RSS
Container Icon

Menjadi Yang Terkecil

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." Markus 10:15

Suatu saat dalam perjalanan Yesus dan para murid-Nya, murid-muridnya berdebat di jalan mengenai siapa yang terbesar nanti dalam Kerajaan Sorga (Markus 9:22-37). Murid-murid-Nya telah sekian lama mengenal Yesus dan mengiringi Dia, melihat Dia melakukan begitu banyak mujizat yang penuh kuasa, juga telah banyak mengajar mereka mengenai kehidupan yang sekarang, maupun yang lebih berharga; kehidupan yang kekal. Ketika Yesus mengetahui perbicangan mereka di jalan itu, Yesus bertanya apa yang sedang mereka ributkan di jalan, tetapi mereka hanya diam. Lalu Yesus berkata “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.”

Dia mengambil seorang anak kecil dan Dia berkata “Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku."

Hal ini diulang Yesus beberapa kali kepada murid-murid-Nya, dan memang pelajaran ini penting bagi yang mau masuk dalam Kerajaan Sorga. Hukum Kerajaan Sorga memang aneh dimata manusia, Dia berkata bahwa orang kaya akan susah masuk dalam Kerajaan-Nya, bukannya tidak bisa, namun susah. Mengapa susah? Karena banyak orang yang kaya bertuhankan kekayaannya, dan bukanlah Allah Bapa yang sejati. Dia juga berkata Kerajaan Allah seperti orang yang menemukan harta berharga di sebuah ladang, lalu dia menjual semua yang dia miliki untuk membeli sebidang tanah yang berisi harta itu. Harta Kerajaan Allah itu terpendam, jika pedagang itu tidak mau menjual seluruh milik duniawinya dan membeli harta Kerajaan Allah, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa. Ada banyak ajaran Yesus mengenai Kerajaan Allah. Satu lagi pelajaran Yesus mengenai Otoritas Kerajaan-Nya kelak, bahwa yang rindu menjadi yang terbesar disana, haruslah mau menjadi yang terkecil dn menjadi pelayan bagi semuanya.

Semua anak Tuhan sedang berlomba menyenangkan hati-Nya dan bahkan berlomba untuk upah yang kekal di Sorga. Yesus menjanjikan sebuah kehidupan yang kekal, nyata dan sangat indah lebih dari kehidupan dunia yang fana ini. Untuk menginginkan kehidupan kekal ini, kita harus dibukakan terlebih dahulu mata rohani kita agar kita tidak mengabaikan Kerajaan Allah itu. Nilai Kerajaan dibangun sejak semasa kita masih dibumi, upah yang kekal, hanya dapat diperoleh saat kita masih hidup di bumi pula, oleh karena itu kita perlu menyadari bahwa kehidupan kita sesungguhnya bukan di bumi ini, melainkan dalam Kerajaan-Nya kelak. Kita semua rindu ke Sorga, mendapat rumah yang mewah, fasilitas yang bagus, dan kehormatan, kemuliaan dari Sang Raja untuk kita. Murid-murid yang telah menerima janji kekal itu sangat senang, lalu muncul kerinduan untuk menjadi yang terkemuka dalam Kerajaan-Nya.
Saya percaya saat inipun mereka sebagai tua-tua  dalam Kerajaan Allah telah menerima suatu kehormatan dan kedudukan yang sangat tinggi bersama Yesus Kristus di Sorga, tetapi jika merekapun tidak pernah merubah sikapnya pada masa itu, maka merekapun tidak akan mendapat kehormatan sebesar itu di Sorga. Apa maksudnya?

Saudaraku, Allah Bapa tidak pernah salah memilih kita, Dia telah mengenal kita dan telah melihat jauh kepada masa depan kita. Dia merindukan kita menggenapi rencana-Nya yang sempurna itu dan menyelesaikan kisah kita seperti yang pernah dilihat-Nya di masa depan kita, jika kita taat. Tetapi sayang sekali banyak yang tidak berhasil mencapainya dan gagal di tengah jalan karena mereka tidak taat. Mereka mengganti rencana Allah yang sempurna itu dengan rencana buatan manusia yang tampaknya memang baik.

Yesus tahu murid-murid akan mencapai suatu tingkatan sempurna bersama Dia, tetapi sebelum itu, lihat betapa keras dan disiplin, namun penuh kasih dan kesabaran, Dia mendidik dan mengajar mereka dari hari ke hari.  Murid masih memiliki sifat mentahan yang belum matang untuk menjadi Rasul Injil Kristus. Yang ada dipikiran mereka masihlah kedudukan dan kehormatan, upah yang mereka peroleh. Memang tidak salah mengharapkan itu, tetapi ketika seseorang semakin dalam mengenal Tuhannya, maka tidak akan ada yang lebih berharga daripada hanya bersama Pribadi yang dicintainya itu, tidak peduli upah atau jenis kemuliaan apa yang akan Dia berikan, jenis rumah idaman seperti apa di Sorga; yang terpenting hanya asal bersama Tuhannya selamanya. Inilah perubahan yang juga di alami oleh murid-murid. Suatu saat Yohanes dan Yakobus, si anak Guntur, meminta kepada Yesus dengan berani untuk diperkenankan duduk disebelah kanan, atau kiri Yesus di Sorga (Markus 10:37)dan inilah teguran dan ajaran yang diulang lagi oleh Yesus kepada mereka “Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Jelas sekali Yesus menekankan hal ini berulang-ulang kepada murid-Nya walau ternyata beberapa murid-Nya masih saja berambisi untuk mendapat kehormatan lebih bersama Yesus di Sorga. Tetapi coba perhatikan Yohanes dimasa tuanya setelah dia menjadi Rasul sekian lama, setelah hidupnya dimatangkan, diubahkan dan disempurnakan Bapa. Betapa indah melihat seorang pria tua yang penuh kasih dan lembut bernama Yohanes. Dia tidak lagi berlomba-lomba mencari siapa yang terbesar di Sorga, Petrus tidak lagi berkata dengan lantang bahwa dia pasti berhasil dan bisa menyelesaikan semua tugas Ilahi itu, tetapi dengan penuh kerendahan hati dan penderitaan, para murid mengikut Yesus sampai akhir hidupnya, menjadi SEPERTI YESUS.

MENJADI SEPERTI ANAK KECIL
Seorang yang belum ditundukkan Roh Kudus dan penuh dengan kekuatan sendiri, tampaknya akan menjadi orang yang mudah untuk dikagumi manusia. Dengan karisma yang besar, kemampuan berbicara yang hebat, memanipulasi perasaan jemaat yang mendengar atau dengan penuh keahlian menyelesaikan semua masalah yang ada. Inilah Superman zaman sekarang yang diidamkan banyak orang! Kita berpikir inilah orang yang dewasa rohaninya, penuh semangat dan luar biasa! Namun jika orang itu belum mengalami pematangan, pemurnian dan peremukan dari Bapa, maka sesungguhnya bukan Yesus yang dinyatakan orang itu, melainkan dirinya sendiri.
Maka dari itu Yesus mengajar bahwa jika kita menghadap Dia dan dalam pengiringan kita bersama-Nya, haruslah belajar seperti seorang anak. Baik dalam doanya, kepercayaannya, kerinduannya, kemurniannya, dan cintanya yang tulus.

Menjalin hubungan dengan Bapa bukan suatu hal yang susah jika kita mau menjadi anak bagi-Nya. Seorang anak yang gampang dimuridkan, dinasehati dan tidak penuh dengan dirinya sendiri. Mother Teresa pernah berkata “Hanya saat kita menyadari ketiadaan kita, kekosongan kita, maka Dia dapat mengisi diri kita. Hanya saat kita penuh dengan Tuhan, kita dapat memberikan Tuhan itu kepada orang lain”

Ketika kita dibimbing-Nya, Dia menjadi Tuhan kita, Bapa dan Raja kita, kita harus mau dikosongkan dan diajar-Nya, apapun yang terjadi walau itu tidak sesuai dengan kehendak dan keinginan daging kita. Dia dapat melakukan apa saja kepada kita sesuai kehendak-Nya bukan? Karena kita sudah menjadi milik-Nya. Menjadi seperti anak yang tidak memakai pengertiannya dan kekuatannya sendiri dalam segala hal akan bergantung kepada Bapanya. Sebuah kehidupan yang dibangun dengan kekuatan sendiri memang tampak kokoh bagi dunia, karena hukum Kerajaan memang kadang tidak dapat dimengerti oleh dunia ini. Tetapi kehidupan yang murni yang dibangun atas dasar Kristus, akan kaya dengan makna kehidupan, kaya akan urapan, dan harta rohani yang melimpah, karena semua didapatnya denga air mata kerinduan, air mata kesakitan penyaliban daging.  Tidak ada alasan anak Tuhan, menolak berita tentang PENYALIBAN DIRI atau SALIB! Semua masih tetap harus menyelesaikan Salibnya masing-masing sampai rupa Kristus menjadi nyata atas kita. Kita membutuhkan waktu dan kesabaran terhadap diri sendiri dan rencana Allah.

 Ada yang berkata “mengapa Firman Tuhannya selalu menuntut dan keras buat saya? Mengapa harus memikul salib dan menderita terus? Rasanya ikut Tuhan Yesus kok menderita dan susah!”
Ya! Mengikut Yesus berarti memang penderitaan bagi keinginan daging dan itu harus terjadi, kita tidak boleh memudahkan jalan Salib tetapi juga tidak jatuh dalam pandangan bahwa ikut Yesus selalu menderita! Ikut Yesus akan semakin manis dan indah jika pengenalan kita bertumbuh, kita semakin serupa Dia dan kita hanya akan menginginkan Dia dan kehendak-Nya dalam hidup kita. Oh itulah harta yang paling berharga! Berhentilah kita untuk selalu mengeluh kepada Tuhan bahwa perintah Tuhan itu berat dan lain sebagainya, mulai belajar rencah hati seperti anak kecil yang mau selalu dipimpin-Nya dan dibentuk-Nya hingga kita akan dapat masuk dalam Kerajaan-Nya kelak.




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar