Ada sebuah cerita di sebuah gereja kecil yang mengadakan reuni. Seorang mantan jemaat yang menghadiri perayaan itu telah menjadi jutawan. Ketika dia bersaksi bagaimana Tuhan memberkatinya berlimpah-limpah, dia mengaitkannya dengan sebuah peristiwa di masa kecilnya.
Ia mengatakan bahwa ketika dia masih kecil, saat dia mendapat penghasilan pertama, dia memutuskan untuk menyimpannya sampai akhir hidupnya. Tetapi suatu saat, misionaris tamu datang dan berkhotbah tentang kebutuhan yang mendesak di ladang misi. Diapun bergumul untuk memberikan uangnya, “Namun, Tuhan menang!” katanya. Kemudian dengan bangga dia menambahkan, “Saya memasukkan uang yang menjadi harta saya itu kedalam kantong persembahan dan saya yakin, alas an Tuhan sangat memberkati saya adalah saat saya masih kecil, saya memberikan semua yang saya miliki kepada-Nya”
Mendengar kesaksian itu, jemaat menjadi terharu, namun ada seorang wanita tua bertubuh kecil yang
duduk didepan bersuara “Saya tantang anda untuk melakukannya lagi!”
Apakah kita sering membanggakan kisah-kisah dimasa lalu kita? Saat kita melakukan banyak pengorbanan untuk Tuhan, saat kita disentuh-Nya dan merasakan kasih-Nya, berkat-Nya, saat kita meraih banyak hal yang indah, namun sayang sekali apabila cerita kita di masa lalu kita menjadi sofa atau kursi nyaman kita untuk kita tetap ada dalam kenyamanan kita. Masa lalu adalah batu loncat kita untuk meraih masa depan kita. Memang ada masa lalu yang pahit, ada masa lalu yang manis, semua diijinkan Tuhan untuk membuat kita belajar dan semakin mengenal Dia. Janganlah kita mengandalkan masa lalu kita, demikian juga janganlah kita mengandalkan urapan, anggur yang lama dalam pelayanan kita.
Apa yang kita lakukan di masa lalu, biarlah menjadi pendorong semangat kita untuk tetap melakukan lebih baik sekarang. Bagaimana jam doa kita? Bagaimana pelayanan kita? Bagaimana pertumbuhan kasih, dan buah roh dalam hidup kita? Dia adalah Tuhan di masa lalu kita, masa sekarang dan masa depan kita yang tetap kekal selama-lamanya. Dia ada di masa sekarang dimana Dia rindu kita diubahkan serupa dengan Dia. Segala sesuatu yang mula-mula memang selalu manis dan indah, Tuhanpun selalu mengingat akan kasih semula kita kepada-Nya (Yer 2:2). Dia tetap merindukan kita mengasihi-Nya dan lebih lagi mengasihi Dia. Tidak ada kata berhenti untuk kita bertumbuh seberapapun kita anggap bahwa kita sudah cukup dewasa, rendah hatilah agar kita tetap bisa bertumbuh dalam Dia.
Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan Kulakukan kepadamu,
hai Yehuda? Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar.
Hosea 6:4
Sadarkah kita bahwa kasih kita itu seringkali seperti kabut pagi yang mudah sekali lenyap tak berbekas? Kita harus menyadari bahwa kita seringkali meninggalkan Tuhan yang kita kasihi, kedagingan kita seringkali membelot dari rencana-rencana-Nya. Betapa menyedihkan kasih kita dibandingkan kasih-Nya yang kekal dan sempurna. Oleh karena itu janganlah kita bermegah karena kejadian-kejadian besar yang dikaruniakan kepada kita, semua adalah karena kasih karunia Tuhan, bukan karena kekuatan dan kebaikan kita sendiri.
Dengan terus menyadari kelemahan kita, kita akan makin belajar bergantung pada Tuhan. Mari belajar mengakui semua kelemahan dan dosa kita, tampaknya memang memalukan, namun setiap ketergantungan kita kepada kasih dan pengampunan-Nya akan senantiasa menudungi kita dari jalan-jalan yang mencelakakan kita.
Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh!
Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan.
Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.
Wahyu 2:4-5
Dulu Atau Sekarang?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar