Dalam bukunya Jesus Among Other Gods, Ravi Zacharias bercerita tentang seorang gadis yang tersesat tanpa harapan di dalam sebuah hutan yang gelap dan lebat. Gadis itu berteriak memanggil-manggil tetapi semua percuma saja. Orangtuanya yang kalut dan sekelompok sukarelawan mencarinya dengan cemas. Dan ketika malam telah tiba, merekapun menghentikan pencarian mereka.
Keesokan harinya ketika hari masih pagi, ayah gadis itu masuk lagi kedalam hutan untuk mencarinya kemana-mana. Kemudian ayahnya itu melihat anaknya sedang tertidur nyenyak di atas sebuah batu. Sang ayah kemudian memanggil-manggil namanya dan berlari mendekatinya. Setelah terbangun karena terkejut, gadis itu mengulurkan tangannya kepada ayahnya. Ketika sang ayah menyambut dan memeluknya, gadis itu berulang kali berkata, “Ayah, ayah, aku menemukanmu! Aku menemukanmu!”
“Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.” 1 Yohanes 4:19
Pernah anda merasa tersesat dan terhilang? Kita berteriak mencari dan mencari, namun nyatanya kita dapati keadaan kita jauh dari terang, kita telah tersesat dan tidak mengetahui jalan pulang. Sadarkah kita disaat itu, Tuhan terlebih rindu mencari kita yang sedang terhilang. Kita merasa kitalah yang menemukannya dengan sedikit doa dan air mata kita, namun Dialah yang mencari dan menemukan kita terlebih dahulu. Dia menunggu setiap kita untuk menyadari keterhilangan kita dan mengulurkan tangan kita kepada Bapa kita, maka Dia akan datang segera untuk menjemput dan memeluk kita.
Usaha kita sebenarnya adalah sangat sedikit dibandingkan kerinduan-Nya untuk menemukan dan memeluk kita kembali. Namun Bapa rindu kita tidak nyaman dan tinggal dalam kesesatan kita itu. Kita perlu berusaha mencari dan menyadari keadaan kita sendiri.
Bagaimana kita bisa terhilang?
Ada banyak hal yang sebenarnya tidak kita sadari namun perlahan sedang menjauhkan kita dari rumah Bapa kita. Seperti anak sulung dalam kisah anak yang hilang di Lukas 15, sebenarnya juga anak yang hilang juga jika dilihat dari keadaan hatinya. Walau kelihatannya dia ada didalam rumah bapanya, dia sebenarnya telah terhilang dengan tidak mempercayai bapanya, dia hidup dalam tuntutan dan bukan kasih karunia bapanya. Demikian juga anak bungsu yang pergi dari ayahnya untuk menghambur-hamburkan harta dengan hidupnya yang tidak bertanggungjawab. Keduanya adalah anak yang tersesat. Bisakah kita tersesat sekalipun kita masih aktif dalam kegiatan rohani? Sangat bisa! Sekalipun kita berada dalam komunitas rohani, namun jika hati kita tidak berada dekat dengan Bapa dan mempercayai dia, maka kita sedang tersesat, dan kita perlu ditemukan kembali.
Setiap saat kita punya kecenderungan untuk jauh dari Bapa kita, oleh karena itu Firman Tuhan selalu mengingatkan kita agar kita tak jemu mencari Dia, menantikan Dia dan Dia pasti dapat memulihkan kita kembali. Hati jiwa kita cenderung suka mengembara, oleh karena itu Dia mengajarkan kita agar kita belajar memikul salib dan menyangkal daging kita. Pertobatan yang sejati membutuhkan kasih karunia-Nya. Sungguh bahagia apabila kita tidak sering tersesat dalam hati, pikiran, dan jiwa kita, namun hidup ini adalah anugrah untuk belajar disempurnakan dalam didikan Bapa. Sadari setiap kali kita mulai tersesat, mari kita belajar berjalan dalam pimpinan Roh Kudus-Nya agar kita tidak tersesat mengikuti rencana dan kehendak-Nya bagi kita.
Dia Yang Menemukan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar