Untuk pemimpin biduan. Mazmur dari Daud, (51-2) ketika nabi Natan datang kepadanya setelah ia menghampiri Batsyeba. (51-3) Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!
Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! ) Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku.
Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu.
Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku. Mazmur 51:1-5
SADARKAH KITA ARTI DOSA?
Di masa-masa terakhir ini dosa telah mengambil wajah yang semakin beragam dan tidak mudah terlihat sehingga tipu dayanya akan semakin mengerikan dan memperdaya banyak orang. Dosa selalu berakibat pada Maut, namun sekarang begitu banyak orang telah mengecilkan arti dosa. Mereka berbuat dosa namun tidak menyadarinya dan bahkan hidup didalam dosa tanpa mengalami pertobatan yang sungguh.
Jika kita tinjau dari bahasa aslinya, dosa juga memiliki banyak pengertian.
Istilah dalam Perjanjian Lama (Ibrani)
Pertama, “Khattat”. Istilah ini merupakan istilah yang paling sering digunakan dalam Perjanjian Lama. Kata ini muncul ratusan kali dalam Perjanjian Lama (580 kali). Beberapa ayat yang menggunakan kata ini adalah: Kejadian 4:7; 39:9; Keluaran 32:30; Mazmur 51:6 dsb). Contoh dalam Kejadian 4:7, “Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa (khattat) sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.” “Dosa” dalam ayat tersebut berasal dari bahasa Ibrani “Khattat”.
Khattat mengungkapkan tentang pikiran yang tidak mengenai sasaran, membuat kesalahan, luput atau gagal. Dalam pengertian ini, dosa mengacu kepada arti bahwa manusia tidak kena, tidak sampai atau menyimpang dari tujuan dan maksud Allah. Hal ini mengandung makna bahwa dosa itu bukan saja dilakukan melalui perkataan dan perbuatan tetapi juga dalam keadaan dan sikap hati atau pikiran yang berdosa. Manusia menyimpang dari jalan yang benar.
Kedua, “Khet”. Merupakan istilah yang seasal dengan khattat. Istilah ini diantaranya terdapat dalam kitab Mazmur 51:11 yang berbunyi, “Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosa (khet) ku, hapuskanlah segala kesalahanku!“
Ketiga, “Pesya”. Kata ini mempunyai arti tindakan “memberontak”, “melawan”, “menentang”. Dapat disimpulkan hal ini menyangkut tentang pemberontakan atau pelanggaran terhadap kehendak dan perintah Allah. Istilah ini diantaranya dapat ditemui di dalam kitab Kejadian 31:36; Amsal 28:13; Hosea 8:1. Dalam Kejadian 31:36 tertulis, “Lalu hati Yakub panas dan ia bertengkar dengan Laban. Ia berkata kepada Laban: ‘Apakah kesalahanku(pesya) apakah dosaku, maka engkau memburu aku sehebat itu?”
Keempat, “Syagag”. Kata ini berarti dosa yang “tidak disengaja”, karena tidak hati-hati, karena tidak sadar dan tanpa diketahui. Contoh penggunaannya adalah dalam Imamat 4:13.
Kelima “Asyam”. Kata ini artinya adalah melanggar, berbuat khilaf/kesalahan (Imamat 6:2,5,6; 7:1-7). Contoh penggunaan: “Apabila seseorang berbuat dosa (asyam) dan berubah setia terhadap TUHAN, dan memungkiri terhadap sesamanya barang yang dipercayakan kepadanya, atau barang yang diserahkan kepadanya atau barang yang dirampasnya, atau apabila ia telah melakukan pemerasan atas sesamanya,” (Imamat 6:2).
Keenam, “Awon/Avon”. Kata benda (nomina) Ibrani ‘ÂVON, -âlef – vâv – nun, diterjemahkan oleh LAI dengan “hukuman”, “kedurjanaan”, “kesalahan”, “dosa“. Kata ini berasal dari kata kerja ‘ÂVÂH, yang artinya adalah “membengkokkan” yang lurus, “memutarbalikkan”, “mengubah bentuk”. Kata ÂVON/AWON senantiasa dihubungkan dengan perbuatan jahat (sesat, menyeleweng, murtad, dst) yang dilakukan semasa hidup di dunia. Contoh penggunaan: “”Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini, sebab sebelum itu kedurjanaan (awon) orang Amori itu belum genap.” (Kejadian 15:16).
Sebagai kesimpulan, setidaknya ada enam kata dalam Alkitab bahasa Ibrani Perjanjian Lama yang diterjemahkan sebagai “dosa” dalam Alkitab bahasa Indonesia, atau “sin” dalam Alkitab yang berbahasa Inggris.
Istilah dalam Perjanjian Baru (Yunani)
Pertama, “Hamartia”. Kata ini mempunyai makna “tidak mengenai sasaran atau meleset”. Kata ini merupakan kata yang paling umum digunakan di dalam Perjanjian Baru. Kata ini ditulis 174 kali, dan 71 kali diantaranya terdapat di dalam surat-surat rasul Paulus. Kata ini bukan hanya menunjuk pada perbuatan dosa, tetapi juga keadaan hati dan pikiran yang jahat. Contoh penggunaan: “Karena semua orang telah berbuat dosa (hamartia) dan telah kehilangan kemuliaan Allah,” (Roma 3:23). Contoh lainnya: “”Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa (hamartia) mereka.” (Matius 1:21).
Kedua, “Parabasis”. Kata ini berasal dari kata kerja “Parabaino” yang maknanya adalah “melanggar“. Secara konseptual berarti berjalan melewati garis, seperti para murid Yesus dituduh “melanggar” adat istiadat nenek moyang mereka, dan ungkapan “melangkah keluar” dari ajaran Yesus dalam 2 Yohanes 1:9. Jadi, “parabasis” berarti “pelanggaran” atau “menyimpang dari yang seharusnya”.
Dalam Perjanjian Baru, kata ini selalu dipakai dalam hal pelanggaran hukum yang pasti (Roma 4:15; 2 Petrus 2:16). Hukum-hukum Allah menuntut ketaatan manusia, dan jika manusia tidak mentaatinya berarti ia adalah “pelanggar hukum” dan berdosa sehingga murka Allah akan menimpanya (Roma 4:15). Contoh penggunaan: “Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa (Parabasis).” (1 Timotius 2:14).
Ketiga, “Adikia”. kata ini memiliki makna “kejahatan”, “perbuatan yang tidak benar”. Hal ini merupakan perbuatan lahiriah atau dari luar, yang dinilai merupakan sesuatu perbuatan yang tidak benar sama seperti yang dikatakan oleh hukum-hukum dunia tentang orang bersalah. Di pengadilan ketika semua pemeriksaan sudah selesai, maka hakim akan memvonis, bahwa terdakwa bersalah. Itulah adikia, berarti seseorang telah berbuat salah. Kata ini dipakai di 1 Yohanes 1:9; I Yohanes 5:17. Contoh penggunaan: “Semua kejahatan (adikia) adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut.” (1 Yoh 5:17).
Keempat, “Anomia”. Kata ini berasal dari kata sifat “Anomos” yaitu partikel negatif A dan kata benda “Nomos” (hukum). Jadi, anomia adalah “suatu kondisi tanpa hukum karena mengabaikannya/tidak memperdulikan hukum/tidak mentaati hukum”. Contoh penggunaan: “Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah (anomia), sebab dosa ialah ‘pelanggaran hukum Allah’ ( anomia).” (1 Yohanes 3:4).
Kelima, “Asebeia”. Kata ini memiliki makna tentang kefasikan dan tidak mengenal Allah (Titus 2:12).
Keenam adalah “Paraptoma.” Kata ini memiliki makna kesalahan, tidak berdiri teguh pada saat harus teguh, tidak sampai kepada yang seharusnya, pelanggaran secara sengaja (Matius 6:14-15, Roma 4:24; Galatia 6:1; Yak 5:16).
Ketujuh adalah “Agnoema”. Artinya tidak berpengetahuan, tidak berpengertian. Contoh penggunaan: “tetapi ke dalam kemah yang kedua hanya Imam Besar saja yang masuk sekali setahun, dan harus dengan darah yang ia persembahkan karena dirinya sendiri dan karena ‘pelanggaran-pelanggaran’, yang dibuat oleh umatnya ‘dengan tidak sadar’ (agnoema).” (Ibrani 9:7).
Sumber: http://psbobby.wordpress.com/2010/05/27/670/
Kita diciptakan Bapa seturut dengan gambar dan menurut standar-Nya. Apabila kita melenceng dari rencana dan standar Bapa, maka kita sudah jatuh ke dalam dosa. Jadi, sadarkah kita bahwa kita terlalu sering berbuat dosa?
Setiap dosa akan melukai hati Bapa. Memang kasih Bapa tidak bersyarat kepada kita dan Dia tulus mengasihi dan menebus dosa-dosa kita. Namun kasih karuniaNya tidak menjadi alas an atau legalitas bagi kita untuk berbuat dosa dengan seenaknya!
Kita terlalu sering jatuh dalam dosa kesombongan dan tiupdaya, kecurangan kepada Tuhan kita. Kita banyak membenarkan dosa-dosa dan kedagingan kita agar kita bisa tampak selalu baik dan rohani, namun sesungguhnya kesalehan menurut kita adalah kain kotor dihadapan-Nya. Jika demikian siapa yang dapat berkenan kepada Dia?
HUKUM DOSA
Dosa memiliki kekuatan yang sangat besar untuk mengikat seseorang dan membuatnya binasa dalam kekekalan, tetapi syukur kepada Tuhan Yesus Kristus kita yang telah mati bagi kita dan bangkit untuk menyatakan kuasa-Nya, bahwa Dia sanggup mengalahkan hukum dosa yang sangat kuat itu. Dosa mendatangkan Surat Hutang bagi kita, dan hanya Darah Kristus yang dapat mematahkan hukum dosa. Dan membayar Surat Hutang itu. Darah Kristus bukan untuk dipermainkan, melainkan untuk diakui dan dihidupi dalam kehidupan kita. Darah Kristus bukan jimat untuk menutupi rasa bersalah kita dan rasa takut kita akan maut. Darah Kristus akan efektif bekerja, tercurah membasuh kekotoran kita apabila kita telah memiliki hati yang mau bertobat!
Mengapa kita tidak mau melakukan dosa? Apakah kita takut kepada hukuman maut? Ataukah kita takut akan Dia? Tetapi takut akan Dia karena apa? Apakah karena kita takut akan penghukuman-Nya? Ataukah kita takut akan Dia karena kita sangat mengasihi Dia dan tidak mau melukai hati-Nya.
Ada hal-hal yang mungkin terlihat abu-abu. Antara dosa dan tidak dosa. Antara boleh dan tidak boleh. Kita mencari jawaban demi jawaban namun sebenarnya mungkin roh kita yang terdalam sebetulnya sudah mengetahui jawabannya, Roh Kudus akan mengajarkan kepada kita jalan-jalan dan kehendak Bapa. Begitu banyak waktu kita habiskan untuk mempertanyakan apakah ini boleh atau tidak boleh, apakah itu dosa atau tidak dosa.. namun mari kita lebih jauh dewasa daripada mempertanyakan apakah hal ini dosa atau tidak dosa.
"Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. 1 Kor 10:23
Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun. I Kor 6:12
Bukankah ini sungguh benar? Memang segala sesuatu diperbolehkan, kita menjadi orang bebas merdeka didalam Dia namun setiap hal-hal tidka berguna yang kita lakukan sebenarnya akan sia-sia dan bahkan dapat merugikan diri sendiri, menghambat rencana sempurna dan panggilan-Nya dalam hidup kita. Kita diciptakan untuk hidup bagi Dia, bukan bagi kepentingan diri sendiri. Jadi, apabila kita mulai merugikan dan melenceng dari rencana Bapa dikarenakan hal-hal yang sia-sia tersebut, maka sebenarnya kita juga telah berdosa kepada Dia. Ikatan perhambaanlah yang membuat kita berdosa kepada Bapa. Bukan masalah boleh atau tidak boleh..namun segala sesuatu yang berlebihan akan mendatangkan ikatan yang dapat menggeser posisi Bapa dalam hati kita.
Bagaimana perasaan kita jika kita mengetahui bahwa kita telah berdosa kepada Bapa kita? Bagaimana hati kita saat kita mengetahui bahwa kesia-siaan yang kita kerjakan ternyata mendatangkan duka demi duka didalam Hati Bapa?
Daud telah melakukan dosa kepada Bapa dan kepada sesamanya saat dia masuk dalam dosa perjinahan dengan Batsyeba, istri Uria, seorang perwira yang baik dan setia kepada Daud. Karena dikuasai hawa nafsu yang menyesatkan, dia membunuh Uria dan berjinah dengan Batsyeba sehingga wanita itu mengandung. Hal ini sangat jahat dimata Tuhan. Apakah Daud langsung bertobat? Tidak..yang mengherankan, mengapa seorang Raja kesayangan Bapa, seorang pilihan Tuhan sendiri yang begitu mengasihi Tuhannya dapat melakukan hal yang berdosa seperti itu?
Kelihatannya Daud memang mengasihi Bapanya namun dia juga mewarisi “avon” dari nenek moyangnya. Kecenderungan dosa yang juga diwariskan kepada Salomo, anak kedua dari Batsyeba, wanita yang akhirnya sangat dicintainya itu. Daud memiliki darah seorang Rahab, seorang Pelacur yang pernah diselamatkan. Bukannya menuduh Rahab sebagai penyebab semua dosa Daud, karena tiap orang bertanggung jawab atas dosanya. Namun darah dosa ada pada Daud, ketika Daud tidak berjaga-jaga dan mematikan dosa kecenderungan yang mengintainya setiap saat, maka dia pasti akan jatuh. Daud jatuh kedalam dosa. Pastilah dia merasakan bahwa hal ini salah, namun dia masih tetap melanjutkan dosanya, karena dia merasa bahwa ada kemungkinan yang dilakukan itu benar? Dia raja, dan dia boleh memperistri siapa yang dia mau dan dia mulai jatuh dalam kesombongan. Saat pasukannya berperang, dia tidak berperang dan semakin lengah, nyaman dalam keadaannya.
Saudaraku, peperangan yang Bapa ijinkan dalam hidup kita seringkali Dia pakai juga untuk melatih dan menjaga kita dari banyak hal yang sedang mengintai kita. Memang dalam peperangan kita bisa menerima resiko terluka bahkan mati, tapi didalam Kristus Yesus, kemenangan sudah Dia jamin. Apabila kita terus menerus tidak mau dilatih berperang dan tidak berjaga-jaga, maka akan semakin mudah si musuh akan menjatuhkan kita dengan tipu dayanya. Daud beragumen dengan Tuhan dalam hatinya selama berbulan-bulan, sampai Nabi Nathan menegur dan menyatakan kesalahannya. Daud tersentak…selama ini ada pertentangan dalam hatinya bahwa dia boleh melakukan itu, kebimbangan yang disembunyikannyapun telah mendapatkan jawaban yang pasti..yang dilakukannya itu pasti adalah dosa! Daud tersadar akan dosanya sehingga tercipta Mazmur 51 yang indah. Daud mengalami pertobatan.
Dosa akan menghalangi pertumbuhan kita dan merampas bagian-bagian terbaik dalam hidup kita. Dosa tidak membuat Dia membenci kita. Dia Bapa yang mengasihi kita apa adanya tapi Dia tidak mau kita tetap ada didalam dosa, karena dosa akan memisahkan kita dari Bapa namun dosa tidak membuat kasih Bapa terpisah dalam kita. Justru Kasih itu akan membuat kita kembali pada pertobatan.
Hukum dosa akan kehilangan kuasanya apabila kita mengakui Dosa kita. Mari kita minta pertolongan-Nya, karena bukan dengan kekuatan kita sanggup melakukan pertobatan dan tidak melakukan dosa. Semua adalah kekuatan-Nya. Kesanggupan kita adalah pekerjaan Bapa.
Mari kita menyanyikan lagu yang sangat indah ini..:
1. Pass me not, O gentle Savior,
Hear my humble cry;
While on others Thou art calling,
Do not pass me by.
o Refrain:
Savior, Savior,
Hear my humble cry,
While on others Thou art calling,
Do not pass me by.
2. Let me at Thy throne of mercy
Find a sweet relief;
Kneeling there in deep contrition,
Help my unbelief.
3. Trusting only in Thy merit,
Would I seek Thy face;
Heal my wounded, broken spirit,
Save me by Thy grace.
4. Thou the spring of all my comfort,
More than life to me,
Whom have I on earth beside Thee,
Whom in Heav’n but Thee.
0 komentar:
Posting Komentar