekuatan sendiri sehingga tetap saja kita telah menjadi tawanan iblis dalam kebodohan kita. Oleh karena itu, kita perlu berdoa agar Bapa memeteraikan kita kepada hati-Nya sendiri. Seperti kekasih kepada kekasihnya. Sekalipun apapun yang terjadi. Kita akan selalu dijagai-Nya untuk tetap dalam jangkauan kasih dan tangan-Nya, sekalipun keadaan bagi kita sudah tidak terkendali lagi. Meterai adalah perlambang perjanjian kekal. Jaminan bagi kita. Karena kita tahu, kita tidak mampu menjalani semua perjalanan ini sendiri. Kita butuh Bapa. Kita butuh Yesus. Kita butuh Roh Kudus. Mari kita berdoa sama-sama agar Dia memaksa kita saat kita dalam masa kebutaan, kemarahan, dan kesedihan..agar kita tidak melepaskan diri dari hadirat Tuhan begitu saja dan menjadi milik dunia.
JANGAN BIARKAN DUNIA MEMILIKIKU
Yang paling menakutkan bagi saya adalah ketika dunia dan apapun, bisa menjauhkan dan mengambil hati saya, diri saya jauh dari Tuhan. Tetapi ada kalanya tiba-tiba itulah yang terjadi. Saya percaya Bapa dengan kuat mengingatkan kita, memegang hidup kita dan menjaga kita, asal hati kita tetap mau disentuh-Nya, kekerasan kita mau untuk dihancurkan-Nya kembali. Saat dunia memiliki kita, kita menjadi tertarik dengan hal-hal yang fana, menggantikan kemuliaan-Nya dengan cinta yang semu dan kebahagiaan Sorgawi menjauh dari kerinduan kita. Oleh sebab itu betapa Firman Allah memperingatkan kita dengan sungguh-sungguh agar kita tidak bersahabat dengan dunia ini melainkan menjadi sahabat Allah. Apakah anda benar-benar menginginkan Tuhan? Apakah anda benar-benar sedang merindukan Dia? Apakah anda benar-benar rindu mengenal-Nya? Bukan masalah jika kita belum mengenal-Nya, tidak masalah jika kita belum melihat Dia dalam sebuah perjumpaan, karena saya percaya hanya kasih karunialah yang mengerjakan semua itu. Tidak mungkin bagi manusia berjumpa dengan-Nya tanpa Dia yang menarik kita mendekat oleh kelayakan darah Yesus. Tetapi kita haruslah punya kerinduan yang sangat kuat akan Dia. Itu bagian kita. Hati kita selalu haus dan lapar akan cinta dan kebahagiaan, biarlah kehausan dan kelaparan kita kita tujukan hanya untuk Dia. Hanya Dia yang dapat memuaskan kekosongan hati kita. Maukah kita benar-benar mengikut Dia kemanapun? Tidak banyak orang yang mau benar-benar mengenal Hati Tuhan dan menyerahkan semuanya untuk Dia, tetapi saya berdoa buat generasi kita ini, agar kitalah orang yang Bapa cari. Di setiap generasi selalu dan selalu ada orang yang menanggapi panggilan-Nya. Merekalah pahlawan-pahlawan Allah yang lahir dari kelemahan dan dosa, tetapi memiliki hati yang selalu mau belajar dan melekat kepada hati Tuhan. Mereka bukan orang hebat dan kuat, tetapi mereka menjadi budak Sang Raja dibumi dan tidak mendapat kemuliaan dunia. Sementara smeua pahlawan Allah sibuk memberikan hidupnya bagi Tuhan, apa kesibukan anda? Apa kesibukan saya? Kita sibuk dengan mengurus masalah hati kita yang tak pernah terselesaikan, semua dikarenakan keegoan kita dan kita sedang melayani diri sendiri.
Mari jadikan lagu ini sebagai jeritan hati saya dan anda:
Jangan pernah lepaskan kami Tuhan....kami lemah ..kami bodoh...kami pendosa...tetapi jangan lepaskan kami...kami mau kembali..kami mau bertobat..kami menyerah...kami mengaku...Jangan biarkan aku pergi..berjanjilah Kau akan menjamin kami menyelesaikan tugas dan panggilan kami bagi generasi terakhir ini.. berjanjilah Kau akan selalu menarik kami lagi dan lagi...saat kami jatuh dan gagal lagi...biarlah kami tetap ada dalam perdamaian dengan Engkau...tidak mengeluh..tidak membantah..tidak marah..tetapi berserah penuh..ajar kami Tuhan.....
Jangan Biarkan Aku Pergi
(Final Wave- Bahtera)
Ampuni semua kesombonganku
Ampuni semua kedaginganku
Dan bawa aku mendekat
Di hadapan tahtaMu
Ampuni aku yang tak peduli
Akan kerinduan di hatiMu
Tuhan ku bawa aku kembali
Tarikku lebih dekat lagi
reff
Jangan biarkan aku pergi
Jangan biarkan aku berlari
Menjauh dari tahta kasih karunia yang Kau beri
Tanamlah aku di hadiratMu
Meteraikanku dalam hatiMu
DihadiratMu dihadapanMu
DipelukanMu itulah hidupku
Basuh keletihanku
Sentuh kebekuanku
Pulihkan tubuh, jiwa, juga rohku
Habiskan kedaginganku
mimpiMu jadi mimpiku
dihadapan tahtaMu ku berseru
Jangan Biarkan Aku Pergi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Wow Amazing...!
Gbu, saudari seiman ku.
Syalom.
Posting Komentar