RSS
Container Icon

Perjumpaan Dengan Salib

Aku seorang anak yang tumbuh dalam keluarga yang cukup keras dan penuh tuntutan. Sejak kecil sampai remaja, selama di luar rumah, aku tidak pernah melakukan hal-hal yang aneh-aneh. Tapi ternyata seiring dengan berjalannya waktu, di rumah aku mulai menjadi pemberontak dan pemarah karena tekanan di rumah. Mama orang yang cukup perfeksionis. Hal itu disebabkan karena keluarga kami bukan orang yang kaya, jadi mama selalu tanamkan pada semua anak-anaknya harus pandai, cari uang yang banyak dan menjadi orang yang kaya dan sukses, supaya keluarga tidak dihina orang. Setelah aku berusaha keras untuk jadi anak yang pandai, namun tetap saja tidak bisa dapatkan nilai yang sempurna  untuk mama, akhirnya aku kecewa dengan diriku sendiri. Sedangkan papaku orang yang keras dan cepat emosi, jika papa tidak suka dengan tindakan kami, sebagai anak, dia langsung pukul dan mengata-ngatai kami (kata-kata yang tidak selayaknya). Sifat dan karakterku juga keras,  pemarah dan pemberontak itu malah membuat papa semakin keras padaku. Belum lagi kalau kami bertengkar antara satu dengan yang lainnya dengan menggunakan benda-benda tajam, saling mengancam bunuh diri dan melemparkan barang pecah belah yang ada. Aku semakin tertekan dan dan pahit dengan keadaanku. Dan tidak jarang aku ingin mengakhiri hidup, tapi selalu tidak jadi, karena ada ketakutan dalam pikiranku untuk masuk neraka.
  
Sewaktu kecil, tepatnya mulai dari TK aku selalu ingin jadi cowok, memakai pakaian cowok, tidak mau kalah dengan cowok dalam hal kekuatan. Sejak TK aku merasa tidak nyaman jika di dekati papa, aku selalu menghindar dari papa, dan hal itu menyebabkan papa semakin marah dan memukulku. Ternyata hal itu disebabkan karena dari sejak kandungan, papa suka menyakiti mama dengan kata-kata dan perilaku, dan hal itu menyebabkan aku membenci papa dari sejak kecil. Hari demi hari kulalui tanpa arah dan pegangan, kesepian dan kesedihan mewarnai hari-hariku. Dan akhirnya waktu SMA ku mulai mencari perhatian, rasa aman dan sosok seorang ayah yang tidak pernah aku rasakan, serasa mati rasa terhadap cinta dan kasih yang sesungguhnya. Hampir semua temanku adalah cowok. Sampai akhirnya aku merasa aku telah mendapatkan pegangan dan orang yang dapat diandalkan, yaitu sahabat.


Waktu mulai kuliah, teman-temanku yang aku pikir bisa kupercaya dan kuandalkan, merekapun mengajakku ke pub-pub beberapa kali, dan aku mulai mengenal seorang pria yang jadi “ttm”ku. Setelah beberapa bulan aku jalani, lagi-lagi akhirnya aku terluka dan kecewa kembali, setelah dengan papa. Sahabat yang kupikir bisa dipercaya malah membawa aku pada kehidupan yang gelap. Aku mulai meragukan apakah ada cinta yang murni itu?? Beberapa waktu kemudian, aku bertemu dengan pria tidak seiman yang akhirnya menjadi pacarku, karena aku pikir “mungkin saja dengan berpacaran aku dapat melepaskan semua kebosananku di rumah dan bisa mengisi perasaanku yang kesepian.” Tapi  pada kenyataannya tidak demikian, hal itu malah menambah luka dan kesakitan saya. Hari demi hari tetap aku jalani, dengan berharap kalau suatu hari dia bisa bertobat, namun aku salah. Akhirnya aku malah jatuh dalam dosa perzinahan. Setelah itu kami putus, dan hidupku terasa hancur, hampa dan putus asa. Tidak ada seorangpun yang mengetahui dosa yang telah kulakukan. Waktu itu aku benar-benar tidak kuat lagi hidup di dunia dan luka demi luka yang tidak kunjung berhenti. Mama selalu menyalahkanku atas putusnya hubungan kami, dan sikap orang tuaku yang sering membanding-bandingkan aku dengan saudara-saudaraku dan dengan anak orang lain, selalu dianggap tidak penting, tidak pandai dan banyak hal lainnya yang semakin membuat aku tidak ingin hidup di dunia ini. Setelah putusnya hubungan kami, aku semakin egois dan sering marah-marah, yang tersisa dalam hidupku hanya perasaan yang pahit dan keterikatan dengan dosa-dosa percabulan. Hari demi hari hidupku dipenuhi kehampaan, keterikatan dan kesepian... Akupun tidak tahu apakah masih ada harapan bagiku untuk berubah dan hidup berbahagia sebagaimana seperti yang diinginkan setiap anak pada umumnya.
   
Beberapa bulan setelah kejadian itu kakak-kakak pembina di Universitas tempat dimana aku kuliah mengajakku dan beberapa temanku untuk ikut fellowship di luar kota. Sampai suatu ketika, tanpa ku sangka, pada hari kedua, pada waktu doa, hamba Tuhan yang menyampaikan firman Tuhan membawa kami untuk berdoa dan di waktu yang sama, tiba-tiba saja dadaku terasa sesak dan air mataku mengalir terus menerus, dalam benakku dengan sangat jelas ada terlentang sebuah salib yang mengalir darah yang sangat banyak, dan Bapa menaruh sebuah rhema yang sangat kuat di hatiku, DIA mengatakan, “sekalipun keluargamu tidak bisa menerima kelemahanmu, AKU akan selalu menerima dirimu, dan bahkan jika seluruh dunia meninggalkanmu, AKU tidak akan meninggalkanmu. Darah yang mengalir itu untuk mengampuni semua dosa-dosamu, dan kamu akan melihat pemulihan dalam dirimu. AKUlah BAPAmu.” Tanpa Dia katakan “Percayalah”, waktu itu ku sangat jelas menangkap hati-Nya seolah-olah mengatakan “Percayalah”. Perasaan menyesal bercampur dengan pengorbanan yang BAPA berikan untuk orang yang lemah dan buruk sepertiku, membuat air mataku tidak berhenti mengalir. Sebelum dari kejadian itu, aku sungguh-sungguh belum pernah merasakan cinta yang begitu besar dan tulus padaku, yang aku tahu semua cinta di dunia ini selalu bersyarat dan tidak kekal. Sejak hari itu kuberkata pada BAPA, “Selama aku hidup aku hanya menginginkanMu...”.
  
Setelah pulang dari fellowship itu, hari-hariku dipenuhi sukacita, kebahagiaan, cinta dan kemanisan karena BAPA. Beberapa waktu kemudian, orang tuaku mulai heran dengan aku yang sudah tidak suka marah-marah lagi, tidak jadi anak yang pemberontak dan suka menceritakan kasih dan pengorbanan Tuhan pada siapa saja yang ada bersamaku. Sejak perjumpaan dengan salib itu aku semakin tergila-gila pada-NYA. Pada suatu saat, waktu ku bersaat teduh Tuhan memberikanku sebuah janji dalam I Kor 1:27-31, “Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah. Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. Karena itu seperti ada tertulis: “Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.” Dan aku pegang janji-Nya sampai hari ini. Sekalipun sampai hari ini aku juga masih harus melalui setiap bentukan karakter, lembah-lembah kekelaman di mana seolah-olah keadaan sekelilingku terasa gelap, namun firman-Nya selalu memberikanku kekuatan dan BAPA selalu menjaga dan menemaniku. Dalam mengerjakan keselamatan yang telah Tuhan Yesus berikan untukku (Flp 2:12) tidak jarang aku masih merasa lemah, gagal dan tidak layak untuk BAPA dan serasa ingin menyerah, namun saat aku ingin melepaskan tanganku dari-NYA, semakin kuat tangan-NYA memegangku, sampai ku tidak sanggup menyerah, karena cinta-NYA sangat kuat mengikatku. Ada banyak penyertaan Tuhan dalam hidupku, salah satunya, keterikatanku dengan dosa percabulan itu sudah pernah kualami, dan setelah aku mengalami perjumpaan dengan salib Kristus, ada timbul sebuah sensor yang sangat kuat untuk jijik dengan dosa tersebut, dan tanpa ada orang yang memaksaku untuk melepaskan dosa itu, seolah-olah ada kekuatan yang sangat besar untuk melepaskan dosa tersebut. Akupun tahu jika tanpa “kekuatan yang sangat besar” itu, maka akupun tidak akan pernah bisa lepas dari dosa itu juga termasuk pikiran kotor yang menghantui dan terus mengejarku. Setiap saat BAPA dan aku terus berjuang untuk melawan pikiran itu. Dan aku sangat bersyukur kini Tuhan Yesus telah bebaskanku.
  
Kini, telah hampir 8 tahun kulalui perjalan cinta dengan DIA, dan tidak pernah sedetikpun DIA mengcewakan dan meninggalkanku di dalam ketakutan, dalam hadapi raksasa, lembah kekelaman, kebimbangan, kelemahan, kekuatan, sukacita, kebahagiaan, dalam cinta dan dalam bentukkanku. Dan bahkan sampai detik ini perjalanan cinta ini masih belum berakhir, tapi satu yang tetap kupercaya, setiap kejadian dan bentukan yang telah, sedang dan yang akan terjadi, itu akan membuatku menjadi pribadi yang BAPA inginkan, dan dimana waktu itu akan terjadi kebangunan rohani yang sejati dalam pribadiku, karena kuasa dari salib itulah yang akan mengerjakannya… and I'll keep my faith.  Amen.JLu all.

By : Ive

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS