CAHAYA KEMENANGANKU
Kau kekuatanku, Perisaiku dan Gunung Batuku
Saat ku goyah, tak Kau tinggalkan
Buat hatiku tuk berjalan dalam kasih setia-Mu
Bawaku terbang, melayang tinggi
Reff:
Buatku Tuhan, kuat bagai Rajawali
Yang bertahan walau badai menghadang
Kuatkan langkahku, menghadapi
semua musuhku
semua musuhku
Kekuatanku, cahaya kemenanganku
Evie Mehita
Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia. Dibuat-Nya dia berkendaraan mengatasi bukit-bukit di bumi, dan memakan hasil dari ladang; dibuat-Nya dia mengisap madu dari bukit batu, dan minyak dari gunung batu yang keras, (Ulangan 32:11-13)
Pada waktu yang sangat lampau, Bapa pernah berjanji pada saya secara pribadi. Dia menggambarkan bagaimana seekor rajawali kecil yang memegang erart dahan-dahan besar dan sangat ketakutan untuk terbang. Dalam rangkaian kata-kata dalam roh dan jiwa saya, saya berharap dan menemukan janji Allah mengenai MENJADI RAJAWALI DEWASA.
Itu sudah bertahun-tahun yang lalu, tetapi sampai sekarang, saya masih terus belajar bagaimana menjadi Rajawali Dewasa..
Seperti yang kita tahu, seekor anak Rajawali yang masih bayi akan ditaruh induknya di dahan-dahan yang tinggi dan aman, diselimuti oleh selimut-selimut bulu yang nyaman dari induknya. Sarang yang terbuat dari duri-duri menyakitkanpun tak terasa karena perlindungan yang sempurna. Semua diawali dari Allah Bapa. Dia mengangkat kita menjadi anak-Nya dan dalam perlindungan yang sempurna Dia menjaga kita. Kita dengan mudah dapat makan dari-Nya dan mendengar suara-Nya. Dia tampak begitu mengasihi kita dan memanjakan kita. Oh Sungguh senang ada dalam pelukan Bapa setiap hari seperti itu!
Beberapa waktu kemudian, mulai menguatlah sayap-sayap kecil dari si Rajawali muda itu. Induknya yang melihat pertumbuhan anaknya, berniat untuk melatih Rajawali muda kesayangannya ini. Untuk melatih terbang, induk mengambil satu persatu selimut hangat dan lembut disarang itu dan Rajawali muda menjadi kesakitan karena harus berpijak di sarang yang penuh duri. Kenyamanannya dikoyakkan dan hatinya menjadi tak menentu.
Bapa juga mengajar kita seperti pada induk Rajawali itu. Dia mengambil kenyamanan kita dan suplai makanan kita. Dengan harapan kita mau mencari-Nya dan belajar mengasihi Dia lebih lagi. Menjadikan kita kuat seperti Dia. Bukankah tujuan kita adalah menjadi serupa dengan Dia. Dia Induk Rajawali kita. Rajawali tidak diciptakan untuk berada di kandang ayam dan terus melihat ke atas dengan harapan kosong. Dia mau kita menjadi Rajawali yang hidup di atas-atas bukit batu dan terbang melintasi awan-awan. Menerjang badai dan terbang dengan kekuatan sayap-sayapnya.
Apa kenyamanan kita? Jangan heran Bapa mengambil satu-persatu semua hal yang kita andalkan, walaupun itu berasal dari Dia, tetapi Dia tidak mau kita mengandalkannya dan menjadi manja dengan segala fasilitas-Nya.
Dia mulai mengolak-alikkan sarang kita dan Rajawali muda itu jatuh dari atas dahan yang tinggi. Bayangkan apa yang ada dipikirannya waktu itu? ” Oh, ibu! Ini terlalu dini bagiku belajar terbang!” atau ”Apa yang dilakukan ibuku? Ibu! Ibu! Mengapa aku dijatuhkan begini!”
Ada banyak pertanyaan dalam hati kita karena kita tidak memahami kehendak Allah. Kedewasaan bukanlah ditentukan bagaimana kita merasakan sentuhan atau pertolongan Tuhan terus menerus, melainkan bagaimana kita menghadapi pemikiran-pemikiran kita sendiri dan memakai kehendak Kristuslah yang terpenting. Memahami maksud Allah sangatlah penting. Banyak yang gugur imannya karena mereka tidak dapat memahami maksud kebaikan Tuhan untuk membuat mereka terbang semakin tinggi.
Bagaimana jika jatuh dan kita belum dapat terbang? Rasa kekuatiran, ketakutan melingkupi kita. Mungkin juga rasa putus asa karena kita belum dapat terbang lagi..dan lagi..kegagalan demi kegagalan melunturkan semangat kita untuk terbang.
Rajawali tetaplah rajawali. Benih Allah sudah ada didalam diri kita, dan kita diciptakan serupa dan segambar dengan Dia. Pastilah kita bisa terbang, karena kita adalah keturunan-Nya. Melintasi setiap badai masalah dan pencobaan dan menjadi pemenang diatas semuanya itu. Itu adalah kedewasaan, bukannya bersembunyi dalam selimut-selimut yang diberikan Bapa. Memang hal ini tidak mudah. Sayapun paling senang berada dibalik selimut Bapa. Saya merasa takut mencoba terbang lagi..karena saya takut gagal lagi..apakah anda juga mengalaminya?
Latihan membutuhkan satu kata: KESABARAN.
Untuk besar, anda butuh makan, tetapi untuk menjadi semakin kuat, tidak ada cara lain selain berlatih, dan untuk berlatih, anda butuh KESABARAN.
Saya adalah orang yang kurang dalam buah kesabaran. Menjadi sifat buruk dalam hidup saya yang masih harus terus Bapa hadapi dan tangani, bahwa saya ingin semua berlangsung cepat-cepat dalam segala hal, terutama dalam hal pelayanan dan diri sendiri. Dahulu saya tidak menyadari kelemahan ini, sampai Allah menyingkapkannya berkali-kali dan melatih saya dalam hal kesabaran, tidak mudah...
Latihan tidak hanya sekali...dua kali..atau tiga kali...semua tergantung niat kita untuk belajar dan pada kemurahan Allah yang memampukan kita. Apakah kasih karunia saja tidak cukup? Tidak cukup! Kasih karunia akan bekerja saat kita meresponinya dengan tindakan iman. Tidak benar jika kita mengharap tanpa latihan dan kesakitan, tiba-tiba Allah membuat kita bisa terbang dengan sendirinya! Seperti seorang anak kecil yang berharap masuk ke perguruan tinggi tanpa mau melalui proses di bangku SD, SMP, dan SMU. Seorang anak kecillpun tahu prinsip ini. Jika mereka ingin bisa naik sepeda, maka mereka akan membujuk orang tuanya untuk melatihnya dengan membelikan sepeda kecil beroda tiga. Hal yang menyenangkan untuk belajar dengan orang tua kita. Kadang kita akan jatuh berkali-kali dan babak belur karenanya. Sewaktu saya dahulu belajar naik sepeda, saya sering jatuh dan berdarah, dan itu menjadi hal biasa karena saya ingin bisa naik sepeda. Sewaktu belajar motor diusia remaja, saya menabrak trotoar dengan ayah saya, tiba-tiba jatuh di pinggir jalan, dan lain sebagainya. Memang semakin besar yang akan kita hadapi, maka latihan dan resikonya akan lebih besar.
Allah sedang mempersiapkan kita, tanpa kita tahu untuk apa, tetapi Dia mengetahuinya. Dia mau memakai kita dan menunjukkan kepada semua musuh-musuh-Nya, bahwa Dia sanggup melatih dan membentuk kita. Jika kita bisa itu karena Dia tak pernah jemu-jemu melatih kita. Kita hanya perlu merelakan diri dilatih-Nya walaupun harus jatuh berkali-kali. Jangan menjadi putus asa jika kita dididik-Nya. Jangan menjadi tawar hati! Kita tidak pernah tahu bukit-bukit seperti apa yang akan kita atasi nanti saat kita bisa terbang bersama Dia. Tetapi pastilah semua itu indah dan ajaib, pada waktunya.
Kesalahan kita adalah kita terlalu sombong untuk terbang sendiri. Merasa bahwa kita mencintai Tuhan dan dapat mengatasi diri kita sendiri. Penyerahan akan mengatasi masalah kesombongan ini. Dibentuk seperti apapun, mau. Dibanting seperti apapun, berserah. Tetapi tidak menjadi putus asa. Jatuh, bangkit lagi. Bagaimana jika jatuh lagi? Sakit? Tentu. Malu?pasti. tetapi mari kita belajar untuk membulatkan tekad untuk melihat usaha Bapa untuk melatih kita. Bangkit dan belajarlah kembali. Bukankah Dia tidak akan membiarkan kita jatuh sampai tergeletak?
0 komentar:
Posting Komentar