RSS
Container Icon

HATIKU UNTUK ALLAHKU (part 4) PEMBERONTAKAN

Setelah kita belajar tentang ketakutan, kecemburuan dan dosa kebencian yang mengerikan, kita akan belajar mengenai PEMBERONTAKAN. Semua dosa ini dapat berakar dari karakter buruk yang tidak pernah dibereskan dan akhirnya membuahkan dosa dan maut bagi yang mengalaminya sendiri. Apabila kita rindu hati kita diserahkan kepada Tuhan, maka kita harus membereskan dan membasmi semua yang jahat dari dalam hati kita.

Saul adalah contoh kita juga dalam hal pemberontakan. Hatinya telah mengeras dan degil, menolak untuk tunduk kepada otoritas Tuhan. Memberontak adalah sama dengan menolak Tuhan sebagai Tuhan. Hal ini sama seperti melayani berhala, menempatkan sesuatu/seseorang sebagai yang utama, menggantikan Tuhan. Sebenarnya pemberontakan dan kehendak Saul yang keras kepala itu adalah sama dengan melawan kehendak Tuhan, bukan melawan Daud. Tetapi Saul tetap buta dan tidak mau tahu kebenaran ini, dia terus saja menentang kehendak Allah. PEMBERONTAKAN hanya dapat ditaklukkan dengan KEPATUHAN/KETAATAN.

Seperti apa pemberontakan itu?

1.    Mengatas namakan Tuhan, tanpa berdoa.
Berkali-kali kita temukan dalam 1 Sam 23 bahwa Saul tetap merasa bahwa Tuhan akan menyerahkan Daud dalam tangannya, bahwa Tuhan masih menyertai dan menyetujui tindakan gilanya yang terus mengejar Daud. Saul tipe orang yang bertindak semaunya sendiri dan tidak mau menunggu suara Tuhan. Ketika Daud di Kehila, Saul mengira akan dapat dengan mudah menangkap Daud dan ketika orang-orang Zif memberitahukan kepadanya persembunyian Daud, Saulpun merasa bahwa perlara itu dari Tuhan. Saul merasa Tuhan membela perilakunya, bahkan ia tidak pernah membicarakannya dengan Tuhan!
Berbeda dengan Daud yang berhati remuk dan taat kepada Tuhan. Dia selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap perjalanan hidupnya yang mengerikan itu. Dia selalu bertanya kepada Allah lewat doa dan Tuhan menjawabnya, Daud bertindak atas perintah dan petunjuk Tuhannya. DOA Daud begitu jujur dengan seluruh emosinya. Tidak pernah ditemui di Alkitab seperti Daud yang begitu jujur mengakui semua perasaannya, kepahitan, duka, kegagalan, sukanya dihadapan Allahnya. DOA adalah penyesuaian kehendak kita pribadi dengan kehendak Tuhan. Adalah salah kita meminta Bapa kita menyesuaikan diri dengan kehendak kita. Doa yang benar selalu melembutkan hati dan mendatangkan penyerahan akan kehendak Tuhan yang sempurna itu. Kehidupan Daud yang penuh penyerahan bukanlah kehidupan yang kaku, mandul dan tanpa gairah, justru Daud membuktikan berjalan bersama Tuhan selalu dinamis dan bergairah. Semua duka dan penderitaannya menjadi pujian. Kita dapat menjumpai Dia dalam penderitaan kita, justru seringkali dalam penderitaanlah, kita dapat belajar akan jalan-jalan Tuhan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

HATIKU UNTUK ALLAHKU (part 3) KEBENCIAN

YESUS memerintahkan kita mengasihi sesama kita seperti diri sendiri, bahkan berdoa untuk musuh-musuh kita. Apakah anda pernah merasakan kebencian? Kebencian adalah dosa yang menghanguskan orang yang mengalami kebencian. Kebencian membutuhkan waktu untuk bertumbuh dan memburuk, namun jika sekali hal itu dibiarkan akan sangat sulit untuk mengalahkannya. Kita sedang terperangkap apabila kita sedang membenci orangnya dan bukan dosanya. Alkitab mengatakan bahwa orang yang membenci saudaranya adalah seorang pembunuh.

Seperti Saul yang membenci Daud, pada awalnya adalah kecemburuan yang tidak terkontrol yang akhirnya terjebak dalam dosa yang paling kompleks dan mengikat, dan merupakan buah yang paling menyedihkan dari kecemburuan.  Kehidupan Saul juga menunjukkan bahwa dosa itu bersifat dinamis. Oleh karena itu kita harus berani menghadapi dosa. Ujian karakter Saul muncul saat Daud dan Yonathan menguji Saul dengan ketidakhadiran Daud dalam Perjamuan malam (1 Sam 20). Disana terbukti Saul begitu membenci dan ingin membunuh Daud. Bahkan kebencian dan kemarahan Saul terus bertambah berakibat Saul tega membunuh keluarga imam di Nob (1 Sam 21).

DOSA selalu bersifat Progresif. Kebencian itu agresif, namun orang yang membenci seringkali berlagak sebagai korban yang teraniaya. Sangat mudah untuk membenarkan diri dan menjadi buta bahwa kita juga orang yang berdosa yang membutuhkan anugrah Tuhan. Saul menuduh Daud yang mengkhianatinya dan dia merasa teraniaya, padahal Daud mengasihinya dan dia sendirilah yang harus bertanggung jawab atas kebenciannya. Inilah cara untuk mempertahankan kebencian, membuatnya lepas dari tanggung jawab dan bersikeras bahwa ia tidak bersalah. Karena itu, biasanya ada unsur pembenaran diri yang sangat menonjol dari orang yang sedang membenci.
Kebencian bisa ditunggangi roh jahat dan menguasai di pembenci karena orang tersebut tidak pernah mau segera membereskannya. Roh jahat yang mengganggu Saul beroleh jalan masuk dalam dirinya karena pemberontakan dan dosanya sendiri. Kebencian, entah dari roh jahat atau dari hawa nafsu manusia, selalu bersifat destruktif dan membutakan mata kita akan sesama kita. Kebendian juga dapat mengandung kekuatan besar bagi yang menyandangnya seperti halnya amarah Saul yang tidak membuatnya berhenti untuk mengejar Daud.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

HATIKU UNTUK ALLAHKU (2) KECEMBURUAN


Setelah kita belajar mengenai KETAKUTAN minggu yang lalu, bagian kedua kali ini kita akan belajar mengenai tabiat buruk yang pasti akan membawa kita pada kehancuran; KECEMBURUAN.
Saudaraku, akar kecemburuan sering dimulai pada masa kecil khususnya sewaktu kita sering disbanding-bandingkan dengan orang lain atau saudara kita sendiri. Biasanyapun dasar perbandingan itu tidak adil karena berkenaan dengan hal-hal yang memang tidak dapat kita kendalikan; siapakah yang lebih menarik, lebih cantik, lebih pintar, dan lain sebagainya. Buah dari kecemburuan sangatlah mengerikan, karena membuat kita selalu tidak merasa bahagia dengan keadaan kita sendiri.
Banyak sekali contoh dalam Alkitab menyebutkan mengenai kecemburuan.  Kisah yang terkenal dari Lusifer, malaikat Allah yang jatuh karena iri hati kepada kekuasaan Penciptanya, Kain membunuh adiknya karena cemburu, Herodes cemburu dengan munculnya “Raja” baru dan melakukan pembunuhan missal, dan juga tentang Saul yang iri hati kepada Daud.

Saul tidak pernah mengetahui siapa yang akan menggantikan dia, Samuel sudah memberitahukannya bahwa jabatan Raja Israel akan diambil dari dia dan diberikan kepada orang lain yang berkenan dihati Tuhan. Kendati demikian, Saul tetap membenci Daud dan ini dimulai dari pujian rakyat mengenai Daud (1 Sam 18). Mulai saat itu dia menganggap bahwa Daud muda adalah ancaman dan saingannya. Mengapa dia merasa begitu tidak aman? Bukankah jika memang Allah memilih seseorang yang lain menjadi raja, dia harusnya belajar menerima kegagalannya? Saul telah ditolak karena kesalahannya sendiri. Hal yang unik terjadi, dimana Saul sangat membenci Daud dan merasa jengkel setiap kali melihat Daud, tetapi hanya Daud juga yang dapat menenangkannya dengan bermain kecapi ! Ini adalah LINGKARAN SETAN buat Saul. Akhirnya Saul tidak tahan lagi dan beritikhar membunuhnya secara terang-terangan dan kebusukan Saulpun menjadi lebih nyata. Saul mengungkapkan kelabilan dan ketidakmampuan Saul untuk berpikir jernih akibat kemarahannya. Jika kita mengikuti perjalanan Saul, kita melihat gambaran terakhir tentang Saul adalah seorang raja tanpa jubah, rebah di tanah, tidak berdaya. Tuhan menundukkan Saul dan membuatnya terkapar, tapi Saulpun tidak berhenti mengejar Daud.
Kecemburuan itu menyakitkan kalau kita membandingkan diri kita secara tidak sepadan dengan siapa saja yang kita cemburui, pandangan kita terhadap diri sendiri akan serba menuduh.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Will Jesus Find Us Watching? (Fanny J Crosby)

Oh, dapatkah kita katakan kita siap, saudara?
Siap untuk membawa jiwa kita pulang?
Katakan, akankah Ia menemukan engkau dan aku masih terjaga
Menanti, menanti Yesus kan kembali?
   ("Will Jesus Find Us Watching?" by Fanny J. Crosby, 1820-1915)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

HATIKU UNTUK ALLAHKU (1) KETAKUTAN

“Allah tidak pernah menyerah terhadapku sampai Ia menyelesaikan apa yang telah Dia mulai..Dia juga tidak akan menyerah terhadap engkau..” (Daud)

Ketika Kebangunan Rohani melanda banyak anak muda di Amerika, ratusan mahasiswa mengakui dosa mereka da bertobat dari gaya hidup mereka yang lama. Namun suatu hal lain yang mereka hadapi adalah kerisauan yang muncul kemudian dan meresahkan mereka: “Sekarang setelah saya mengosongkan diri dari dosa saya, bagaimana saya bisa menahan diri untuk tidak kembali melakukannya? Apa yang harus saya lakukan?” dan yang paling memilukan: “Bagaimana saya bisa berguna bagi Tuhan kalau saya merasa diri saya seperti barang rongsokan?”. Saudaraku, Allah Bapa masih rindu memakai dan membentuk kita apapun masa lalu kita, Dia masih tetap sanggup mengubahkan karakter dan memulihkan setiap luka kita.
Pembentukan karakterlah yang Tuhan rindukan agar kita dapat menjaga dan mengisi kehidupan kita. Daud adalah contoh yang baik dalam menangani setiap karakter buruk kita. Daus terluka secara emosional, sering ditinggalkan dan dicemooh. Allah memperhatikan anak penggembala yang kesepian dan haus akan kasih sayang serta memiliki daya imajinasi yang amat puitis itu, dan Diapun bermaksud membentuk Daud menjadi orang yang dipilih-Nya. Daud belajar dari kehidupan yang dijalaninya itu, tidak mudah, tetapi dia menganggap bahwa hubungan dengan Allahnya dibangun dengan segenap hati dan segenap jiwa di tengah luka-luka dalam kehidupan sehari-hari. Daud memandang setiap pemikiran, perasaan, kegembiraan, atau penyesalan sebagai bagian dari hubungannya dengan Allah yang hidup.

Pada hakikatnya, masalah paling mendasar yang kita hadapi adalah masalah HATI, bukan dalam arti sentimental melainkan dalam pengertian Alkitabiah. Hati adalah sumber air kehidupan-pusat roh manusia, sumber emosi, pikiran, kehendak, keberanian, tindakan kita. Mari kita belajar memiliki hati seperti Daud, menjadi seseorang yang BERKENAN dimata-Nya. Ini bukanlah mengenai kesempurnaan manusia, melainkan tentang bagaimana sikap hati dalam menghadapi segala kelemahan, kegagalan, ketidaksempurnaan, kesedihan, maupun kemenangan.

Yang pertama akan kita bahas adalah mengenai ketakutan. Ada dua jenis ketakutan; Ketakutan yang benar adalah TAKUT AKAN TUHAN. Takut akan Tuhan berarti mengagumi, menghargai, dan menghormati Allah sedalam-dalamnya. Takut akan Tuhan berarti menganggap SERIUS konsekuensi yang akan kita terima apabila kita tidak taat kepada-Nya. Inilah takut yang sepatutnya kita takuti –pendapat Tuhan, penghargaan Tuhan dan penghakiman Tuhan. Sedangkan jenis ketakutan yang kedua adalah ketakutan yang berbahaya, seperti halnya Saul leih takut kepada manusia daripada Tuhannya.  Ada jenis ketakutan yang merongrong kita: “Apa Bapa benar-benar peduli pada saya?Jika saya gagal, apakah Bapa akan memilih orang lain yang lebih baik dan layak daripada saya?” Ketakutan ini memang lazim, namun itu perlu disadari dan dihadapi. Jika tidak, maka ketakutan akan mengendalikan kita secara tidak sehat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Temaniku (Lagu)


TEMANIKU

Temaniku Bapa, Temaniku Yesus

Temaniku Roh Kudus, Kau Kurindu

Tak dapat kuhidup, Tak mau kujalani

Tanpa hadir cinta-Mu

Puaskanku, Kekasihku..

Evie Mehita

Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati." Ulangan 31:8


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Lawan Pikiran Setan! (Spurgeon)

Spurgeon berumur dua puluh tahun ketika ia mengkhotbahkan khotbah ini, “The Comer’s Conflict With Satan.” Ia dengan jelas mengingat bagaimana Setan memenuhi pikirannya dengan pikiran-pikiran jahat sebelum ia bertobat. Tujuh tahun sebelumnya, pada waktu ia berusia lima belas tahun, ia berkata, “… tiba-tiba seolah nampak seperti pintu neraka telah dibuka… sepuluh ribu roh jahat nampak membanjiri otaknya… Hal-hal yang tidak pernah saya dengar atau pikirkan sebelumnya segera merasuk ke dalam pikiran saya, dan saya sulit menolak pengaruhnya… Namun jika Anda takut bahwa pikiran-pikiran ini adalah pikiran Anda, Anda boleh berkata, ‘Saya akan pergi kepada Kristus, dan walaupun hujatan-hujatan ini adalah milik saya… Saya tahu bahwa segala perbuatan dosa dan hujatan saya akan diampuni [oleh Dia]’” (Spurgeon, ibid., hal. 372-373). Anda harus berjuang melawan pikiran-pikiran Setan untuk masuk ke dalam Kristus!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MENGORBANKAN VS MENJADI KORBAN

Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya, anakku." Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" Sahut Abraham: "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Kejadian 22:7-10

Jika anda ditanya, anda memilih untuk mengorbankan atau yang menjadi korban? Kelihatan ini pertanyaan yang cukup susah untuk dijawab bukan? Jikalau mengorbankan apa yang kurang kita sayangi, pastilah mudah untuk mengatakan bahwa kita ingin menjadi pihak yang mengorbankan. Dalam sebuah kisah tentang korban yang sangat terkenal, yaitu kisah Abraham mengorbankan Ishak, putra perjanjian-Nya dengan Allah YHWH, kita akan melihat sisi yang berbeda setelah melihat Abraham. Abraham telah dengan penuh iman dan percaya menyerahkan putra kesayangannya untuk disembelih bagi Tuhan, jikalau itu kehendak-Nya, maka Abrahampun akan mentaatinya. Bukannya sama sekali tanpa perlawanan, saya percaya sang ayah yang sudah sangat tua itu bergumam dan bergumul dalam batinnya yang terdalam sepanjang malam ketika dia mendengar suara Tuhan di tengah padang yang kering. Mungkin kita bisa berpikir apakah dia salah dengar, apakah ini suara iblis? Yang bertentangan dengan Firman-Nya. Tetapi Abraham memang patut disebut sebagai sahabat Allah, sebab dia tahu persis bagaimana membedakan suara Sahabat-Nya atau suara yang lainnya. Kita tidak bisa membantah bagaimana keberanian Abraham untuk percaya. Sungguh, dia telah mengorbankan apa yang paling disayanginya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS