RSS
Container Icon

Dampak Kebangunan Rohani (Jonathan Edward)

Perhatian yang besar dan sungguh-sungguh tentang perkara-perkara rohani dan kehidupan kekal menjadi hal yang umum di setiap bagian kota ini, dan meliputi orang-orang dari semua gologan dan umur; suara berisik diantara tulang-tulang yang kering menjadi keras; semua orang hanya membicarakan perkara-perkara rohani, hal-hal yang lain tidak. Pikiran-pikiran orang secara ajaib dilepaskan dari perkara-perkara duniawi; perkara dunia dianggap sebagai sesuatu yang hanya memberikan hasil yang sangat kecil. Mereka tampaknya mengerjakan pekerjaan dunia mereka sebagai bagian dari kewajiban mereka, tanpa rasa tertarik padanya. Saat itu merupakan suatu kengerian bagi kita yang hidup diluar Krisus, setiap hari ada dalam bahaya untuk masuk ke neraka; apa yang ada dalam pikiran orang-orang adalah usaha untuk menyelamatkan hidup mereka, dan menghindar dari murka yang akan datang..

Jonathan Edward on Revival

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

HATIKU UNTUK ALLAHKU (End part ) KEPUTUSASAAN

Pernahkah anda mengalami JALAN BUNTU dan itu membuat anda menjadi begitu PUTUS ASA?
Mari lihat kelanjutan kisah Daud dan Saul yang sudah kita pelajari beberapa minggu ini. Saul dan Daud sama-sama mengalami KEPUTUSASAAN yang sangat. Saul begitu frustasi ketika Allah tidak lagi menjawab seruannya (1 Sam 28), ketika bangsa Filistin menyerang dia. Karena dia begitu putus asa, dia bahkan pergi menemui dukun yang sudah pernah dienyahkannya dari negeri itu, untuk memanggil arwah Samuel! Menjadi perdebatan siapakan Samuel yang muncul dihadapan Saul waktu itu? Apakah itu benar roh Samuel atau roh jahat? Tetapi dalam percakapan mereka terkandung kebenaran bahwa sikap Samuel tidak berubah kepada Saul. Saul mencari pembenaran dan penghiburan dari Samuel, tetapi dia tidak pernah mau menyadari kesalahannya sendiri.

Inilah penyebab Keputusasaan:

1.    Keputusasaan karena ketidaktaatan Ini adalah jenis keputusasaan yang diakibatkan oleh kebebalan, penolakan mengikuti petunjuk Allah yang sudah jelas? Saul sudah mengetahui bahwa Daudlah yang terpilih menggantikannya, tetapi dia tetap melawan Allah, dia tidak pernah berlutut dan meminta Tuhan mengampuninya atas dosa pemberontakannya.

2.    Keputusasaan karena iman yang palsu. Keputusasaan Saul juga berasal dari kebodohan rohani: ia tidak mengenal Tuhan didalam hatinya tetapi hanya menjalankan ibadah lahiriah saja. Bayangkan bahkan pada saat dia mendatangi wanita dukun itu, dia sedang menjalankan kewajiban ibadahnya! ( dia menolak tawaran makan dari si dukun karena alasan sedang berpuasa). Apakah keputusasaan kita terjadi karena kita beragama tanpa mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh? Apakah kita berupaya melunakkan hati Tuhan dengan berusaha mentaati peraturan ibadah lahiriah kita? Hal ini sama saja dengan menganggap Dia TIDAK SERIUS. Tuhan tidak akan dapat dikelabui oleh tipuan semacam itu. Ini bukanlah iman yang sejati.
Kita belajar dari Saul; kita harus menundukkan kehendak kita kepada kehendak-Nya dan mengembangkan hubungan yang akrab dengan Tuhan. Sedangkan Saul menolak keduanya. Akhir hidupnya begitu tragis.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KEMBALI KEPADA YANG MULA-MULA

Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.  Efesus 4:13-15

Ditengah semaraknya pengajaran Alkitab dan penafsirannya yang terus berkembang di zaman ini, kita sangat perlu untuk menelaah Firman Tuhan sebenar-benarnya dengan cermat dan mengenal akan Pribadi Yesus Kristus yang benar. Jikalau kita tidak berakar dan bersumber dari Firman Tuhan, maka akan terjadi begitu banyak penafsiran yang salah bahkan penyesatan ajaran-ajaran yang mirip dengan kebenaran, yang tampaknya baik dan benar, namun merupakan penyimpangan dari Firman Allah yang mula-mula. Saudaraku, kita percaya bahwa Firman Allah selalu berlaku untuk semua zaman samai kedatangan Kristus keduakalinya, Firman Allah hidup dan selalu dapat memberikan jawaban bagi semua permasalahan kehidupan manusia. Namun Firman Tuhan juga harus kita lihat dari konteks waku, budaya, dan kisah yang terjadi pada waktu itu. Firman Tuhan tidak boleh ditafsirkan sendiri berdasarkan hikmat manusia, juga tidak boleh ditelan mentah-mentah aplikasinya tanpa memahami kebenarannya secara UTUH.

Fenomena yang mengerikan di akhir zaman ini terus saja berulang, dimana umat percaya hanya mementingkan bagaimana manisfestasi hadirat Tuhan yang muncul dalam sebuah ibadah namun tanpa memahami kebenaran Firman Tuhan, akan menjadikan jemaat yang kerdil iman yang hanya “kecanduan” dengan hal-hal “roh”. Gereja ita mempercayai akan pekerjaan Roh Kudus yang bermanifestasi dalam diri anak-anak-Nya namun kita juga merindukan gereja yang kuat dalam Firman, dalam kebenaran yang mula-mula dan pengenalan akan Kristus yang sejati.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

HATIKU UNTUK ALLAHKU (part 5) KEMARAHAN

Jika kita mengamati kemarahan seorang anak kecil, kita bisa melihat bahwa kemarahan seperti sebuah permainan kekuasaan, tantangan untuk menentukan siapa yang menang. Si anak merasa bahwa melampiaskan kemarahan tampaknya merupakan cara yang efektif untuk mendapatkan keinginannya. Moral Essay mengatakan tentang anak-anak “Seharusnya tidak dituruti permintaannya kalau dia memintanya dengan marah; bila anak itu sudah tenang, tawarkan padanya apa yang tadi anda tolak ketika dia menangis”. Demikian juga kemarahan terjadi pada orang dewasa. Kemarahan yang tidak terkendali menunjukkan ketidakdewasaan kita. Oleh kemarahan yang bisa mendatangkan maut, kemarahan bahkan bisa membunuh seseorang.

Saudaraku, apakah anda sedang marah? Marah dengan kehidupan, marah pada nasib, pada orang lain, pada diri sendiri, pada pekerjaan kita, dan marah kepada Tuhan? . Kemarahan terjadi karena kita merasa bahwa kita memiliki hak untuk marah. Kemarahan memiliki kekuatan yang dasyat untuk menghancurkan orang yang mengalaminya ataupun kepada korban kemarahannya. Mari kita melihat kembali Daud, calon Raja Israel yang sedang dalam pelariannya yang panjang. Sampailah Daud di padang Gurun (1 Sam 25) dan disana Daud dan 600 pengikutnya membutuhkan makanan di sepanjang gurun itu. Daud dan pengikutnya telah menjaga ternak Nabal (artinya; bebal), seorang yang kaya raya disana yang memiliki ribuan ternak. Daud dan pengikutnya ikut menjaga ternak itu tanpa diminta, dan saatnya Daud bicara pada Nabal untuk meminta bantuan Nabal untuk persediaan makanan pasukannya. Nabal tidak bijaksana, dia tidak sudi menolong Daud malah menghina Daud dengan pedas, “Siapakah Daud? Siapakah anak Isai itu? Pada waktu sekarang ini ada banyak hamba yang lari dari tuannya!” Nabal menyebut Daud sebagai pengembara yang melarikan diri dari tuannya. Mendengar jawaban itu, AMARAH Daud meledak “Kamu masing-masing sandanglah pedang!”. Daud menyuruh 400 orang pengikutnya untuk membunuh Nabal dan semua laki-laki yang ada pada Nabal ! Tindakan Daud ini sungguh mengejutkan mengingat Daud berhasil menyikapi dengan baik ancaman Saul selama ini. Nabal memang telah menyinggung perasaannya namun bukankah Daud pernah mengalami perlakukan Saul yang lebih buruk lagi?

Sungguh tidak pantas Daud bertindak demikian, hal ini menggambarkan Daud tidak sedang bersandar kepada Tuhannya. Selama ini Daud menyerahkan penghakiman kepada Tuhan, namun sekarang dia ingin menghakimi sendiri.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS