Setelah kita memahami senjata seorang tentara Kristus adalah Ikat Pinggang Kebenaran dan Baju Zirah Keadilan, yang selanjutnya adalah KASUT KERELAAN DAN PERISAI IMAN.
Kasut (Latin Caliage) bagi seorang tentara Romawi sangatlah penting, ini melambangkan mobilitas yang siap diterjunkan dimana saja. Pada tahun 70-an, banyak orang gemar membeli sepatu tentara karena DAYA TAHANNYA. Sementara yang lain, sepatu yang modis dan mahal, kurang kuat, namun sepatu tentara berwarna hitam itu lebih murah, dan tahan banting. Bahkan dalam hal tertentu, prajurit Romawi mengenakan kasut yang dipenuhi paku tajam di alasnya agar memberikan cengkraman yang kuat.
Demikian juga bagaimana Tuhan mengajar kita lewat ayat ini ; Efesus 6:15 “kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera”
“Pada setiap tangan ada pekerjaan yang harus dilaksanakan. Ada pekerjaan di daerah-daerah sekitar kita, dan ada satu ladang yang luas untuk pekerjaan di daerah-daerah seberang. Allah membantu kita untuk tampil siap bagi pertempuran, mengenakan seluruh perlengkapan senjata, dan kaki kita berkasutkan kerelaan injil damai sejahtera” (Ellen G. White, General Conference Bulletin, 3 April 1901).
Sudahkah anda memiliki KERELAAN untuk diterjunkan kemana saja Tuhan memanggil anda? . “Kemana saja, ku telah sedia.. pimpinan Tuhan tak pernah bersalah..” Ataukah kaki kita begitu berat untuk bersegera pergi menyelesaikan tugas kita, memberitakan Firman, mencari yang terhilang, melakukan gerakan-gerakan untuk membangun Kerajaan Tuhan. Kasut Kerelaan akan menjadi alas kaki yang sangat kokoh, teguh, daya tahannya sangat kuat, karena INJIL ADALAH KEKUATAN TUHAN, sehingga anda tidak akan heran melihat bagaimana banyaknya orang-orang dan para martir memberikan harta, dan bahkan nyawanya untuk memberitakan Injil Damai Sejahtera itu.
Kita harus menjadikan Tugas Amanat Agung ini sebagai hal yang prioritas kita. Jika kita memberitakan Kebenaran dan melayani Dia, maka saya percaya kitapun akan dibangun dan dikuatkan. Bagaimana jalan-jalan kita? Langkah-langkah untuk mendekat dan membangun Kerajaan-Nya ataukah langkah-langkah yang menjauhkan kita dari panggilan, hadirat dan kasih-Nya??
MASIH INGAT INI? “ DARAH KITA ADALAH DARAH MARTIR DAN MAKANAN KITA ADALAH FIRMAN TUHAN”
Nabi Yesaya berkata, “Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik” (Yes. 52:7a).
PERISAI IMAN
Senjata selanjutnya adalah Perisai (Latin: scutum). Perisai ini harus digunakan dalam segala keadaan kita, karena Perisai ini mampu menahan semua serangan panah api dari di jahat.
Efesus 6:16 “dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat”
Kata dalam bahasa Grika untuk “perisai” dalam ayat ini adalah θυρεός, thyreos, sebuah kata-benda maskulin yang berarti “tameng” untuk melindungi diri dari serangan musuh khususnya anak panah. Kata ini berasal dari akar-kata θύρα, thyra, kata-benda feminin yang artinya pintu, seperti yang digunakan dalam Mat 6:6, Yoh 20:19, dan Kis 12:6.
Ada beberapa versi perisai zaman itu, tapi bagi tentara Romawi, perisai atau tameng adalah berbentuk persegi lonjong dan mencapai perut, ada juga yang berbentuk pintu gerbang, atau daun pintu, Demikian perisai mereka dapat dibangun untuk menutup dan melindungi Gerbang zaman dahulu, dengan demikian musuh tidak dapat menerobos masuk.
IBLIS memberikan PANAH API seperti nafsu, keraguan, kenajisan, kecurigaan, ketidakpercayaan, kesombongan, dll. Tetapi IMAN kepada Tuhan, adalah Perisai yang jauh lebih kuat dari apapun, yang bisa menahan panah-panah itu menembus pikiran dan pertahanan kita. Tuhan melatih iman kita agar mengalami pertumbuhan. Musuh terbesar iman adalah ketidakpercayaan, jadi ketidakpercayaan akan memberikan celah terbesar dalam hidup kita agar iblis menerobos hidup kita dan menguasai kita.
Mari kenakan kasut rohani kita sekarang, melangkah dengan pasti dan mengenakan perisai Iman yang penuh kuasa menahan semua serangan kegelapan.
(Bersambung..)
0 komentar:
Posting Komentar