Bayangkan anda dan Tuhan Yesus sedang berjalan menelusuri jalan itu bersama..
Sebagian besar perjalanan jejak kaki Tuhan tampak sejajar, searah, jarang berbeda jaraknya.. Tetapi jejak kaki anda bagikan sebuah alian berbelok-belok, pemulaan, perhentian, pemutarbalikan, lingkaran, pergi dan kembali.
Sebagian besar perjalanan tersebut, nampaknya seperti itu..tetapi akhirnya jejak kaki anda menjadi lebih searah dengan jejak kaki Tuhan, dan segera sejajar dengan-Nya terus menerus. Anda dan Yesus sedang berjalan sebagai sahabat-sahabat sejati!
Ini tampak sempurna, tetapi kemudian sebuah peristiwa yang menarik terjadi. Jejak kaki anda, yang pernah menghiasi pasir di samping Yesus, sekarang sedang berjalan tepat dalam langkah-langkah-Nya. Dalam jejak kaki-Nya yang besar adalah jejak kaki anda yang lebih kecil; dengan aman, anda dan Yesus menjadi satu.
Ini terjadi beberapa kilometer, tetapi pelan-pelan anda memperhatikan perubahan lainnya. Jejak-jejak kaki dalam jejak kaki yang lebih besar itu tampak semakin besar. Akhirnya jejak-jejak itu hilang sama sekali. Hanya ada satu pasang jejak kaki; jejak-jejak itu telah menjadi satu. Ini berlangsung untuk waktu yang lama, tetapi tiba-tiba pasangan jejak kaki kedua kembali Nampak..
Kali ini tampaknya bahkan lebih buruk lagi! Belokan dimana-mana. Perhentian. Permulaan. Luka-luka di pasir. Jejak-jejak yang benar-benar kacau. Anda merasa heran dan terkejut. Impian anda berakhir.
Sekarang anda berdoa: “Tuhan, aku mengerti pemandangan pertama dengan belokan dan perhentian. Aku dahulu adalah seorang Kristen yang baru; aku baru saja belajar. Tetapi Engkau berjalan melalui badai dan menolong aku belajar berjalan bersama-Mu”
Dan Ia berkata dengan lembut, “Itu benar.”
“Dan saat jejak-jejak kaki yang lebih kecil ada dalam jejak-jejak kaki-Mu, aku sebenarnya belajar untuk berjalan dalam langkah-langkah-Mu mengikuti dari dekat.”
Dan Dia menjawab, “Bagus sekali. Engkau sudah mengerti segala seuatu sampai sekian jauh”
“Saat jejak-jejak kaki yang lebih kecil menjadi semakin besar dan mengisi jejak-jejak kaki-Mu, kukira aku menjadi seperti engkau dalam segala sesuatu.”
Dan air muka-Nya bercahaya. “Tepat sekali.”
“Kalau begitu Tuhan, apakah ada kemunduran atau semacamnya? Jejak-jejak kaki itu berpisah, dan kali ini lebih buruk dari semula”
Ada keheningan saat Tuhan menjawab dengan sebuah senyuman dalam suara-Nya…”Engkau tidak tahu? Itulah saatnya KITA MENARI BERSAMA!”
Sumber tidak diketahui
0 komentar:
Posting Komentar