RSS
Container Icon

"IN MEMORIAM EX WARRIOR OF GOD"(part 1)

Hidup ini adalah sebuah perjalanan... Kita tidak akan pernah mengetahui kapan perjalanan ini akan berakhir... Masa lalu adalah sebuah kenangan, hari esok adalah impian... Kita tidak akan pernah menduga kapankah impian ini akan berhenti...
Jauh sebelum sebuah nama diberikan kepada kita sebagai tanda perjalanan hidup dimulai, Bapa telah memiliki rencana yang besar dalam kehidupan anak-anakNya. Setiap rencanaNya diukirNya di kedalaman hati manusia. Bapa ingin rencanaNya untuk menjadikan bumi menjadi seperti surga dapat terjadi seperti awal penciptaanNya. Iblis merusak rencana agung tersebut. Iblis menipu manusia dengan ambisi dan nafsu jahatnya. Dunia diubahkan menjadi seperti keinginan Iblis. Dunia sedang menuju pada kebinasaan kekal.
Kasih Bapa begitu besar kepada manusia sehingga Yesus datang ke dunia sebagai korban pemuas dosa dan ambisi jahat dari Iblis yang ada di dalam manusia. Betapa banyak manusia menjadi korban tipu daya Iblis di hari-hari terakhir ini... Manusia masih percaya ada kebahagiaan yang didapatkan dengan memuaskan nafsu dan ambisinya. Manusia percaya panggilan dan rencana Bapa adalah membuat manusia terpenjara dengan kenikmatannya. Manusia menjadi buta, sampai mereka membuka matanya dengan sebuah penglihatan akan sebuah rencara penghancuran Iblis yang akan membuat mereka menjadi bebas.
Malam itu awal penglihatan itu dimulai: sebuah nisan, yah ada sebuah nisan yang bertuliskan kata-kata: In Memoriam “Ex Warrior of God“ Sebuah perjalanan baru dari akhir kehidupan. Ada pribadi yang kukenal duduk memandangi nisan yang tak terawat itu. Yah itu Yesus!!!... Yesus lalu berpaling dan tersenyum padaku, kataNya: “Daniel kemarilah dan duduklah bersamaKu, pegang tanganKu.” Lalu Yesus berkata: “Daniel, lihatlah nisan ini dan peganglah.“ Ketika tanganku mulai memegang nisan itu, tiba-tiba ada aliran yang membuat seluruh tubuhku terbawa ke dalam nisan itu. Terdengar suara keluhan dan erangan yang sangat menyayat hati memecah keheningan. Aku mencoba mendengarkan apa yang dikatakan suara-suara itu. Ternyata suara itu sedang bercerita sesuatu. Begitu banyak cerita yang tak terceritakan sebelumnya diceritakan dengan penuh penderitaan.
Ada sebuah cerita pada nisan hitam yang di sekitarnya masih harum dengan tetaburan bunga yang begitu mengetarkan hati saya... Inilah cerita dari suara itu. “Namaku Prica Lee, umurku 43 tahun sebelum kecelakaan tragis merenggut hidupku.

Sebelum aku dilahirkan, aku ingat Bapa membelai aku dan mengatakan: “Berkaryalah dan berdampaklah anakKu, kerinduanKu engkau menjadi pahlawanKu dalam pemberitaan Injil dan menjadi kesaksian untukKu dengan talenta-talenta yang Kuberikan.” Waktu itu aku berteriak kegirangan karena sebentar lagi aku akan menjadi anak dari sebuah keluarga yang akan menceritakan betapa besar kasih Bapaku akan dunia. Dalam kandungan ibuku, mulailah aku ditenun, aku dirajut hari demi hari, bulan demi bulan, aku mulai dapat merasaakan keajaiban demi keajaiban terjadi. Yah hidupku dimulai dari mujizat demi mujizat dalam tubuh ibuku. Sewaktu dalam kandungan ibuku, aku sudah dapat merasakan kesedihan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Aku bertanya pada Bapa, “Bapa, apakah ini? Ini belum pernah aku rasakan sebelumnya.” Bapa berkata, ”AnakKu, dua bulan lagi engkau akan dilahirkan, ingatlah pesanKu, janganlah pernah engkau terikat dengan apapun di dunia tempat engkau dilahirkan, kecuali ikatan kasihKu padamu, berkaryalah dan warnai bumi dengan kasih padaKu dan pada sesamamu. Aku tidak akan pernah meninggalkan engkau, hanya ingatlah ketika engkau dilahirkan, sementara ingatanmu akan Aku akan terhapus karena tubuhmu di bumi berbeda dengan ketika engkau di pangkuanKu, tetapi jangan kuatir, anakKu. Seiring dengan bertambahnya waktu, engkau akan terlatih kembali mendengar suaraKu lewat pribadi Roh Kudus, dan jangan lupa malaikat 'kesetiaan' di rumahKu akan menjagamu. PesanKu, jangan pernah mengingini dunia dan semua nafsunya”. Tepat sembilan bulan aku dilahirkan... Ini berarti perpisahan ingatan dengan Bapa.... Aku menangis sekencang-kencangnya, jujur aku heran dengan kejadian ini, karena baru pertama kalinya aku melakukan apa yang disebut menangis, dan merasakan apa yang disebut ketakukan, seperti yang pernah Bapa ceritakan mengenai kondisi dunia di pangkuanNya. Yah, teriakan terakhir Bapa membayangi ingatanKu, kataNya: “Kembalilah dengan membawa semua orang yang akan kau jumpai sebagai keluargamu atau temanmu. Bawa mereka dan sadarkan mereka bahwa mereka berasal dariKu dan akan kembali padaKu. Ceritakan tentang salib yang akan membuka ingatan mereka akan kasihKu. Selamat berjuang pahlawanKu.”


Ayahku, Lee seorang pekerja sosial dan ibuku, Anna adalah seorang misionaris. Yah, aku dibesarkan dari keluarga yang sangat mencintai Bapa. Sebelum ibu menidurkan aku, ibu selalu berdoa untukku dengan kasih, yah seperti kasih yang aku temui di rumah Bapa. Senyumannya ketika pertama kali aku ada di dunia membuatku merasa tenang. Dari hari ke hari ingatan tentang rumah Bapaku mulai memudar. Ibuku selalu bercerita mengenai keadaan negaraku yang merupakan “bendungan air mata” bagi para penginjil. Tiap-tiap hari ibuku, Anna bernyanyi lagu tentang salib yang membuatnya terpesona, yang membuatnya mengorbankan banyak hal. Setiap kali ibu bernyanyi lagu tentang Salib Kristus, ibu selalu menangis tetapi ada raut kebahagiaan di wajahnya. Ibu rindu suatu saat aku akan menjadi orang yang sangat berguna dan dikasihi oleh Bapa. Ketika usiaku enam bulan, aku mulai merasakan perasaan-perasaan aneh, ikatan dengan ibuku bertambah kuat. Kehadiran ibuku merupakan kedamaian bagiku. Aku mulai mengenal perasaan takut, sedih, gembira. Waktu usiaku satu tahun ingatanku mengenai Bapa semakin memudar, tetapi Bapa gantikan dengan sebuah kepekaan dalam hatiku untuk mengenali suaraNya. Yah, di dalam tubuh ini suaraku dan suara Bapaku ternyata susah dibedakan.
Suatu malam di usiaku yang menginjak satu tahun ada kehadiran aneh dikamarku, aku menangis keras ketika kehadiran aneh ini datang. Seorang penguasa kegelapan yang sering mengintai rumah ayahku, tetapi untunglah malaikat “kesetiaan”, malaikat “kepercayaan”, malaikat “kesembuhan”, berjaga-jaga dirumahku. Ketika ibuku dan ayahku berdoa dan bernyanyi di ruang makan, aku dapat melihat cahaya yang berkilauan ada di ruang makan itu, indah sekali. Ibu dan ayahku memang memiliki iman yang besar. Seringkali ketika sepeda ayahku rusak, ayahku berjalan kaki untuk melayani masyarakat yang memerlukan pertolongannya dengan keahlian pengobatannya. Kilauan itu keluar dari rumah dan menghasilkan bau yang sangat harum seperti yang pernah aku temui di rumah Bapaku.

Suatu hari aku diajak ayah dan ibuku bersama pak Ong – seorang penginjil muda – melayani seorang bapak tua yang sakit parah, pak Chan namanya. Ketika ayahku mengeluarkan jarum-jarumnya, aku melihat ada suatu makhluk yang menyerupai manusia tetapi tanpa wajah memegangi perut dari bapak itu. Ibu dan ayahku sudah sering melayani dia tetapi tidak ada hasil, ia selalu menolak padahal kata ayahku pada ibu, penyakit pak Chan sangat parah. Hari itu ibu dan ayahku mengajak pak Chan berdoa tetapi memang mengherankan kali ini pak Chan sepertinya menurut, ibu dan ayahku saling berpandangan dengan raut bahagia. Pak Ong memimpin doa, tetapi aneh, ketika pak Ong memimpin doa, dari mahkluk itu keluar penuduhan-penuduhan kepada pak Ong, yaitu penuduhan dosa perzinahan dan kesombongan tersembunyi.

Ketika pak Ong tetap berdoa terus tiba-tiba ada sebuah makhluk yang keluar dari tubuh pak Ong memerintahkan makhluk tanpa wajah itu untuk berhenti sebentar memegangi perut pak Chan, wajah pak Chan yang pucat tiba-tiba memerah, segar kembali, pak Ong tersenyum puas. Inilah roh penipu yang menyamar menjadi roh penyembuh, memang pak Ong sangat terkenal dengan kelebihannya menyembuhkan orang dan pak Ong sangat “rendah hati” mengatakan itu semua dari Tuhan. Pak Ong sering mengadakan kebaktian-kebaktian di rumah pak Goew yang dihadiri banyak warga karena kesaksian yang “sangat indah“ dari mulutnya. Tetapi tak lama kemudian pak Chan kembali memucat dan wajahnya memandang tajam pak Ong. Ayahku lalu memegang tangan pak Chan dan berdoa sangat keras seakan akan ingin memperdengarkan isi doanya kepada seisi rumah. Waktu ayahku berdoa tiba-tiba makhluk tanpa wajah tersebut berteriak kesakitan, yah sangat kesakitan. Tak lama kemudian mahkluk itu menghilang. Aku bersembunyi di pelukan ibuku, aku sangat tak tenang dengan apa yang aku lihat. Wajah pak Chan terlihat sangat segar, pak Chan berteriak-teriak mengatakan beban di perutnya hilang, pak Chan terlihat sangt bahagia. Yah selama 20 tahun pak Chan terus menerus didera kesakitan yang sangat, tetapi kini hilang. Istri pak Chan yang sedang menyiapkan teh di belakang rumah, berlari bersama  kakak dan adiknya menjumpai pak Chan. Mereka terkejut karena pak Chan melompat-lompat, suatu hal yang kata mereka belum pernah dilakukan selama ini.

Hari itu pak Ong memimpin keluarga itu untuk menerima Tuhan Yesus sebagai juru selamat mereka. Ada cahaya yang sangat indah ketika mereka berdoa dan aku melihat 4 malaikat pelindung turun dari atap rumah menjagai keluarga Pak Chan. Aku melihat hari itu cahaya yang indah menari-nari pada  masing-masing orang di rumah itu, kecuali pada pak Ong, walaupun pak ong juga terlihat sangat bahagia. Hari demi hari sangat indah bagiku bersama keluarga ini. Ketika aku berumur 5 tahun ada  sebuah kejadian yang sangat menimbulkan keresahan di desa...
(to be continue)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS