KARAKTER-lah yang MEMBUAT API ITU TURUN!!
Minggu lalu kita telah belajar bagaimana kehidupan nabi Allah yang bernama Elia, yang telah membalikkan hati bangsa Israel kepada Tuhannya. Dia melakukan pemberesan dosa, mengikuti Firman Tuhan dalam memulihkan mezbah, mempunyai gambaran yang lebih besar tentang Kerajaan Allah, mempunya hati dan motif yang suci, mentaati Allah tanpa berusaha membantu Dia, dan “Tampil” untuk berdoa setelah ia melakukan segalanya.
Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya. 1 Raja-Raja 18:38
Ketika Tuhan menjawab dengan api, bangsa itu menyadari Allah Bapa yang penuh keperkasaan dan menghapuskan setiap keraguan mereka. Api membuat para penyembah berhala bersujud dan menempatkan segalanya dibawah kemuliaan Allah. 1 Raja-Raja 18:39 Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: "TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!".
API ALLAH Menghasilkan kelima hal ini;
Api Tuhan membakar habis korban.
Hal pertama yang dilakukan APi Tuhan adalah membakar habis kehidupan kita sebab kehidupan kita adalah KORBAN yang dipersembahkan kepada-Nya. Tubuh kita adalah persembahan yang hidup bagi Dia (Roma 12:1). Api ini dimulai BUKAN dengan pelayanan kita, melainkan dengan KEHIDUPAN kita. Jika kita rindu dipakai oleh-Nya, maka kita harus terlebih dahulu memberikan diri kita kepada-Nya.
Api Tuhan membakar habis kayu.
Setelah membakar habis korbannya, api juga membakar habis kayu di atas mezbah. Kayu ini mungkin melambangkan KARUNIA-KARUNIA kita, tetapi juga melambangkan Ketakutan, Keraguan, dan Kelemahan kita. Semua karunia, dan kehidupan kita adalah kepunyaan Tuhan. Api yang menguduskan kehidupan kita juga menguduskan karunia-karunia kita dengan cara Tuhan, sehingga kita dapat dipergunakan dalam pelayanan bagi kemuliaan-Nya.
Api Tuhan membakar habis batu.
Batu tidak mudah dibakar oleh api. Tetapi Api Tuhan sanggup membakar apa yang tidak dapat dibakar, melumerkan apa yang tidak mungkin dilumerkan. Dalam kisah Elia ini, Api Tuhan membakar habis bahkan batu-batu dari mezbah, yang merupakan landasan dari korban itu sendiri. Batu-batu ini melambangkan Pengetahuan, Pengalaman, Panggilan, Pelayanan, dan segala sesuatu yang kita klaim tidak tergoncang serta permanen. Hal ini juga mencakup apa yang KITA MILIKI dan yang KITA INGINI.
Setelah dijamah oleh api kemuliaan-Nya, kita mungkin akan berkata “Aku melihat Allah berhadapan muka; tubuhku disembuhkan”. Setelah Yakub mengalami api Allah, ia menyebut tempat ia berada itu PNIEL, dan mengatakan, “ Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!’ Lalu tampaklah kepadanya matahari terbit, ketika ia telah melewati PNIEL; dan Takub pincang karena pangkal pahanya” (Kej 32:30-31).
Api ini akan membuat kita dapat melihat betapa indah rahmat Tuhan bagi kita sehingga Paulus dapat mengatakan bahwa segala sesuatu dianggap rugi dibandingkan dengan mengenal Kristus yang lebih mulia.
Api Tuhan membakar habis tanah.
Tanah atau bumi menunjang batu-batu mezbah dan korban. Api Allah membakar habis daging, kayu, batu-batu, serta tanahnya. Tanah mungkin melambangkan hal-hal yang kita anggap stabil, kokoh, tidak mungkin diubah atau tahan lama. Tanah juga bisa mewakili keluarga, saudara, sahabat dekat, pendamping, suku, bahasa, negara, dan semua hal yang mungkin kita harapkan selalu sama. Karena api Allah tidak mengenal batasan, ia membakar habis bukan hanya kehidupan dan karunia-karunia kita, melainkan juga tanah tempat mereka berdiri.
Api Tuhan membakar habis airnya.
Air memadamkan api. Air adalah musuh api. Akan tetapi, ketika api Allah datang, api itu membakar habis bahkan airnya. Hal ini berarti ketika api Roh Kudus mengobarkan kita, kita harus menyerahkan segalanya yang menjadi hambatan bagi karya dan kemuliaan Allah. Dengan kata lain, Api Allah tidak tidak hanya mempersiapkan kita untuk karya dan kemuliaan-Nya, tetapi juga MEMBAKAR HABIS MUSUH. Dialah yang bertempur bagi kita dan mendampingi kita dalam segala keadaan. Api-Nya mematahkan rantai perbudakan dan membakar habis musuh-musuh kita (Daniel 3). Api Allah menghancurkan gunung yang menghalangi kita (Zak 4)
MENJAGA API ALLAH
Temukan bagaimana doa menjaga hubungan dengan Allah tetap hangat dan, pada gilirannya, bagaimana hubungan yang hangat tersebut, menjaga api mezbah tetap menyala
Api Allah yang datang oleh doa hanya mungkin dijaga tetap hangat oleh doa. DOa sejati dimulai dengan keinginan untuk berdoa. Suatu hari, murid-murid Yesus meminta Yesus mengajari mereka untuk berdoa. Tampaknya permintaan ini didasarkan pada pergumulan mereka pada tingkatan pribadi. Yesus berdoa teratur , entah pergi ke padang gurun setiap pagi, berdoa sepanjang malam atau sering pergi ke gunung untuk berdoa. Teladan-Nya mendorong keinginan mereka untuk belajar berdoa. Mereka tidak mengatakan “Tuhan, ajarlah kami berkhotbah”. Mereka juga tidak menanyakan cara menjadi murid atau cara menanam gereja. Yang paling mereka inginkan adalah PELATIHAN DOA. Hubungan-Nya dengan Bapa dan Roh Kudus lewat doa itulah yang diinginkan murid-murid-Nya.
Orang farisi berdoa dan berpuasa adalah untuk pamer, bukan berdasarkan hubungan mereka dengan Alah. Tetapi Yesus memiliki hubungan yang tulus dan kuat dengan Bapa-Nya. Mereka menyaksikan konsistensi dan komitmen Yesus terhdap doa. Kehidupan Yesus menunjukkan cara Dia berdoa. Mereka berpikir mereka akan diajar cara berdoa dan metodologi. Dalam meminta kepada Yesus, mereka mencari “cara” dan bukan “alasan”. Mereka ingin metode yang dapat diulang, padahal yang dibutuhkan adalah HUBUNGAN yang berarti dengan Bapa, seperti yang Yesus miliki.
Oleh karenanya, landasan doa yang efektif yang membawa api Ilahi adalah GAIRAH untuk memburu hubungan.
0 komentar:
Posting Komentar