RSS
Container Icon

LUBANG DI DINDING

Ada sebuah cerita. Ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah, dan untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, Ayahnya memberinya sekantong paku dan menyuruh anaknya tersebut untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang rumah, setiap kali ia marah.
Pada hari Pertama, anak itu telah memakukan 48 paku di pagar setiap kali ia marah. Namun hari berikutnya jumlah paku yang ia pakukan semakin berkurang. Dari hal ini ia mengambil kesimpulan bahwa menahan amarah lebih mudah dari pada memakukan paku ke pagar.

Akhirnya, anak tadi percaya bahwa ia sudah bisa mengontol amarahnya dan kesabarannya tidak mudah hilang. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya kemudian ayahnya menyuruhnya mencabuti paku tersebut setiap hari yaitu pada saat ia tidak marah dan dapat menguasai dirinya.

Hari-hari berlalu, anak laki-laki itu dengan senang memberitahukan kepada ayahnya bahwa semua paku yang telah ia pakukan di pagar tersebut telah ia cabut. Lalu ayah menuntun anak itu untuk melihat pagar tersebut.

Ayahnya berkata “kamu berhasil dengan baik anakku.. Tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. bagaimanapun pagar ini tidak akan bisa kembali seperti sebelumnya. Ketika kamu mengatakan sesuatu kepada orang lain dengan kemarahan, kata-katamu akan meninggalkan bekas di hati orang lain. Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang lalu mencabutnya kembali. Tidak peduli berapa kali kamu meminta maaf luka itu akan tetap ada…”



Saudara, coba perhatikan ilustrasi diatas, pernahkah kita berpikir bahwa kita dengan sadar atau tanpa sadar, kita telah menancapkan begitu banyak paku di dinding itu? Kita telah mudah berkata-kata, mudah bertindak tetapi itu telah menjadi dampak buruk buat kehidupan orang lain, melukai hati sahabat-sahabat kita dan telah menghancurkan banyak hubungan yang indah.
Kita sudah belajar beberapa minggu lalu bahwa kita harus berhati-hati dengan kuasa perkataan kita. Jangan kita menancapkan paku kedalam diri kita sendiri dengan kata-kata negaif dan pesimis kita dalam pengasihanan diri, ataupun janganlah kita menancapkan paku itu pada hidup orang lain dengan mengatakan hal-hal jahat mengenai mereka.

Kekudusan adalah hal yang harus tetap menjadi perhatian umat Tuhan di akhir zaman ini. Mezbah Tuhan haruslah tetap dikuduskan, Mezbah bakaran haruslah tetap ada korban diatasnya.

Mereka menajiskan diri dengan apa yang mereka lakukan, dan berzinah dalam perbuatan-perbuatan mereka. Maka menyalalah murka TUHAN terhadap umat-Nya, dan Ia jijik kepada milik-Nya sendiri. Diserahkan-Nyalah mereka ke tangan bangsa-bangsa, sehingga orang-orang yang membenci mereka berkuasa atas mereka. Mereka diimpit oleh musuhnya, sehingga takluk ke bawah kuasanya. Banyak kali dilepaskan-Nya mereka, tetapi mereka bersikap memberontak dengan rencana-rencana mereka, tenggelam dalam kesalahan mereka. Namun Ia menilik kesusahan mereka, ketika Ia mendengar teriak mereka. Ia ingat akan perjanjian-Nya karena mereka, dan menyesal sesuai dengan kasih setia-Nya yang besar.  Mazmur 106:39-45

Kita dapat menajiskan mezbah Tuhan dengan berbuat cemar pada diri sendiri dan orang lain, kita bisa berzinah dari Tuhan dengan perbuatan dan tindakan dosa kita. Tahukah kita? Bahwa selain Bapa sangat bisa memakai kita sebagai alat Kerajaan-Nya, iblis juga memiliki kesempatan untuk memakai kita sebagai alat kerajaan kegelapannya? Rumah Tuhan yanga dalah Bait-Nya haruslah kudus. Didalam PL, mengajarkan pada kita bahwa betapa pentingnya merawat dan menjaga Bait-Nya. Kelihatannya memang sangat banyak aturan, tapi semua perintah-Nya di PL tentang kemah suci adalah sebuah gambaran yang luar biasa antara kehidupan kita dan Dia.

Apa yang akan terjadi apabila kita mencemarkan bait Tuhan? Setiap kali kita hidup dalam dosa, Tuhan seolah membiarkan umat kesayangan-Nya diikat dan dikuasai oleh musuh-musuh-Nya, hal ini karena ada celah dalam hidup kita! Tuhan tidak sedang menyerahkan anak-anak-Nya dengan rela hati, tapi Dia tetap menangisi kita agar kita menjadi orang-orang yang merdeka didalam Kebenaran.

Jemaat Kemurahan Bapa, coba renungkan.. apa anda pernah merasakan bahwa hidup anda selalu ada dalam kekalahan? Jangan kita berkata “Aku sudah berusaha, aku tidak bisa.. ikatan dosa ini terlalu kuat!” Saat kita mengatakan hal itu, itu berarti kita sudah merendahkan kuasa Tuhan untuk sanggup memulihkan dan membebaskan kita.

Bukan Tuhan yang tidak sanggup, namun kita yang sebenarnya masih belum rela melepaskan dosa dan ikatan yang kita cintai. Berkali-kali Tuhan memberi kesempatan pada kita untuk hidup bebas dan memuliakan Dia dalam pekerjaan-pekerjaan-Nya, tapi apakah kita sungguh rindu hidup dalam pertobatan ataukah kita tenggelam lagi dalam dosa, dalam pemberontakan kita?

Tahukah anda, bahwa dosa pemberontakan, kemarahan pada Tuhan dan keadaan.. dapat membuat anda terikat pada dosa? Ada banyak kasus ikatan dosa yang ternyata dimulai dari sebuah pemberontakan dan kemarahan kepada Tuhan, tanpa sadar atau dengan sadar, jiwa dan daging kita malah cenderung melawan kehendak Tuhan.  Ada banyak misi menanti kita, ada banyak jiwa yang menanti pelayanan kita didepan. Mari kita tanggalkan dosa dan beban yang begitu merintangi kita.. mari kita lepaskan dosa pemberontakan dan kemarahan kita. Sudahkah anda berdamai dengan Tuhan dan diri sendiri?

Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah. 2 Kor 7:1

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar