Markus 10:15-16 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.
Menjadi seperti anak kecil? Mungkin kita akan berpikir lebih baik menjadi dewasa donk, daripada jadi anak kecil? Kan tidak enak jadi anak kecil?? Apa maksud Yesus dalam kitab markus ini?
Seorang anak sangat senang ketika mendapatkan hadiah dari sang ayah. Dia menyambut mainan itu dengan penuh sukacita seakan mendapat harta yang berharga dari ayahnya, namun demikian, si anak tetap lebih mencintai si ayah lebih dari mainannya itu, tetapi dia menghargainya dan menyambutnya dengan penuh ucapan syukur...
Pernah melihat anak yang selalu tidak dapat berterima kasih kepada orang tuanya? Sejak kecil kita telah dilatih selalu mengucapkan kata ”terima kasih” jika mendapatkan sesuatu dari orang lain. Tetapi bagaimana dengan Tuhan? Seringkali kita tidak mengucapkannya kepada Bapa sorgawi kita dan tidak menghitung berkat-Nya, namun kesengsaraan kita..apa bedanya kita dengan anak yang tidak tahu berterima kasih kepada orang tuanya?
Apakah anda senang ketika Bapa berkata ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”
Bagaimana perasaan anda? Gembira? Biasa saja? Apalagi setelah kita menerima kelahiran baru dan keslamatan didalam Yesus, apakah anda sungguh-sungguh bahagia seperti anak kecil itu?
Kerajaan Allah perlu disambut didalam setiap hati dan hidup kita. Kerajaan-Nya adalah rumah tinggal yang kekal buat kita dan Dia selama-lamanya. Janji jaminan keslamatan dan rahasia Ilahi yang besar, yang dicari oleh semua orang dimuka bumi ini..
Apakah anda menghargai janji Kerajaan Allah ini dan kediaman-Nya didalam hati kita??
Jadilah seperti anak kecil...tidak banyak berpikir dan tidak penuh ketakutan seperti orang dewasa. Simple..
SEPERTI ANAK KECIL
Seperti apa anak kecil itu? Saya percaya anda mungkin masih sangat mengingat masa kecil anda. Ada masa kecil yang sangat menyakitkan, ada yang sangat bahagia dengan semua keinginan yang dituruti oleh orang tuanya. Apapun jalan cerita anak itu, anak kecil tetaplah anak kecil yang memiliki naluri dan hati seorang anak.
Saya mengambil beberapa poin ciri anak kecil yang sangat mudah kita kenali dan akan kita pelajari sama-sama;
1. Percaya kepada orang tuanya.
Anak kecil tidak banyak bertanya apapun yang diberikan orang tuanya. Dia menerima semua yang diberikan kepadanya. Lalu mengapa ada pemberontakan anak? Itulah saat anak mengetahui tentang keinginannya sendiri. Wajar saja, tetapi seorang anak akan percaya penuh kepada orang tuanya. Dia tidak mempertanyakan mengapa ibunya memberi warna baju putih atau merah kepadanya pagi itu, dia juga tidak kuatir akan hidupnya. Harinya adalah hari itu dan itu menyenangkan dia.
Maukah kita percaya penuh kepada Ayah Sorga kita? Seperti anak kecil dalam gendongan dan pelukan ayahnya, tanpa kuatir dan takut akan hal lainnya, karena selama ada Ayah, semuanya akan beres dan baik-baik saja. Bukankah Ayah kita adalah Jagoan dan Pahlawan kita? Tidak ada yang dapat mengalahkan Ayah kita!!
2. Suka menangis kepada orang tuanya
Pernah melihat anak kecil di Mall, dan dia tidak diperbolehkan orang tuanya membeli es krim itu lagi, kemudian anak itu menangis keras-keras. Apakah dia akan mengadu dan berlari pada orang lain di Mall itu dan berkata “aku mau es krim! Tolong belikan aku es itu....!” apa demikian? Saya rasa tidak mungkin. Apapun yang terjadi anak itu akan berlari kepada orang tuanya, yang bahkan melarangnya, ya..karena itu adalah untuk kebaikannya. Dan dia akan mengungkapkan isi hatinya kepada orang tuanya, walaupun memang dia salah. Tetapi orang tuanya akan memberikan pengertian dengan kesabaran sambil menenangkan anaknya.
Anak kecil suka menangis dan mengungkapkan semuanya kepada orang tuanya. Harusnya seiring kita dewasa secara tubuh, jiwa, atau rohanipun, kita harus seperti anak kecil juga, yang selalu mau menangis dan terbuka kepada Bapa Sorgawi kita. Jangan sampai kita menganggap kita cukup dewasa, cukup tahu, cukup pandai didalam Firman, cukup rohani dan cukup urapan, sehingga kita tidak membutuhkan dan tidak terbuka lagi kepada Bapa kita. Seburuk apapun, sesakit apapun yang kita alami, Bapa sangat rindu kita menyampaikannya dengan terbuka dan apa adanya, walaupun itu salah...adalah baik mencurahkan hati kita kepada Tuhan
Aku mencurahkan keluhanku ke hadapan-Nya, kesesakanku kuberitahukan ke hadapan-Nya. Ketika semangatku lemah lesu di dalam diriku, Engkaulah yang mengetahui jalanku. Di jalan yang harus kutempuh, dengan sembunyi mereka memasang jerat terhadap aku. Mazmur 142:3-4
Dengan terbuka dan jujur dihadapan Bapa, maka Bapa akan lebih mudah untuk menuntun kita ke jalan yang benar dan penuh kehidupan.
3. Suka meniru orang tuanya
Hal ini banyak terjadi juga kepada anak kecil. Ketika gadis kecil melihat mamanya memasak didapur diapun ingin memasak, dan karena memasak sungguhan itu berbahaya baginya, dia dibelikan mainan masak-masakan. Setiap anak akan meniru orang tuanya, baik kesukaannya, cara bicara, cara makan, dan lain sebagainya Setiap anak diturunkan gen sifat dari orang tuanya. Anda adalah anak dari benih Bapa sendiri, maka selayaknyalah kita pasti meniru dan mirip dengan Bapa kita! Jika kita tidka melakukan kebenaran seperti Dia, dan mencintai kejahatan, maka siapakah bapa kita? Atau gen siapa yang sedang ada didalam diri kita? Semua orang berasal dari Bapa, tetapi dunia dan iblis telah banyak meracuni dan menghancurkan gen-gen yang baik dan murni itu sehingga gen jahatlah yang menguasainya. Gen yang daari Sorga itu masih tetap ada didalam orang itu, hanya saja kejahatan didalam dia jauh lebih aktif dan berkembang didalam hatinya. Oleh karena itu sampai sekarang saya masih juga percaya bahwa semua orang dapat berubah. Hati saya begitu pedih melihat orang-orang yang hanya memanfaatkan kerinduan kami akan pertobatan, akan jiwa-jiwa yang dimenangkan. Tetapi saya masih percaya akan adanya kebangunan yang sejati. Orang jahat sekalipun akan bertobat..karena didalam dia ada gen Bapa Sorgawi. Yang perlu dilakukan hanya menumbuhkan gen itu dan menghancurkan gen jahat yang dari iblis, itu adalah gen dari luar, yang harusnya tidak boleh ada didalam kita.
4. Sangat mencintai dan memperhatikan kesenangan orang tuanya
”Papaku suka makan dan minum!” kata seorang keponakan saya. Bahkan di meja makan, dia terkadang bercerita apa yang disukai oleh orang tuanya, bahkan tanpa ditanya oleh siapapun! Ya, seorang anak kecil diam-diam selalu memperhatikan kesenangan dan kesukaan orang tuanya dan karena rasa cinta yang sederhana dan polos, diapun ingin berusaha untuk memenuhinya. Saat anak kecil tahu papanya tidak suka dia bertindak seperti itu dan menyebabkan papanya bersedih, anak itu akan bersedih pula jika dia melakukannya lagi dan tidak mau mengulanginya lagi.
Apakah anda sudah memperhatikan kesenangan dan kesukaan Bapa kita? Jika kita mencintai seseorang, mendadak kita memperhatikan gerak-geriknya. Apa yang disukainya dan apa yang tidak disukainya, bahkan bagaimana cara dia tertawa, tersenyum, dan berbicara. Semua tentang dia tampak menyenangkan untuk dilihat, dan untuk dikenang. Jika kita mencintai Bapa kita, kita pasti akan memperhatikan hati-Nya, bukan? Mari belajar menjadi anak yang selalu memperhatikan kesukaan-Nya, dan kesukaan-Nya adalah anak-Nya yang dikasihi-Nya mencintai dan mentaati Firman-Nya. (Yohanes 14:15, 21, 24)
5. Cepat mengampuni orang lain
Seorang anak kecil, tidak menyimpan dendam lama-lama. Mungkin dia bisa saja sakit hati karena sebuah kejadian dengan temannya. Tetapi ketika temannya minta maaf kepadanya, diapun berbaikan lagi dan bermain kembali dengan gembira. Dia cepat melupakan dendam dan kemarahan. Bapa rindu kita memiliki sifat ini juga, cepat untuk mengampuni orang lain. Mengapa orang menjadi marah dendam? Karena manusia mulai belajar arti keegoan dan mencintai diri sendiri. Jika Bapa saja mau mengampuni kita yang berdosa, maka kita juga harus mengampuni kesalahan orang lain. Jangan menyimpan kesalahan orang lain. Buang dan lupakanlah kesalahannya, karena jika tidak, suatu saat itu akan menjadi bom waktu dimana kita sendiri sudah tidak dapat lagi menguasainya.