RSS
Container Icon

Paku Di Tembok

Mazmur 140:3 "Mereka menajamkan lidahnya seperti ular, bisa ular senduk ada di bawah bibirnya."
 
Seorang anak yang pemarah dididik oleh ayahnya. Ayahnya memberikan 10 paku dan sebuah palu pada anaknya dan berkata “Nak, jikalau kamu marah sekali, tancapkan satu buah paku ini ke tembok kamarmu dan jika kamu dapat menahan amarahmu, cabutlah satu buah paku itu dari tembokmu”. Hal itupun dilakukan oleh anak itu setiap kali dia marah ataupun menahan amarahnya. Waktu demi waktu berlalu anak itu berkata pada ayahnya “Ayah, lebih baik ternyata jika aku menahan amarahku dan mencabut paku-paku itu” kemudian ayahnya mengajaknya ke kamarnya “Benar, tetapi lihatlah nak, tiap kali kamu marah, walaupun kamu telah mencabutnya, tembok kamarmu tetap berlobang, kan?”
Saudaraku, apakah kita seringkali menyakiti orang lain tetapi segera setelahnya kita minta maaf seperti mencabut perkataan kita dari dinding hati orang yang sedang kita ajak bicara? Tetapi sadarkah kita bahwa hati orang tersebut tetap berlubang dengan perkataan kita yang menyakitkan? Memang sangat mudah untuk berkata-kata ya? Apalagi saat kita marah dan jengkel dengan sesuatu.

MENCABUT LEBIH SULIT DARIPADA MENANCAP
Mencabut paku sedikit lebih sulit daripada menancapkan paku. Saya pernah berkali-kali melakukan pekerjaan “pertukangan” ya, kami menyebutnya “para wanita perkasa” dimana wanita melakukan pekerjaan pria. Tetapi bagi kami saya ada kalanya pekerjaan pria itu menyenangkan seperti mengecat contohnya. (saya mengecat menara doa “Pondok Daud” kami yang baru bersama teman-teman ). Memaku dinding beton diperlukan paku beton yang kokoh, yang tak mudah dibengkokkan. Sedangkan untuk mencabutnya akan lebih sulit, kita membutuhkan catut  yang kuat dan tenaga yang besar untuk mencabutnya, apalagi jika paku itu telah menancap terlalu dalam.

ELEMEN BARU

Mencabut lebih susah dibandingkan memalukan paku di dinding. Tetapi menghilangkan lubang karena paku itu lebih sulit lagi, diperlukan adanya elemen baru, seperti semen putih/diplamir kembali dan dicat kembali agar dinding itu kembali seperti semula. Ternyata banyak sekali hati manusia yang hatinya telah berlubang, hati yang disakiti sejak kecilnya, disakiti pasangannya, disakiti orang tua, teman, sahabat. Setiap orang dalam kisah kehidupan kita menggoreskan dan menancapkan paku yang dalam. Apakah elemen baru dari luar yang dapat menutup kembali lubang-lubang paku itu? Elemen itu adalah kasih. Memang ada kalanya kasih dari manusia dapat menyembuhkan hati dan menutup lubang itu karena ya, saya percaya manusia menyerupai Allah, memiliki hati dan kasih yang luar biasa seperti Dia, tetapi tidak semua dapat disembuhkan dan ditutup oleh kasih yang dari manusia yang terbatas dan cenderung semu.

Sobat, adakah lubang di hatimu? Mintalah hanya kasih dari Sorga yang memulihkan kita. Ataukah kita yang membuat lubang demi lubang di hati-hati orang yang sebenarnya kita kasihi? Maka dari itu berjagalah dengan lidah kita, jangan menyakiti hati orang lain dengan perkataan dan sikap kita. Hati manusia sangatlah rapuh.
Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar