Sungguh besar kasih Bapa kepada kita! Semua yang dikatakan-Nya dalam Firman-Nya adalah perwujudan dari isi hati-Nya yang terdalam untuk mendidik dan mengajar anak-anak-Nya tentang siapa Dia yang sebenarnya.
Pernahkah anda melihat perumpamaan-perumpaan yang Yesus ceritakan dalam Lukas 15? Dalam satu pasal ini, Yesus menceritakan tentang “sesuatu yang hilang” dan terlihat sekali dalam cerita itu bahwa yang hilang itu adalah sesuatu yang sangat sangat berharga. Apakah itu?
1. DOMBA yang HILANG, yang dicari dengan sepenuh hati oleh sang gembala. Karena begitu
kasihnya sang gembala rela meninggalkan yang 99 ekor dan mencari domba yang tersesat.
2. DIRHAM yang HILANG, yang dicari dengan sangat teliti oleh seorang perempuan yang kehilangan
dirham tersebut, ia segera menyalakan pelita, menyapu rumah dan mencari dengan sangat cermat.
3. ANAK yang HILANG, yang ditunggu dengan sabar oleh sang bapa dirumah dan mau untuk
mengampuni, menerima anak itu kembali.
Bukankah ketiga kisah yang hampir mirip ini sungguh luar biasa?
Pernahkah anda berpikir bahwa kitalah domba, dirham, atau anak yang hilang itu? Hilang berarti pada awalnya itu ada bersama dengan pemiliknya tetapi kemudian karena kejadian tertentu, sesuatu itu terhilang.
Domba adalah binatang yang menggambarkan siapa kita. Domba mudah sekali tersesat tetapi dia dapat mengenal suara gembalanya. Domba bisa tersesat ketika dia mulai mencari kesenangan-kesenangan lain yang dipikirnya dia akan peroleh jika berpetualang sendiri, dia tidak berkumpul dengan domba-domba lainnya dan mulai tidak mau mendengarkan suara dan nasehat sang gembala.
Berapa banyaklah domba-domba yang ternyata sedang tersesat dan duduk di bangku-bangku gereja kita? Domba-domba yang tidak mau mendengarkan Firman Tuhan dan kebenaran-Nya lewat hamba-hamba-Nya dan siapapun yang Dia pakai, akan menjadi domba-domba yang angkuh dan merasa paling benar. Orang-orang yang tidak pernah mau dididik dan mendengarkan adalah domba-domba yang sesungguhnya sudah tersesat walaupun secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka!
Domba yang tidak mau dibimbing dan digembalakan oleh orang lain yang Tuhan tetapkan atas mereka sebagai tudung mereka, akan menjadi domba-domba sombong dan liar. Mereka tidak mau berkumpul dengan kawanan tetapi melepaskan diri dari “aturan” yang mereka piker terlalu mengikat dan memberatkan. Saudaraku yang terkasih, ikatan keluarga rohani yang Bapa berikan dalam kehidupan kita bukanlah suatu beban dan paksaan, tetapi sebuah anugrah Bapa yang besar agar kita dapat terus bertumbuh mengikuti jejak Yesus. Kecuali apabila pemimpin itu salah dan tidak membawa kita pada jejak Sang Gembala Agung, maka janganlah pernah mengikuti pemimpin-pemimpin yang demikian!.
LIHAT dan KECAPLAH KEBAIKAN BAPA!
Sang Gembala, sang perempuan dan sang Bapa dalam kisah ini sangat mengasihi apa yang mereka miliki, dan melakukan segalanya untuk mendapatkannya kembali. Terkecuali dari kisah anak yang hilang, Bapa memang tidak diceritakan bahwa dia pergi kesana-kemari untuk mencari dan memaksa anaknya pulang, ini dikarenakan suatu pelajaran yang mendalam tentang PERTOBATAN si anak dan tentang HATI BAPA yang menunggu dengan sabar. Sedang dalam pelajaran Gembala, kita lihat peran Gembala yang berperan melindungi, mencari, dan menuntun. Tapi rasakan kasih didalamnya! Dia Bapa yang sangat mengasihi kita semua! Dia tidak ingin seorangpun dari kita terhilang, karena dimata Bapa, kita adalah kesayangan-Nya, permata hati-Nya, dan segalanya!
Seringkali dalam perjalanan kita yang melelahkan ketika mengikut Yesus, kita tidak punya banyak waktu merenungkan jalan-jalan hidup kita. Menelusuri kembali jejak-jejak kita dan memperlajarinya adalah hal yang sangat penting untuk kita lakukan agar kita tidak salah melangkah dan tanpa sadar, kita sudah sangat dekat dengan jurang dan kejatuhan. Kita seringkali lupa tentang betapa berharganya hidup kita!
Anak-anak muda yang saya layani mengaku bahwa dimasa SMU mereka, mereka banyak mengalami konflik batin, pelecehan, perusakan emosi oleh orang-orang terdekat mereka dan mereka memutuskan untuk mengakhiri hidup mereka. Benarkah semurah itu sebuah kehidupan? Seringkali kita tidak menyadari bahwa kita sedang melecehkan kasih Bapa yang memberikan anda kesempatan untuk hidup dibumi agar kita dapat mengenal Dia, melayani dan berbuah bagi Kerajaan-Nya. Hidup itu berharga! Saya sangat merindukan kehidupan yang lebih baik, kehidupan yang sempurna, sifat-sifat sempurna dan tidak melukai saya..sebuah sorga yang saya rindukan…seperti yang anda juga idam-idamkan..Saya belajar untuk berani HIDUP, karena jikalah saya hidup, maka saya hidup hanya bagi kepentingan Bapa. Mudah untuk mati bagi Bapa, tetapi beranikah kita HIDUP bagi Bapa dimuka bumi yang tidak sempurna ini? Hanya dengan proses bumi ini, kita akan mencapai Tanah Perjanjian yang kekal, suatu hak istimewa yang diberikan-Nya kepada anak-anak manusia yang dilahirkan dalam dosa tetapi dijangkau-Nya dalam kasih untuk mengenal Dia.
Semakin kita memandang rendah arti diri dan hidup kita, maka kita pasti akan menyia-nyiakan hidup kita. Tetapi semakin kita memandang siapa jati diri kita yang sebenarnya dimata Bapa, maka dapat dipastikan bahwa kita akan menghargai kehidupan ini dan menggunakannya semaksimal mungkin bagi Kerajaan-Nya. Apakah hidupmu berdampak?
Ketika Bapa mengajari kita melayani, terkadang pula kita pula bahwa kita juga adalah ANAK. ANAK adalah ANAK, sekalipun sang anak melayani bapanya dengan kasih dan rela hati. Hati kita menjadi pahit dan merasa pelayanan kita tidak pernah menyenangkan hati Bapa kita, kita selalu merasa tertuduh dan pikiran kita diperbudak oleh ketakutan-ketakutan kita. Dia adalah Bapa yang sempurna dan penuh kasih. Dia menyambut dan senang atas kita, Dia bukanlah Bapa yang menuntut kita. Lihat bagaimana sikap bapa yang ditunjukkan dalam kisah Lukas 15 itu! Bapa Sorgawi ingin kita selalu menjadi anak-anak kesayangan dan kesukaan-Nya. Dia sangat menghargai usaha sekecil apapun dari anak-anak-Nya, Dia merindukan pertobatan dan kenikmatan kebersamaan dengan anak-anak-Nya, bahkan saat di tengah ladang (anak sulung). Sayang sekali anak bungsu melakukan kesalahan fatal dengan pergi meninggalkan rumah, dan anak sulung tidak pernah belajar hidup dengan gembira di rumah ayahnya, penuh iri dan tuntutan, kekuatiran hidup. Oh, marilah kita belajar sama-sama menikmati rumah Bapa yang senang itu!
Ketika kita menemukan jati diri kita didalam Bapa, yaitu bahwa kita dikasihi-Nya dan kitalah kepunyaan-Nya, maka hidup dan tujuan hidup kita pasti akan berubah. Engkau sangat dikasihi Bapa! Jangan meragukan kasih-Nya terus menerus. Belajar mempercayai Dia dan hidup tinggal dekat selalu bergantung kepada-Nya.
TERHILANG
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar