RSS
Container Icon

Kutemukan Kasih Bapa (in Comedi)


N : Setelah sukses dengan karya-karya terbesarnya di perfilman dunia yg menduduki urutan teratas film-film Box office, sutradara beken Stephen Sleepboy kembali hadir dengan karya terbarunya yang diangkat dari novel terlaris karangan William SnackzPir dalam judul    `Ku Temukan Kasih Bapa….  (Saat teduh)
Scene 1
(Di ruang tamu…, Papi masuk dan mulai membaca koran. masuk dengan wajah kusut, setelah duduk beberapa menit ……)
Anak 3: Pi…
Papi  : Hm… !                  
Anak 3: Papi sayang aku `ga?

Papi  : Sayang….! Anak 3 : Kira-kira sebesar apa?
Papi  : Sebesar lipatan koran ini kali …!                   
anak 3 : Kecil banget…masa cuma segitu …!
Papi  : Ya…mo segimana lagi? Liat segini buat mama, segini buat C`de, segini C`ngah, segini buat bisnis…ya
           sisanya segini buat kamu, juga buat….
Anak 1 : Buat siapa Pi…!? Oh…I know…I know… yg waktu itu jalan sama Papi di mall `kan?
Papi  : Sstt……!
Anak 3  : `Ta bilang mami lho ya…!
Papi   : He…he… Biarkan… anjing-anjing menggong-gong…! Anjing menggong-gong kavila berlalu.
Anak 1 : o…ya!? (mami masuk dari belakang sambil beda`an)
Mami : Papi…! Anjing siapa yg menggong-gong pi? (memegang kerah papi)
Papi  : Em…itu lo mi…anjing-anjing tetangga dari kemarin ribut terus.
Mami : Awas kalo kamu macam-macam pi!
Papi   : Ah…mami, mana mumgkin papi sebodoh itu, hanya kau satu-satunya milikku di dunia, tiada yg
           kuingini di bumi, hanya kau..sekalipun dagingku dan hatiku…
Anak 1 : ih papi ngegombal! (menggerutu)

Scene 2
(?mendatangi maminya yang lagi masak)
Anak 3   : Mi…mami sayang aku `ga?
Mami : Ya…sayang dong! Kenapa sih kok nanya gitu? (sibuk masak)
Anak 3  : Kira-kira sayangnya sebesar apa?
Mami     : Ya…kira-kira sebesar tas mami! (mengangkat tas kresek hitam) Besar `kan? Mami… gitu lo…!
Anak 3    : Itu `kan kecil banget mi? Masa seorang mami sayangnya cuma sekecil itu!?
Mami    : Ya…iyalah…! Nih buat papi segini, C`d segini, C`ngah segini, karier, arisan, & hobi mami segini,
               ya sisanya segini buat kamu!
Anak 3      : Jadi aku dapat sisanya lagi…!?
Mami    : `Ga gitu ...emang sayangnya mami kurang ? semua kamu udah punya, apa aja mami kasih, Hp
             kamu  udah punya banyak, mami juga udah belikan Nokia 9500, baju, tas, sepatu semua bermerk
             kurang apa lagi? Mobil…? Rumah…? `kan udah mami beli kemaren! Apa itu `ga cukup nunjukin
              sayangnya mami!?
Anak 3    : Iya tapi itu `kan rumah2an sama mobil2an Barbie doang, mana bisa dipake…!?
Mami  : Ya…kamu `kan belum cukup umur nanti kalo udah gede, mami belikan. Udah…ayo makan dulu, ke
            sekolah !!nanti mami terlambat lagi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Babtisan Air

“Lalu Ia berkata kepada mereka: Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil kepada segala mahluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” (Lukas 16:15-16)

I.    PENDAHULUAN

Segera sesudah seorang Kristen menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, ia haruslah dibaptis air, karena ini adalah perintah dari Tuhan Yesus sendiri                   (Lukas 16:15-16).

Jadi, baptisan air bukanlah pilihan, tetapi keharusan bagi setiap orang percaya.

Dalam bahasa Yunani kata baptis berasal dari kata Baptizo Bapto dan Baptisma yang artinya:  dimasukkan dalam cairan sampai basah seluruhnya kemudian diangkat kembali.
Jadi, dibaptis artinya : ditenggelamkan ke dalam air sampai basah seluruhnya kemudian diangkat kembali keluar dari air.

Sejak jaman dahulu, Allah menggunakan air untuk “membersihkan” (memusnahkan)  kejahatan di muka bumi.
Bukti:
a.    Allah menghapus semua kejahatan di muka bumi pada jaman Nuh dengan Air bah (Kejadian 6:12 & 17)
b.    Firaun dan prajuritnya ditunggang balikkan di laut merah (Keluaran 15:19)

Seperti seorang bayi yang baru lahir, ia harus dimandikan, supaya bersih, demikian juga seorang bayi rohani yang baru bertobat harus segera dibaptis agar rohaninya sehat dan dapat bertumbuh.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Membangun Kembali Tembok Yang Runtuh

Saat kita datang beribadah kita pasti ingin menikmati persekutuan dalam hadirat Tuhan, kita pasti menginginkan tempat ini menjadi rumah kesukaan Tuhan. Saudaraku, kalau kita mau Tuhan datang dan bertahta atas tempat ini, maka kita harus mempersiapkan diri kita. Untuk kedatangan tamu kehormatan kita pasti akan mempersiapkan segala sesuatunya memberikan yang terbaik apalagi Tuhan kita, Raja atas segala raja. Dalam bahasa Ibrani yang diterjemahkan sebagai “kemuliaan” adalah kata “Kabod” yang berarti berat atau kemegahan yang berat. Untuk sesuatu yang berat kita harus mempersiapkan, membangun tempat yang tepat saudara. Saya percaya, Allah tidak hanya menginginkan kunjungan-kunjungan sementara atau lawatan spektakuler semetara seperti yang biasanya dicari umat Tuhan, tetapi sebenarnya Ia ingin bertahta, tinggal tinggal dalam persekutuan dengan umatNya. Ketika Ia datang di tempat ini Tuhan selalu mencari apakah umatNya mempersiapkan/membangun kursi pujian-penyembahan yang cukup kuat untuk kemuliaanNya yang berat, “kursi” tempat Ia duduk bertahta dalam kemuliaanNya. Sayangnya, dalam banyak sekali kunjungan, Tuhan kita hanya sampai berdiri di depan pintu mencari di seluruh ruangan namun tidak dapat tinggal bertahta di tempat itu karena tak ada “kursi” yang dipersiapkan untukNya. Ini teguran kasih bagi kita saudara, kalau mungkin selama ini kita, jangankan mempersiapkan “kursi” dimana Tuhan dapat duduk bertahta mungkin saja untuk suatu lawatan pun kita belum siap.

Saudaraku, kalau fondasi tempat ini, hati kita semua umatNya tidak cukup kuat (ini bukan hanya berbicara untuk suatu lawatan saja) untuk sesuatu yang dari Tuhan, maka kita tidak akan bisa bertahan/ mempertahankan itu. Kita harus benar-benar memperhatikan fondasi hati kita begitupun fondasi persekutuan kita saudara. Kadang kita perlu membiarkan dan bersama Tuhan membongkar fondasi lama kita yang rapuh dan kemudian membangun fondasi yang kuat dan teguh. Berbicara tentang membangun fondasi, membangun tembok-tembok kehidupan kita yang hancur kita bisa belajar dari Nehemiah. Ketika tembok Yerusalem dibongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar, Nehemiah berkabung dan berjuang untuk membangunnya kembali dalam pimpinan Tuhan. Saudara saat hidup atau harapan kita mungkin hancur apa yang akan kita lakukan? Ketika seolah-olah fondasi tembok harapan kita hancur, maka kita harus dan dapat membangunnya kembali bersama Tuhan.

“Riwayat Nehemia bin Hakhalya. Pada bulan Kislew tahun kedua puluh, ketika aku ada di puri Susan,datanglah Hanani, salah seorang dari saudara-saudaraku dengan beberapa orang dari Yehuda. Aku menanyakan mereka tentang orang-orang Yahudi yang terluput, yang terhindar dari penawanan dan tentang Yerusalem.Kata mereka kepadaku: "Orang-orang yang masih tinggal di daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar." (Neh 1:1-3)

Saat itu, Nehemiah berada pada posisi yang sangat terjamin, ia bekerja di istana raja sebagai juru minum raja. Pada jaman itu pekerjaan sebagai juru minum raja bukanlah pekerjaan sembarangan, orang yang menyiapkan minuman raja adalah orang yang dekat dan dipercayai raja, dia dibayar begitu mahal. Tetapi apa yang terjadi ketika pertama kali dia mendengar bahwa bangsanya sedang ditindas dan tertawan, tembok Yerusalem terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya terbakar? Apa yang dia lakukan? Ini yang harus kita pelajari; yang pertama adalah kepeduliannya yang sangat dalam akan bangsanya (Neh 1:4-11), kita bisa baca doa Nehemiah untuk bangsanya di ayat-ayat selanjutnya. Saudaraku, seharusnya bisa saja Nehemiah tidak mempedulikan bangsanya, apalagi sampai meninggalkan jabatannya, kenyamanan dan hidupnya yang sudah terjamin hanya untuk menyusahkan diri dengan bangsanya yang tidak taat dan tertawan. Namun, dia memilih apa yang tidak banyak dipilih oleh orang lain. Nehemiah memilih sesuatu yang oleh sebagian besar orang dianggap sebagai kebodohan. Dalam kepuduliannya yang besar dia melakukan tindakan yang mendatangkan sesuatu yang luar biasa, sampai tercatatlah kitab Nehemeiah di antara kitab-kitab besar yang sampai saat ini menjadi panduan, teladan bagi kita. Dia tidak hanya menyatakan simpati, belas kasihan dari mulutnya saja. Tetapi dia berdoa, berkabung bagi bangsanya bahkan dia meninggalkan kenyamanannya untuk turun dan membangun kembali kotanya, bangsanya yang hancur. Berapa banyak dari kita yang sampai saat ini hanya sampai pada kata-kata kepedulian tanpa tindakan untuk membangun bangsa kita, membangun fondasi gereja atau benteng pertahanan untuk keluarga kita? Apakah kita sudah benar-benar mendoakan, berpuasa, berjaga-jaga dan turut serta membangun ataukah bahkan untuk sebuah kepedulian pun kita tidak punya?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS