Seringkali mematahkan keakraban dengan Tuhan tidaklah kita sadari begitu saja. Itu bisa merupakan dosa-dosa yang membuat hati kita tidak peka lagi dengan desakan Roh-Nya. Kita semua memiliki kecenderungan dosa dan ingin lari dari tahta kasih karunia Tuhan, kecenderungan mengembara sendirian dan akhirnya jauh berpaling kepada Kekasih Sorgawi kita. Daud, seorang yang dikenal sebagai sahabat dan kekasih Allah juga pernah mengalami jalan gelap dalam hidupnya, disaat dia menjadi seseorang yang tidak berkenan di mata Allah selama kurang lebih dalam setahun, hatinya mengeras dan hatinya menyimpan kejahatan dan dosa, saat itu itu telah kehilangan keindahan hubungannya dengan Tuhan. Kita semua tahu masa seperti apa yang sedang saya maksudkan. Ya, Daud telah berbuat dosa dengan mengingini istri Uria, lalu berbuat zinah, lalu merancangkan pembunuhan yang licik dan kejam terhadap Uria. Mengambil Batsyeba menjadi istrinya dalam keadaan mengandung dan berlaku seolah-olah tidak terjadi apa-apa!. Mungkin dia berpikir bahwa sudah sewajarnya dia boleh menikah dengan Batsyeba, dia kan raja Yehuda! Juga dia merasa semua perbuatannya beralasan dan dia berusaha menutupi semua kejahatannya dengan kejahatan selanjutnya. Tuhan Maha Tahu. Nabi Nathan menegurnya dan disanalah setelah setahun, dia akhirnya sadar bahwa dia sudah kehilangan Sahabat karibnya karena cintanya sudah teralihkan pada seorang wanita yang mempesona hatinya.
Keakraban dengan Sahabat Sorga kita butuh dibangun sepanjang waktu dan berhati-hatilah karena keakraban dan hubungan kita dengan Dia juga dapat rusak apabila kita sendiri yang merusaknya dengan melakukan hal-hal yang dibenci-Nya.
Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya:
mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan, seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara. Amsal 6:16-19
KESOMBONGAN
Apa itu kesombongan atau keangkuhan? Kesombongan bisa berwujud dalam beberapa hal seperti; ”aku dapat mengurus diriku sendiri!”, ”aku lebih baik dan layak daripada dia!” atau ”aku pantas menerima hal itu!”, ” hai, lihat aku!”- sesuatu yang menarik perhatian untuk diri kita sendiri atau ingin menjadi pusat perhatian, adalah kesombongan yang dibenci Tuhan kita. Kadang-kadang kita terjebak dalam keangkuhan kita sendiri, saat kita merasa bahwa keputusan Allah itu tidak tepat buat diri kita, itu salah dan kitalah yang benar, kitalah yang ingin mengatur rencana buat diri kita sendiri. Sesungguhnya Dialah yang paling tahu, apa yang terbaik bagi diri kita. Ketidaktaatan karena pembenaran dan pikiran kita sendiri dapat dikatakan sebagai sebuah keangkuhan kita.
DUSTA
Bapa menghendaki kebenaran dalam batin kita. Dia membenci lidah dusta. Semua kebohongan adalah serius di mata Tuhan. Saat kita berbohong pada seseorang, kita sedang menjauhkan diri dengan orang itu. Saat kita berbohong pada kekasih, maka kita sedang menarik keakraban kita dengannya dan dengan Tuhan juga, hal ini dapat membuat kita kehilangan hubungan yang baik dengan-Nya, malah memberi tempat tumpuan bagi iblis dalam kehidupan kita.
MENGHANCURKAN ORANG LAIN
Mungkin kita tidak menumpahkan darah orang lain atau membunuh fisik mereka, tetapi perbuatan untuk menghancurkan orang lain dalam bentuk apapun adalah hal yang dibenci Tuhan juga. Apakah perbuatan kita menyakiti orang lain? Menyakiti perasaan, menghancurkan hatinya dan merendahkannya? Kita bisa merusak orang lain lewat pandangan mata kita yang meremehkan, mulut kita yang mengatakan hal-hal yang pedas dan menyakiti hati orang lain, lewat kaki kita dan perbuatan kita yang menyeret orang lain kepada dosa. Apakah kita membawa orang lain kepada Kristus ataukah kepada hal-hal yang tidak berkenan kepada-Nya? Anda sedang merusak orang lain dan menumpahkan ”darahnya”, maka perbuatan ini juga dibenci Allah.
HATI YANG LICIK
Hati yang merancangkan kejahatan tentulah dibenci Allah. Hati yang ingin membalas dan untuk memuaskan diri sendiri. Bila kita berencana jahat melalui pikiran kita, menilai, menghakimi berdasar pikiran sendiri dan merancangkan yang jahat tentang orang itu, maka hati kita perlu dimurnikan oleh Allah. Setiap tindakan kita selalu dimulai dari pikiran. Oleh karena itu memikirkan untuk berdosa saja sama saja dengan melakukannya.
KAKI YANG SEGERA LARI PADA KEJAHATAN
Kaki yang segera menuju kepada kejahatan jelas menunjukkan sikap yang tidak mau taat. Daud pernah membiarkan kakinya dan hatinya berlari menuju pada kesempatan untuk bersama dengan Batsyeba daripada tetap pada jalan yang menuju kepada Allah dan mentaati Dia. Daud juga berusaha menutupi jejaknya. Bukannya berlari kepada Allah dan mengakui dosanya dan membiarkan Allah membereskannya. Kadang-kadang kitapun bersemangat untuk melakukan hal yang buruk. Kita ingin memiliki apa yang seharusnya tidak kita miliki atau pikiran kita diliputi oleh sesuatu atau seseorang yang bukan Tuhan sehingga kita berlari menuju kepada sesuatu/seseorang itu. Hal-hal yang menjauhkan kita dari berjalan lebih dalam bersama-Nya adalah salah. Maria dari Betania memiliki hati yang bergelora dalam Dia, mendengar suara-Nya dan duduk mendengarkan Dia, serta memberikan semua yang dia miliki kepada-Nya. Saudaraku, semangat untuk segala hal yang lain di luar Allah adalah mendapatkan seseorang yang lebih tinggi daripada Dia di hati kita, Allah Pencemburu membenci hal ini. Dia tidak mau kita terobsesi pada barang atau seseorang sehingga kita lebih mengejar semua itu dengan gairah tetapi bukan kepada Tuhan.
SAKSI DUSTA
Tuhan juga membenci saksi yang mengucapkan kebohongan. Saksi palsu atau penggambaran palsu mengenai seseorang, gosip dan pernyataan berlebih-lebihan tentang seseorang adalah hal yang tidak disukai Allah kita. Dia mau kita menjadi mempelai-Nya yang murni, cantik, berintegritas dan memiliki kejujuran.
MENIMBULKAN PERTENGKARAN
Dia menghendaki persatuan dalam keluarga Ilahi-Nya, Dia membenci perpecahan. Banyak dari kita menyebar kepahitan pribadi kita tanpa sadar kepada orang lain dengan keluhan keluhan yang tidak bijaksana. Penyampaian kata-kata yang tidak benar dan tidak pada tempatnya akan mengundang kekecewaan, penghakiman, dan dendam. Berawal dari hal sepele dalam keluarga Allah, menjadi perkara yang merepotkan dengan campur tangan iblis dalam perpecahan jemaat Tuhan. Kritikan, pesimisme, fitnah dan pertengkaran itu menular. Dia mencintai kita, tetapi jika kita memancing pertengkaran dengan menyuarakan keluhan-keluhan, tanggapan yang tidak bertanggung jawab, fitnahan, maka kita sedang memancing kemarahan Allah. Jadilah pembawa damai.
0 komentar:
Posting Komentar