Matius 7:6 “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu."
Saya tidak menyukai hewan Babi. Walaupun kelihatannya lucu, berwarna pink dengan pita besar berwarna pink atau merah di tubuhnya, di kepalanya..” Ih, lucu banget, imut sekali!”
Ada sebuah cerita tentang Babi.
BABI PINK BERPITA MERAH
Ada seekor babi kecil berwarna pink kemerahan dipelihara oleh seorang puteri kerajaan yang kaya raya. Dan tentu saja babi ini mendapatkan perawatan ekstra, parfum yang wangi, mandi dua kali sehari oleh para pelayan istana. Setiap pagi hari, sang puteri bermain dengan babi itu dan babi itu bermain dengan sangat elegan, berlari dengan pinggulnya yang lucu. Suatu kali sang puteri pergi ke jalanan bersama dengan para pelayannya, dan kali itu dia ingin membawa hewan yang disayanginya. Saat di jalanan itu, sang puteri menemukan kain-kain dan baju yang indah. Para pelayannya juga turut mengagumi banyak gaun-gaun yang cantik itu. Tanpa sadar si babi kecil yang cantik itu lari kesana kemari dan keluar ke jalanan yang kotor dan berlumpur. Saat dia menjumpai lumpur, dia sangat senang..”Feel at home..” ya, babi itu berendam lama sekali sampai para pelayan sadar dan mencari dan menemukannya sedang asyik berendam di lumpur. Semua perawatan yang ekstra, parfum dan tata krama kerajaan hilanglah sudah, percuma..
Inilah babi. Babi selalu kembali ke kubangannya yang kotor. Babi tetaplah Babi. Mengapa Tuhan Yesus menyebut binatang babi dan juga anjing? Kedua hewan ini disebutkan sebagai hewan yang kotor dan melambangkan ketidakkudusan.
Sudahkah kita menghargai kekudusan dan kerajaan Allah? Jika kita memberikan barang yang kudus kepada anjing, dia tidak dapat menghargainya. Jika kita memberikan mutiara kepada babi, dia tidak akan menghargainya juga. Dia hanya tahu makanan dan lumpur yang kotor. Jika kita beri dia nasi, dia akan menghargainya dan memakannya, tetapi jika diberikan mutiara, dia akan menginjak-injaknya, tidak berguna baginya. Tidak ada babi atau anjing yang mengatakan ” Wah, mutiara ini indah sekali...ah, kupakai anting ah biar aku cantik..” tidak pernah kan?
Saudaraku, mari kita renungkan hidup kita. Tuhan sudah memberikan kasih, pengorbanan, darah-Nya, keselamatan buat kita. Apakah kita dapat menghargai kasih karunia-Nya? Berapa banyak kita sudah menyia-nyiakan kasih-Nya? Tiap kali kita menangis bertobat, lalu kita jatuh lagi dan minta ampun lagi, begitu seterusnya dengan dosa-dosa yang sama. Apa bedanya kita dengan babi? Harus ada bedanya! Kita diciptakan serupa dengan gambaran Allah!
Bagaimana agar kita tidak menjadi Babi dan Anjing?
Hargailah kekudusan dan mutiara itu. Ada perumpaan yang Yesus berikan, saat seseorang menemukan kerajaan Allah seperti menemukan mutiara yang berharga dan dia mau menjual seluruh miliknya untuk mendapatkan mutiara itu. Lihatlah, perbandingannya, satu mutiara yang sangat berharga dibandingkan seluruh miliknya! Inilah yang harus kita punya, suatu sikap yang mau menghargai Kerajaan Allah lebih dari apapun dalam dunia. Saat kita bekerja untuk dunia, kita bersemangat, kita berusaha memberikan yang terbaik tetapi saat kita melayani Tuhan, kita mengomel ” ah, saya tidak dibayar, yah, pelayanan kalau bisa saja..tidak usah terlalu sungguh-sungguh, kan saya capek bekerja..”
JANGAN MENURUNKAN STANDAR KITA
Tanpa kekudusan, tidak seorangpun melihat kemuliaan Allah.
Seorang gadis muda menanti pasangan dari Tuhan, ketika usia 20 tahunan, dia sangat yakin akan ada pasangan yang dari Tuhan untuknya. Ketika usia 25 tahun ke atas, dia semakin ragu dengan rencana Allah dan mulai mencari-cari mana yang kira-kira dapat jadi pasangannya. Ketika usia 30 tahun, obral dimulai. Kita menurunkan standar kita, yang penting seorang pria, yang penting anak Tuhan, berdoa seperlunya saja dan kita dikejar oleh ”deadline” usia. Apakah kita seperti itu? Bagaimana gaya berpasangan kita? Bagaimana kita menyikapi hal-hal yang rohani dalam hidup kita? Bagaimana gaya persahabatan dan berpasangan kita? Bapa sudah menanamkan benih-benih yang baik dan kudus dalam kita. Sobatku, Roh memang penurut tetapi daging lemah. Kita perlu menjaga benih-benih kudus itu menjadi kehidupan yang tak bercacat cela. Ketika standar kekudusan kita menurun dan hidup seperti dunia ini, kita tidak akan pernah menjadi “kaya” dalam Tuhan. Tidak hanya itu saja, tetapi anjing itu akan berbalik dan mengoyak kita sendiri. Dosa tidak pernah menguntungkan, tetapi menjebak dengan kenikmatan lalu menghancurkan kita.
0 komentar:
Posting Komentar